Indonesia Kalah dari India Soal Penggunaan Energi Ramah Lingkungan
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia disebut masih tertinggal dari beberapa negara, bahkan dengan India. Pasalnya Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi menyebutkan, India sudah menerapkan penggunaan solar PV dalam memanfaatkan listrik.
"Buka merendahkan ya, India sudah arah ke sana dengan berikan insentif rumah yang pakai solar PV. Sekarang perusahaan energi baru terbarukan tumbuh di India," ujar Rinaldy di Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Dia pun menilai masa depan energi terbarukan di Indonesia masih belum nampak sosialisasinya, hingga membuatnya selalu menjadi negara tertinggal dalam memanfaatkan energi ramah lingkungan. "Pembangkit fosil tidak dibutuhkan, kalau tidak mulai dari sekarang akan selalu ketinggalan dan jadi pasar negara lain," jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE, Harris mengatakan pada 2025, Indonesia berkomitmen meningkatkan bauran energi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menjadi sebesar 23%. Untuk mencapai target tersebut, perlu upaya serius dari pemerintah, swasta, dan lembaga pembiayaan.
"Energi terbarukan dari PLTS penetrasinya 6,5 GW sampai 2025, perusahaan sektor energi kalau disiapkan dari sekarang. Pemerintah antisipasi dengan kebijkan supaya bisa produksi sendiri dan operasikan sendiri Itu tugas kita 10-20 tahun ke depan," papar Harris.
"Buka merendahkan ya, India sudah arah ke sana dengan berikan insentif rumah yang pakai solar PV. Sekarang perusahaan energi baru terbarukan tumbuh di India," ujar Rinaldy di Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Dia pun menilai masa depan energi terbarukan di Indonesia masih belum nampak sosialisasinya, hingga membuatnya selalu menjadi negara tertinggal dalam memanfaatkan energi ramah lingkungan. "Pembangkit fosil tidak dibutuhkan, kalau tidak mulai dari sekarang akan selalu ketinggalan dan jadi pasar negara lain," jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE, Harris mengatakan pada 2025, Indonesia berkomitmen meningkatkan bauran energi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menjadi sebesar 23%. Untuk mencapai target tersebut, perlu upaya serius dari pemerintah, swasta, dan lembaga pembiayaan.
"Energi terbarukan dari PLTS penetrasinya 6,5 GW sampai 2025, perusahaan sektor energi kalau disiapkan dari sekarang. Pemerintah antisipasi dengan kebijkan supaya bisa produksi sendiri dan operasikan sendiri Itu tugas kita 10-20 tahun ke depan," papar Harris.
(akr)