ABM Investama Bagi Dividen Rp100 Miliar
A
A
A
JAKARTA - PT ABM Investama Tbk (ABMM) akan membagikan dividen sebesar Rp100 miliar atau setara dengan Rp36,32 per lembar saham kepada para pemegang saham.
Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ABM yang digelar di Jakarta kemarin. Selain pembagian dividen, dalam RUPST tersebut juga diputuskan merombak jajaran direksi dan komisaris.
Adapun jajaran komisaris terdiri atas Komisaris Utama Rachmat Mulyana Hamami, Komisaris Mivida Hamami, dan Komisaris Independen Arief Tarunakarya Surowidjojo. Sementara jajaran direksi menjadi Direktur Utama Achmad Ananda Djajanegara dan Direktur Keuangan Adrian Erlangga.
Direktur Utama ABM Andi Djajanegara mengatakan, pembagian dividen ini merupakan yang ketiga kali dilakukan perusahaan sejak ABM resmi menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2011.
Terakhir kali ABM memberikan dividen pada 2014 untuk tahun buku 2013. “Pembagian dividen ini menjadi salah satu komitmen kami terhadap para pemegang saham yang terus mendukung strategi yang dilakukan perusahaan. Kami juga bersyukur bahwa pada 2018 ABM berhasil meraih laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan ini berdiri,” kata Andi.
Andi menjelaskan, keputusan manajemen untuk menjalankan strategi memperkuat bisnis inti melalui mining value chain serta meningkatkan sinergi di antara seluruh entitas Grup ABM menjadi kunci dalam penguatan bisnis perusahaan.
Pada 2018, pendapatan bersih ABM mencapai USD773,07 juta, tumbuh 11,92% dari 2017 se besar USD690,73 juta. Sementara laba bersih perusahaan mencapai USD65,49 juta. “Dengan strategi yang tepat dan operasional yang excellence di seluruh lini bisnis, ABM berhasil meningkatkan produksi batu bara sekaligus meningkatkan efisiensi. Ke depan, penguatan bisnis ini akan terus dilakukan dengan mengoptimalkan peluang yang masih terbuka di industri batu bara nasional,” jelasnya.
Andi berkeyakinan pada 2019 industri batu bara lebih stabil. Perekonomian global yang tetap positif dan kebutuhan batu bara di dalam negeri yang juga terus meningkat akan menjadi katalisator bisnis batu bara.
Sementara Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga menjelaskan, pada 2018 harga rata-rata batu bara mengalami volatilitas dan cenderung menurun pada kuartal IV tahun lalu. Namun, penguatan sinergi, terutama optimalisasi operasional diantara seluruh entitas bisnis Grup ABM membuat kinerja perusahaan tetap terjaga secara positif.Menurut Adrian, sebagai perusahaan tambang batu bara terintegrasi, ABM memiliki layanan dari hulu sampai hilir yang semakin efisien. Ini adalah modal bagi ABM untuk terus memperkuat bisnisnya, baik melalui peningkatan produksi di tambang sendiri maupun melakukan aliansi strategis dengan pemilik tambang lain dengan ABM sebagai pengelola tambang batu baranya.
“Kami akan menawarkan jasa pengelolaan tambang melalui kerja sama strategis dengan pemilik tambang. Proses awal produksi hingga pemasaran batu bara akan dilakukan oleh Grup ABM,” jelas Adrian.
Tahun ini ABM menargetkan dapat memproduksi batu bara sebanyak sekitar 12 juta ton. Produksi tersebut berasal dari tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Kalimantan Selatan dan dari tambang PT Mifa Bersaudara (Mifa) dan PT Bara Energi Lestari (BEL) di Aceh. (Rakhmat Baihaqi)
Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ABM yang digelar di Jakarta kemarin. Selain pembagian dividen, dalam RUPST tersebut juga diputuskan merombak jajaran direksi dan komisaris.
Adapun jajaran komisaris terdiri atas Komisaris Utama Rachmat Mulyana Hamami, Komisaris Mivida Hamami, dan Komisaris Independen Arief Tarunakarya Surowidjojo. Sementara jajaran direksi menjadi Direktur Utama Achmad Ananda Djajanegara dan Direktur Keuangan Adrian Erlangga.
Direktur Utama ABM Andi Djajanegara mengatakan, pembagian dividen ini merupakan yang ketiga kali dilakukan perusahaan sejak ABM resmi menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2011.
Terakhir kali ABM memberikan dividen pada 2014 untuk tahun buku 2013. “Pembagian dividen ini menjadi salah satu komitmen kami terhadap para pemegang saham yang terus mendukung strategi yang dilakukan perusahaan. Kami juga bersyukur bahwa pada 2018 ABM berhasil meraih laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan ini berdiri,” kata Andi.
Andi menjelaskan, keputusan manajemen untuk menjalankan strategi memperkuat bisnis inti melalui mining value chain serta meningkatkan sinergi di antara seluruh entitas Grup ABM menjadi kunci dalam penguatan bisnis perusahaan.
Pada 2018, pendapatan bersih ABM mencapai USD773,07 juta, tumbuh 11,92% dari 2017 se besar USD690,73 juta. Sementara laba bersih perusahaan mencapai USD65,49 juta. “Dengan strategi yang tepat dan operasional yang excellence di seluruh lini bisnis, ABM berhasil meningkatkan produksi batu bara sekaligus meningkatkan efisiensi. Ke depan, penguatan bisnis ini akan terus dilakukan dengan mengoptimalkan peluang yang masih terbuka di industri batu bara nasional,” jelasnya.
Andi berkeyakinan pada 2019 industri batu bara lebih stabil. Perekonomian global yang tetap positif dan kebutuhan batu bara di dalam negeri yang juga terus meningkat akan menjadi katalisator bisnis batu bara.
Sementara Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga menjelaskan, pada 2018 harga rata-rata batu bara mengalami volatilitas dan cenderung menurun pada kuartal IV tahun lalu. Namun, penguatan sinergi, terutama optimalisasi operasional diantara seluruh entitas bisnis Grup ABM membuat kinerja perusahaan tetap terjaga secara positif.Menurut Adrian, sebagai perusahaan tambang batu bara terintegrasi, ABM memiliki layanan dari hulu sampai hilir yang semakin efisien. Ini adalah modal bagi ABM untuk terus memperkuat bisnisnya, baik melalui peningkatan produksi di tambang sendiri maupun melakukan aliansi strategis dengan pemilik tambang lain dengan ABM sebagai pengelola tambang batu baranya.
“Kami akan menawarkan jasa pengelolaan tambang melalui kerja sama strategis dengan pemilik tambang. Proses awal produksi hingga pemasaran batu bara akan dilakukan oleh Grup ABM,” jelas Adrian.
Tahun ini ABM menargetkan dapat memproduksi batu bara sebanyak sekitar 12 juta ton. Produksi tersebut berasal dari tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Kalimantan Selatan dan dari tambang PT Mifa Bersaudara (Mifa) dan PT Bara Energi Lestari (BEL) di Aceh. (Rakhmat Baihaqi)
(nfl)