Antisipasi Dampak El Nino, Kementan Jaga Pasokan Air Bendungan Juanda
A
A
A
JAKARTA - Bendungan Juanda atau yang dikenal sebagai Bendungan Jatiluhur menjadi andalan irigasi untuk petani di Jawa Barat. Karenanya pasokan air perlu dijaga agar selama musim kemarau bisa terus mengairi sawah petani.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) Prakiraan Iklim Musim Kemarau 2019 Antisipasi Dampak El Nino di Wilayah Jawa Barat yang dilakukan oleh Subdit Iklim, Konservasi dan Lingkungan Hidup Direktorat Irigasi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, terungkap fakta menarik tentang kondisi Bendung Jatiluhur di tahun 2019.
"Per 18 Maret 2019, tinggi muka air (TMA) Bendungan pada posisi 97,14 m dpl. Sedangkan dikatakan normal jika tinggi muka air 109 m dpl," ujar Manajer Operasi dan Pengelolaan Data SDA dan SDL PJT II, Dodi Suryanto.
Sedangkan menurut BMKG, musim kemarau di Jawa Barat diperkirakan masuk di bulan April 2019 mendatang. Sehingga dibutuhkan strategi penanganan dan pemenuhan air irigasi tahun 2019 di Jawa Barat.
Strategi tersebut mulai dengan menambah tampungan air waduk dengan melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Di tingkat petani dengan koordinasi bersama kelompok tani serta pemerintah daerah untuk tetap menjaga kondisi pasok air sehingga tidak terjadi dampak kekeringan.
"Di bendungan juga dilakukan efisiensi distribusi air dengan pemberian air dibagian hulu lebih diefisiensikan sehingga dapat mencapai areal di bagian hilir," beber Dodi.
Kemudian dilakukan gilir giring, yaitu pemberian air digilir sehingga seluruh areal sawah dapat terairi dan tidak terjadi kekeringan.
Dodi menambahkan pihaknya juga akan melakukan pengamanan pasok air dengan mengawal dan memastikan pasok air dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan dengan dibantu oleh TNI AD.
"Sehingga dengan adanya strategi ini diharapkan petani mendapatkan pasokan air yang cukup selama musim kemarau dan tidak mengalami kekeringan," pungkasnya.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan Tim Khusus penanganan Kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.
"Tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini nanti untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat," ujar Sarwo Edhy dalam keterangan resmi yang diterima SINDOnews, Kamis (2/5/2019).
Tujuannya, untuk memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendung atau Bendungan. Serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati.
"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari Bendung atau Bendungan mengalami penurunan," kata Sarwo Edhy.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) Prakiraan Iklim Musim Kemarau 2019 Antisipasi Dampak El Nino di Wilayah Jawa Barat yang dilakukan oleh Subdit Iklim, Konservasi dan Lingkungan Hidup Direktorat Irigasi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, terungkap fakta menarik tentang kondisi Bendung Jatiluhur di tahun 2019.
"Per 18 Maret 2019, tinggi muka air (TMA) Bendungan pada posisi 97,14 m dpl. Sedangkan dikatakan normal jika tinggi muka air 109 m dpl," ujar Manajer Operasi dan Pengelolaan Data SDA dan SDL PJT II, Dodi Suryanto.
Sedangkan menurut BMKG, musim kemarau di Jawa Barat diperkirakan masuk di bulan April 2019 mendatang. Sehingga dibutuhkan strategi penanganan dan pemenuhan air irigasi tahun 2019 di Jawa Barat.
Strategi tersebut mulai dengan menambah tampungan air waduk dengan melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Di tingkat petani dengan koordinasi bersama kelompok tani serta pemerintah daerah untuk tetap menjaga kondisi pasok air sehingga tidak terjadi dampak kekeringan.
"Di bendungan juga dilakukan efisiensi distribusi air dengan pemberian air dibagian hulu lebih diefisiensikan sehingga dapat mencapai areal di bagian hilir," beber Dodi.
Kemudian dilakukan gilir giring, yaitu pemberian air digilir sehingga seluruh areal sawah dapat terairi dan tidak terjadi kekeringan.
Dodi menambahkan pihaknya juga akan melakukan pengamanan pasok air dengan mengawal dan memastikan pasok air dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan dengan dibantu oleh TNI AD.
"Sehingga dengan adanya strategi ini diharapkan petani mendapatkan pasokan air yang cukup selama musim kemarau dan tidak mengalami kekeringan," pungkasnya.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan Tim Khusus penanganan Kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.
"Tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini nanti untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat," ujar Sarwo Edhy dalam keterangan resmi yang diterima SINDOnews, Kamis (2/5/2019).
Tujuannya, untuk memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendung atau Bendungan. Serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati.
"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari Bendung atau Bendungan mengalami penurunan," kata Sarwo Edhy.
(ven)