Luhut Luncurkan Program Satu Juta Nelayan Berdaulat di Sukabumi
A
A
A
SUKABUMI - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim), Luhut Binsar Pandjaitan meluncurkan Program Satu Juta Nelayan Berdaulat di tempat pelelangan ikan (TPI) Palangpang, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat. Peluncuran ini merupakan yang pertama dari yang telah ditargetkan, yakni peluncuran di 300 kabupaten dan kota wilayah pesisir Indonesia secara bertahap.
"Dengan program ini diharapkan nelayan bisa langsung menjual hasil tangkapannya ke konsumen tanpa melalui tengkulak. Mereka bisa langsung mengetahui tempat-tempat dimana ada ikan, ini membuat operasional mereka lebih efisien. Cara ini akan lebih efektif sebab mereka bisa mendapatkan harga yang besar," ujar Luhut, Kamis (11/4/2019).
Program Satu Juta Nelayan Berdaulat sendiri merupakan program baru yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim). Program ini akan memberikan pelatihan kepada 1.000 orang yang terdiri dari nelayan, ketua rukun nelayan tiap desa dan kecamatan, pengurus atau petugas koperasi nelayan, petugas TPI, dan pembina nelayan.
Menurut Luhut, setelah di Sukabumi, peluncuran program Satu Juta Nelayan Berdaulat ini juga akan dilakukan di Ambon Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan lima tempat lainnya dalam waktu dekat ini. "Harapan dari presiden sebanyak 3,7 juta orang nelayan ini bisa lebih makmur," jelasnya.
Para nelayan tersebut, lanjut Luhut, akan dilatih cara menggunakan aplikasi FishOn, menabur jala yang efisien, serta pemasaran ikan secara online, mereka juga dilatih tentang standar keselamatan kerja di laut, menentukan daerah tangkapan ikan dan pengelolaan tangkapan.
"Mereka akan dilatih selama dua minggu untuk mempelajari aplikasi. Semoga 10 tahun kedepan akan ada unicorn-unicorn baru," katanya, dalam kunjungan kali ini Menko Luhut didampingi Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Sofyan Djalil.
Aplikasi berbasis android ini juga memiliki fitur informasi pencurian ikan, pengawetan ikan, penjualan ikan, komunikasi pencatatan hasil tangkapan ikan, panic button untuk permintaan bantuan dalam kondisi darurat, fitur pembayaran elektronik dan fitur belanja kebutuhan sehari hari. Selain itu ada aplikasi penjualan dan manajemen gudang untuk koperasi nelayan, aplikasi lelang ikan online yang menghubungkan TPI, nelayan dan pedagang ikan, serta aplikasi website penjualan e-commerce ikan.
FishOn juga mengembangkan device IoT untuk memberikan layanan internet murah ditengah laut, juga teknologi dari bahan alami yang membuat ikan tidak cepat membusuk dan tetap segar dalam 45 hari.
Dari segi bisnis, aplikasi ini melakukan pelatihan untuk nelayan dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yaitu sistem informasi yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi dan distribusi.
"Dengan program ini diharapkan nelayan bisa langsung menjual hasil tangkapannya ke konsumen tanpa melalui tengkulak. Mereka bisa langsung mengetahui tempat-tempat dimana ada ikan, ini membuat operasional mereka lebih efisien. Cara ini akan lebih efektif sebab mereka bisa mendapatkan harga yang besar," ujar Luhut, Kamis (11/4/2019).
Program Satu Juta Nelayan Berdaulat sendiri merupakan program baru yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim). Program ini akan memberikan pelatihan kepada 1.000 orang yang terdiri dari nelayan, ketua rukun nelayan tiap desa dan kecamatan, pengurus atau petugas koperasi nelayan, petugas TPI, dan pembina nelayan.
Menurut Luhut, setelah di Sukabumi, peluncuran program Satu Juta Nelayan Berdaulat ini juga akan dilakukan di Ambon Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan lima tempat lainnya dalam waktu dekat ini. "Harapan dari presiden sebanyak 3,7 juta orang nelayan ini bisa lebih makmur," jelasnya.
Para nelayan tersebut, lanjut Luhut, akan dilatih cara menggunakan aplikasi FishOn, menabur jala yang efisien, serta pemasaran ikan secara online, mereka juga dilatih tentang standar keselamatan kerja di laut, menentukan daerah tangkapan ikan dan pengelolaan tangkapan.
"Mereka akan dilatih selama dua minggu untuk mempelajari aplikasi. Semoga 10 tahun kedepan akan ada unicorn-unicorn baru," katanya, dalam kunjungan kali ini Menko Luhut didampingi Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Sofyan Djalil.
Aplikasi berbasis android ini juga memiliki fitur informasi pencurian ikan, pengawetan ikan, penjualan ikan, komunikasi pencatatan hasil tangkapan ikan, panic button untuk permintaan bantuan dalam kondisi darurat, fitur pembayaran elektronik dan fitur belanja kebutuhan sehari hari. Selain itu ada aplikasi penjualan dan manajemen gudang untuk koperasi nelayan, aplikasi lelang ikan online yang menghubungkan TPI, nelayan dan pedagang ikan, serta aplikasi website penjualan e-commerce ikan.
FishOn juga mengembangkan device IoT untuk memberikan layanan internet murah ditengah laut, juga teknologi dari bahan alami yang membuat ikan tidak cepat membusuk dan tetap segar dalam 45 hari.
Dari segi bisnis, aplikasi ini melakukan pelatihan untuk nelayan dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yaitu sistem informasi yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi dan distribusi.
(ven)