Industri Transportasi Harus Cepat Beradaptasi

Kamis, 28 Maret 2019 - 10:46 WIB
Industri Transportasi...
Industri Transportasi Harus Cepat Beradaptasi
A A A
Banyak orang yang khawatir di era Industri 4.0 ini. Kekhawatiran itu menyeruak lantaran era ini akan menyebabkan disrupsi lapangan kerja. Era ini menawarkan pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan banyak orang, kini bisa dikerjakan oleh beberapa orang atau bahkan satu orang saja.

Banyak orang yang khawatir di era Industri 4.0 ini. Kekhawatiran itu me nye ruak lantaran era ini mengakibatkan disrupsi lapangan kerja. Era ini menawarkan pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan banyak orang, kini bisa dikerjakan oleh beberapa orang atau bahkan satu orang saja.

Sejak ramai beredarnya start up, terjadi perubahan sangat drastis dari sisi usaha. Era start up ini sebenarnya masih masuk dalam ranah revolusi digital atau era Industri 3.0. Ketika ranahnya sudah bermain pada big data dan sistem sensor yang sudah semakin maju dan radikal inilah disebut dengan era Industri 4.0. Bagi akademisi jebolan Harvard yang kini menjadi pengajar di berbagai perguruan tinggi, Richardus Eko Indrajit, era Industri 4.0 bukan tidak mungkin banyak melakukan perubahan besar pada dunia.

“Inilah era dari yang tidak bisa menjadi bisa. Kalau institusi perbankan tidak berubah mengikuti ini, bakal digilas,” kata Indrajit dalam sebuah seminar transportasi di Jakarta belum lama ini. Sebab kita belajar dari Fintech yang juga bagian dari proses Industri 4.0, apa yang tidak bisa dilakukan oleh bank, maka pasti bisa dilakukan Fintech.

“Singkatnya, apa yang tidak diatur atau tidak ada dalam aturan, bisa bakal banyak aturan baru,” ujar dia. Industri besar lainnya, kata dia, harus cepat bisa beradaptasi. Perubahan Industry 4.0 sudah sangat radikal.

Misalnya saja pelabuhan di Hong Kong kini minim menggunakan pekerja harian. Yang ada hanya bagian control yang dilakukan satu dua orang. “Kontainer diangkut pakai crane dengan sistem komputerisasi yang dikontrol dan didata lewat controller dengan sistem pembacaan yang canggih dari big data,” ungkapnya.

Pemerintah memandang kehadiran revolusi Industri 4.0 ditandai dengan otomatisasi dan ekonomi digital yakni pergeseran tren tenaga kerja yang tidak lagi bergantung pada tenaga manusia, tapi pada mesin.

Demikian pula dampaknya pada sektor transportasi, otomatisasi menjadi hal yang tidak dapat terelakkan. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Industri 4.0 memberikan tantangan tersendiri di sektor transportasi dalam hal menggenjot Sumber Daya Manusia (SDM) yang serasi dengan perkembangan industri kekinian.

Sumber daya alam dan SDM harus berjalan beriringan, alam memerlukan manusia berilmu yang bijak. SDM sebagian besar masih low-skilled labour. “Padahal menurut penelitian McKinsey tahun 2017 lalu, tahun 2030 sebanyak 75 juta hingga 375 juta pekerja di seluruh dunia akan terdampak proses otomatisasi dan digitalisasi yang sedang berlangsung,” ungkapnya.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memulai upaya digitalisasi. Misalnya di sektor perhubungan laut dengan mengembangkan sistem inaportnet. “Pemerintah berharap perkembangan revolusi Industri 4.0 di pelayaran semakin cepat sehingga mampu mewujudkan sistem logistik Indonesia yang lebih efisien dan berdaya saing,” ucap Menhub.

Menhub menekankan pentingnya penerapan teknologi informasi di sektor transportasi laut sebagai proses menuju Industry 4.0. “Penerapan teknologi informasi menjadi salah satu grand strategydan kebijakan umum di sektor transportasi laut yang mendasari seluruh kegiatan yang dilaksanakan pemerintah termasuk dalam bidang kepelabuhanan,” ujarnya.

Budi Karya juga memastikan sektor perhubungan lainnya telah mengarah pada Industri 4.0. Misalnya di sektor penerbangan udara dan kereta api pemesanan tiket sudah memanfaatkan cara digital. “Digital itu bagian dari proses menuju Industri 4.0 yang terdepan. Kita tahu, sudah ada e-tiketing baik itu melalui pesawat udara maupun kereta api,” jelasnya.

Di sektor perhubungan darat, seperti taksi online, kementerian yang dipimpinnya mengikuti tren yang ada dengan menciptakan regulasi yang sesuai. “Di sisi lain ini juga akan memberikan kesempatan lahirnya unicorn-unicorn baru,” pungkasnya.

BUMN dan Swasta Siap Terapkan Industry 4.0
Baik usaha swasta maupun BUMN di sektor transportasi laut bahkan lebih dulu menyiapkan perangkat menuju Industry 4.0. Misalnya, PT Pelindo II atau IPC (Persero) yang menargetkan bisa menjadi pelabuhan kelas dunia pada 2020 mendatang. Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Masassya, mengatakan Pelindo II sudah menyambut lebih awal Industri 4.0 dengan menargetkan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan kelas dunia. “Kita sedang membangun itu semua. Meski pelabuhan serba otomatis, tapi tetap memberdayakan karyawan ke bidang yang lain. Jadi model industri ini tidak jahat kalau kita antisipasi,” ujarnya.

IPC mempersiapkan SDM-SDM handal dengan memberikan pendidikan terbaik di luar negeri. “Ini sudah kita lakukan sejak beberapa tahun silam. Bagaimana SDM kita ini melihat penerapan pelabuhan dengan otomatisasi yang sudah lebih maju,” ucapnya.

Elvyn terobsesi menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan yang setara dengan pelabuhan besar dunia seperti Guangzhou China, Rotterdam Belanda serta Hamburg Jerman. “Untuk ke arah situ, kita sudah punya targettarget. Tahun 2023 kita akan lakukan flow automationdalam pengelolaan pelabuhan. Jadi akan sedikit orang yang bekerja sehingga lebih efisien,” katanya.

Sementara, kalangan usaha pelayaran yang tergabung dalam Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) memandang kesiapan Industri 4.0 harus diimbangi dengan kemampuan regulator dari sisi SDM. Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan, pelaksanaan Industry 4.0 harus didukung dengan regulasi yang terkini.

Dia menilai, bagi swasta, pelaksanaan Industri 4.0 bisa dilakukan sekejap mata. “Namun begitu banyak hal yang harus dilihat. Misalnya, regulasinya apakah sudah komply atau belum. Kemampuan SDM dan sebagainya. Jadi sebenarnya, untuk swasta khususnya di sektor pelayaran tidak ada masalah,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi yang menyebutkan asosiasi yang dipimpinnya sudah mempersiapkan SDM handal melalui berbagai pelatihan dan pengembangan di dunia digitalisasi melalui konsep smart logistic. “Pengembangan ini bahkan sudah kita lakukan secara bertahap dengan modul yang kita miliki sesuai standar,” ujarnya.

Yukki menambahkan dengan tren otomatisasi melalui teknologi cyber berdasarkan control big datamerupakan satu kesatuan yang tepat memadukannya dengan sektor logistik. “Banyak platform yang kita perkuat untuk menyambut Industri 4.0 ini. Salah satunya dengan mengembangkan rantai pasok logistik berbasis digital yang tujuannya juga untuk meningkat daya saing kita,” pungkasnya.

Digitalisasi Bandara
Di sektor transportasi udara, salah satu BUMN yang paling siap menyambut era Industri 4.0 adalah PT Angkasa Pura II. Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, bandara kelolaan PT AP II harus mengikuti karakter tren penumpangnya pada tahun-tahun mendatang. “Maka digitalisasi adalah jawabannya. Karakter penumpang udara ke depan ingin ringkas, tidak ribet, mudah dan sebagainya. Jawabannya ada pada digitalisasi,” ujarnya.

AP II fokus membidik segmen pasar baru dengan menggarap kalangan milenial. Hal itu diharapkan bisa menjadi pengembangan portofolio produk danserviceserta menargetkan penyegaran layanan terhadap aspek operasi di bandara. “Kami yang harus selalu kekinian dari aspek operasi dan pelayanan, jadi harus lebih freshdan inovatif. Untuk itu kami menciptakan konsep millennials travel experiencedi bandara-bandara yang kami kelola,” ungkap Awaluddin.

Dengan semakin digitalnya bandara-bandara yang dikelola AP II, Awaluddin berharap para travelerdapat memiliki kesan tersendiri ketika tiba di bandara. Melalui akun media sosial, diharapkan dapat menarik minat travelerlainnya untuk berkunjung ke Indonesia dan menikmati millennials travel experience.

“Intinya kami berharap bisa memberikan inspirasi positif bagi traveleruntuk dapat menikmati millennials travel experience. Sehingga mereka bisa bercerita lewat akun media sosialnya dan viral di media sosial,” pungkas Awaluddin.

KORAN SINDO-Ichsan Amin
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6280 seconds (0.1#10.140)