Membekali Karyawan dengan Konsep SMART

Kamis, 02 Mei 2019 - 11:44 WIB
Membekali Karyawan dengan...
Membekali Karyawan dengan Konsep SMART
A A A
POPULASI 265 juta jiwa dan meluasnya jangkauan BPJS Kesehatan menjadikan pasar farmasi di Indonesia kian prospektif.

Potensi ini dilirik oleh perusahaan farmasi asal Korea Selatan dengan memproduksi obat antikanker yang aman, berkualitas, dan halal. Menurut data IMS, pasar obat onkologi atau antikanker meningkat rata-rata 38% per tahun.

PT CKD OTTO Pharmaceuticals (CKD OTTO Pharma), usaha patungan Chong Kun Dang Pharmaceuticals Corp (CKD Pharm) dan PT Otto Pharmaceuticals Industries, akan memulai produksi komersial obat antikanker di pabrik di Cikarang tahun ini dan menargetkan merebut 30% pangsa pasar dalam lima tahun.

Presiden Direktur CKD OTTO Pharma Inhyun Baik mengatakan, obat antikanker yang diproduksi juga sudah mengantongi sertifikat halal. Dalam menakhodai CKD OTTO Pharma dan menuntun timnya untuk mencapai target perusahaan, Inhyun Baik senantiasa menerapkan konsep SMART. Apa itu? Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana Anda melihat potensi industri farmasi di Indonesia?
Indonesia merupakan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, yaitu 265 juta jiwa. Menurut data IMS, total pasar farmasi Indonesia pada 2018 sebesar USD7,2 miliar dan diproyeksikan mencapai USD11,9 miliar pada 2023.

Salah satu faktor pendorong tumbuhnya industri farmasi adalah meluasnya jangkauan kepesertaan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan yang menjangkau hampir 80% populasi penduduk Indonesia. Dari sisi harga obat mungkin akan ketat persaingannya, tapi market size Indonesia akan tumbuh secara berkelanjutan.

Apa strategi untuk menciptakan produk berkualitas dan berdaya saing?
Kami menawarkan produk berkualitas dengan harga bersaing, penerapan manajemen yang efisien, dan teknologi terkini dalam proses produksinya. CKD Pharm, pemegang saham mayoritas CKD OTTO Pharma, sudah memproduksi obat antikanker di Korea selama bertahun-tahun.

Kami juga mengekspornya ke Jepang dan negara ASEAN. Dengan teknologi yang sudah ada, biaya produksi juga bisa ditekan. Selain itu, fasilitas pabrik baru kami di sini juga memungkinkan untuk mengurangi traditional cost.

Sekitar 90% bahan baku obat masih impor. Bagaimana pengaruh impor bahan baku terhadap biaya produksi?
Active pharmaceutical ingredient (API) atau bahan farmasi aktif merupakan komponen utama dari produk obat-obatan yang menentukan besaran biaya akhir dari produk obat dan keuntungan yang bisa diraih perusahaan.

Perusahaan manufaktur obat generik yang besarbesar biasanya punya fasilitas pembuatan API sendiri sehingga tidak perlu membeli atau mendatangkan dari pihak luar.

Kami adalah bagian dari grup KyongBo Pharmaceutical co Ltd yang juga memproduksi bahan aktif untuk obat onkologi, maka kami mendapatkan pasokan API yang relatif stabil, dari segi jumlah ataupun harga.

Dampak fluktuasi nilai tukar dolar AS bagaimana?
Sekitar 90% API diimpor dari grup perusahaan kami di Korea. Jadi, fluktuasi dolar ini memang agak menjadi tekanan bagi kami untuk bisa menjaga laba. Untuk mengatasinya, kami berusaha mengelola biaya produksi seefisien mungkin.

Dengan adanya Program BPJS Kesehatan, apakah produk-produk CKD OTTO Pharma akan menjangkau seluruh masyarakat Indonesia?

BPJS telah memperluas kerja sama dengan provider umum dan swasta, dan diharapkan tahun ini semua masyarakat bisa terlindungi kesehatannya melalui skema BPJS ini. Maka, kami juga dengan senang hati akan memasok produk obat-obatan antikanker kami yang berkualitas.

Target kami, produk obat yang diproduksi di Indonesia harus masuk ke skema BPJS. Karena pasar onkologi ditargetkan 80% untuk publik, 20% untuk swasta. Jadi, target utama kami pasar publik. Menurut data IMS, pasar obat onkologi di Indonesia meningkat rata-rata 38% per tahun.

Pabrik di Cikarang memproduksi apa saja dan berapa kapasitasnya?
Pabrik kami yang baru saja selesai sudah memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP) Uni Eropa dan mengantongi sertifikasi CPOB pada September 2018. Kami memulai pilot production untuk setiap produk pada Oktober 2018 dan akan mulai produksi komersial pada paruh kedua 2019. Kapasitas produksi tahunan mencapai 1,6 juta vial.

Pabrik dengan luas bangunan 12.588 meter persegi ini nilai investasinya mencapai USD30 juta. Pabrik ini didirikan dengan dukungan penuh dari transfer teknis dan sistem manajemen CKD Pharm.

Sudah disepakati bahwa obat antikanker utama yang diproduksi oleh CKD, seperti Oxaliplatin, Gemcitabine, Paclitaxel, Docetaxel, Pemetrexed, dan Bortezonib Injection, akan diproduksi juga di sini. Ke depan, obat yang diproduksi akan ditujukan 50% untuk lokal dan 50% diekspor.

Berapa target pertumbuhan penjualan tahun ini?
Kami telah memetakan strategi untuk mengambil alih 30% pangsa pasar obat antikanker di Indonesia dalam lima tahun ke depan. Dengan pabrik terbaru di Indonesia sebagai basis produksi, kami akan mengekspor produk onkologi ke pasar di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Eropa, termasuk 10 negara ASEAN.

Mengingat negara-negara Islam populasinya akan mencapai 2,6 miliar jiwa, maka ekspor ke Timur Tengah dan Afrika Utara sangat kami fokuskan. Kami yakin mampu bersaing, apalagi produk kami juga sudah besertifikat halal dari MUI. Ini menjadi strong marketing point kami.

Untuk mencapai target 30% pangsa pasar obat antikanker, strateginya seperti apa?
Pangsa terbesar farmasi yang akan dibidik masih di Pulau Jawa sekitar 60%, 20% dari Sumatera, serta 20% Sulawesi dan lainnya. Kami juga bekerja sama dengan para dokter dan key opinion leader .

Selain itu, kami selalu mengumpulkan informasi terkini dari grup perusahaan kami di Korea. Onkologi saat ini tumbuh pesat terutama di Indonesia dengan 265 juta penduduk.

Namun, saya rasa potensi pasien onkologi baru 1 juta kurang karena analisis klinis yang kurang memadai. Ke depan akan lebih disosialisasikan sehingga pasar onkologi akan naik. Di Korea, onkologi pertumbuhannya dua digit.

Apa prinsip atau konsep kepemimpinan yang Anda terapkan di perusahaan?
Prinsip kepemimpinan saya adalah SMART (specific, measurable, attainable, realistic, time oriented). Setelah lulus MBA, saya belajar dari metode analitis SMART ini dan untuk mengajar karyawan. Hal yang terpenting, kecakapan berkomunikasi.

Kita tahu bahwa terlalu banyak barrier dalam berkomunikasi dan ini yang saya coba hindari dengan menerapkan konsep SMART kepada karyawan saya. Saya selalu mengajar dan melatih karyawan berdasarkan SMART.

Seperti apa penjabarannya?
Pertama, spesific . Contohnya dalam rapat mingguan, kepada sales manager saya selalu bertanya, “Apa yang dilakukan untuk menjual?”. Kalau dia menjawab, “Harus semangat dan melakukan yang terbaik”, itu namanya bukan jawaban spesifik. Semua orang melakukan yang terbaik, tapi spesifiknya apa?.

Kedua, measurable atau terukur. Anda harus kasih saya angka, yang terukur. Ketiga, attainable . Maknanya, kita terapkan target yang dapat dicapai. Keempat, realistic . Misalnya berapa ekspektasi penjualan kita bulan ini?. Kelima, time oriented . Ini sangat penting. Harus ada timeline-nya.

Apa tantangan terbesar dalam memimpin?
Tantangan terbesar itu komunikasi. Untuk mencegah kegagalan komunikasi, CEO harus berkomunikasi dengan semua level. Sebagai contoh, saya harus menciptakan visi dan mengajak tim untuk menjadikannya sebagai visi mereka juga.

Saya harus terhubung pada tingkat individu dan menginspirasi orang agar pola pikirnya berubah dari “saya” ke “kita”. Ini mencerminkan kolaborasi, kita punya tujuan yang sama.

Untuk menghindari miskomunikasi, saya tidak melakukan komunikasi top-down , tidak hanya ke manajer tapi juga level di bawahnya. Saya juga harus membangun kepercayaan dengan menyinkronisasikan komunikasi verbal dan nonverbal saya.

Bagaimana cara Anda membangun komunikasi dengan tim?
Saya menyebutnya “politik pintu terbuka”. Ini membawa pesan transparansi bagi tim, konsep yang penting untuk membangun kepercayaan dan kejelasan. Karyawan boleh datang ke saya kapan pun untuk minta bantuan atau petunjuk, dan saya juga mendorong untuk interaksi di antara kolega. (Inda Susanti)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0568 seconds (0.1#10.140)