Pesawat Boeing 737 Max Terancam Dikandangkan Hingga Mei 2019
A
A
A
CHICAGO - Seluruh armada pesawat Boeing 737 Max 8 dan 9 terancam bakal tetap dikandangkan setidaknya sampai Mei 2019, menyusul kecelakaaan yang melibatkan Ethiopian Airlines seperti disampaikan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA). Regulator penerbangan AS menerangkan, pesawat Boeing Max tidak akan terbang sampai pembaruan perangkat lunak dapat diuji dan diinstal.
Seperti diketahui kecelakaan fatal yang melibatkan Boeing 737 Max kembali terjadi, ketika pesawat yang dioperasionalkan oleh Ethiopian Airlines terjatuh sesaat usai lepas landas dari Addis Ababa, hingga menewaskan 157 orang dari 35 negara. Hal ini menjadi insiden kedua yang menelan banyak korban jiwa dengan melibatkan 737 Max dalam kurun waktu kurang dari lima bulan.
Seperti dilansir BBC, beberapa orang telah menyatakan terdapat kesamaan antara dua insiden yang terjadi dengan Boeing 737 Max. Beberapa ahli mengutip data satelit dan bukti dari lokasi kecelakaan diyakini terdapat keterkaitan antara kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air yang juga memakai Boeing 737 Max pada Oktober 2018, lalu dimana menewaskan 189 orang.
Perwakilan AS Rick Larsen mengatakan, upgrade perangkat lunak akan memakan waktu beberapa minggu untuk selesai, dan menginstalnya di semua pesawat akan memakan waktu "setidaknya hingga April". FAA sendiri pada tengah pekan kemarin, mengungkapkan perbaikan perangkat lunak untuk 737 Max yang telah dikerjakan Boeing sejak pesawat Lion Air mengalami kecelakaan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.
Sementara itu, penyelidik di Prancis mengambil alih kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh saat mereka berusaha mengungkap apa yang menyebabkan bencana Boeing 737 Max tersebut. Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil (BEA) menerima data penerbangan dan perekaman suara kokpit pada hari Kamis.
Pembacaan pertama bisa memakan waktu hingga berhari-hari, tetapi banyak tergantung pada kondisi kotak hitam. Di sisi lain regulator di seluruh dunia terus mendaratkan pesawat Boeing. Sebut saja seperti Rusia, Jepang dan Tunisia yang belum lama ini ikut melarang terbang pesawat Boeing 737 Max di wilayah udara mereka. Sedangkan FAA juga meminta kepada maskapai penerbangan negara itu untuk mendaratkan armada mereka, meski mendapatkan kritikan karena dinilai lamban.
Adanya kemungkinan kesamaan antara dua kecelakaan yang melibatkan series 737 Max, difokuskan pada sistem anti-stall pesawat hingga telah mengejutkan industri penerbangan dan menimbulkan pertanyaan atas desakan Boeing, dan FAA, pada awal minggu ini apakah Max 737 aman untuk terbang. Selain pesawat Max yang beroperasi, sekitar 5.000 lainnya telah dipesan oleh maskapai dari pabrikan Boeing.
Seperti diketahui kecelakaan fatal yang melibatkan Boeing 737 Max kembali terjadi, ketika pesawat yang dioperasionalkan oleh Ethiopian Airlines terjatuh sesaat usai lepas landas dari Addis Ababa, hingga menewaskan 157 orang dari 35 negara. Hal ini menjadi insiden kedua yang menelan banyak korban jiwa dengan melibatkan 737 Max dalam kurun waktu kurang dari lima bulan.
Seperti dilansir BBC, beberapa orang telah menyatakan terdapat kesamaan antara dua insiden yang terjadi dengan Boeing 737 Max. Beberapa ahli mengutip data satelit dan bukti dari lokasi kecelakaan diyakini terdapat keterkaitan antara kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air yang juga memakai Boeing 737 Max pada Oktober 2018, lalu dimana menewaskan 189 orang.
Perwakilan AS Rick Larsen mengatakan, upgrade perangkat lunak akan memakan waktu beberapa minggu untuk selesai, dan menginstalnya di semua pesawat akan memakan waktu "setidaknya hingga April". FAA sendiri pada tengah pekan kemarin, mengungkapkan perbaikan perangkat lunak untuk 737 Max yang telah dikerjakan Boeing sejak pesawat Lion Air mengalami kecelakaan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.
Sementara itu, penyelidik di Prancis mengambil alih kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh saat mereka berusaha mengungkap apa yang menyebabkan bencana Boeing 737 Max tersebut. Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil (BEA) menerima data penerbangan dan perekaman suara kokpit pada hari Kamis.
Pembacaan pertama bisa memakan waktu hingga berhari-hari, tetapi banyak tergantung pada kondisi kotak hitam. Di sisi lain regulator di seluruh dunia terus mendaratkan pesawat Boeing. Sebut saja seperti Rusia, Jepang dan Tunisia yang belum lama ini ikut melarang terbang pesawat Boeing 737 Max di wilayah udara mereka. Sedangkan FAA juga meminta kepada maskapai penerbangan negara itu untuk mendaratkan armada mereka, meski mendapatkan kritikan karena dinilai lamban.
Adanya kemungkinan kesamaan antara dua kecelakaan yang melibatkan series 737 Max, difokuskan pada sistem anti-stall pesawat hingga telah mengejutkan industri penerbangan dan menimbulkan pertanyaan atas desakan Boeing, dan FAA, pada awal minggu ini apakah Max 737 aman untuk terbang. Selain pesawat Max yang beroperasi, sekitar 5.000 lainnya telah dipesan oleh maskapai dari pabrikan Boeing.
(akr)