Sukseskan Program Serasi, Kementan Membentuk Tim Evaluasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian melakukan evaluasi terhadap program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi). Untuk memperlancar program yang digadang-gadang bisa meningkatkan produksi pertanian itu, Kementan membentuk Tim Evaluasi Program Serasi.
Pembentukan tim ini dilakukan di dalam rapat yang digelar di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan pada 7 Mei 2019 lalu. Rapat diikuti oleh Pokja Pelaporan lingkup Ditjen PSP, Tim SPI lingkup Ditjen PSP dan Ditjen Tanaman Pangan.
"Rapat dilakukan dalam rangka menindaklanjuti Permentan No. 297/Kpts/Ot.0050/M/4/2019 tanggal 26 April 2019 tentang Pembentukan Tim Evaluasi Program Utama Kementerian Pertanian dan rapat persiapan Evaluasi yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementan tanggal 6 Mei 2019 di Gd. A Kementan," ujar Kabag Evaluasi dan Layanan Rekomendasi Kementan Baginda Siagian, Senin (13/5/2019).
Dalam rapat tersebut, telah diputuskan beberapa poin. Diantaranya segera dibentuk tim self evaluation dan rencana kunjungan lapangan di lokasi Program Serasi. Tim self evaluation bertugas melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program utama Kementerian Pertanian (#Serasi), melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program kegiatan yang telah dilaksanakan, dan melakukan pembenahan terhadap hasil evaluasi. Pelaksanaan kegiatan evaluasi dilakukan sampai dengan Mei 2019.
"Selain itu, segera disusun lebih lanjut rencana kunjungan lapangan di lokasi yang menjadi target utama program Serasi di Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten Batola), Sumatra Selatan (Kabupaten Banyuasin) dan Sulawesi Selatan (Kabupaten Wajo)," sebutnya.
Hasil evaluasi program Serasi akan dilaporkan dan dipresentasikan kepada Menteri Pertanian selaku Ketua Pengarah oleh Direktur Jenderal PSP selaku Ketua Pelaksana. Hasil evaluasi juga akan di-cross check dengan hasil evaluasi yang dilakukan oleh tim independent (SEKP, Itjen, dan Pusdatin).
"Mengacu pada progress pelaksanaan program Serasi saat ini, penetapan variabel hanya dapat diimplementasikan sampai dengan komponen output," pungkasnya.
Sementara, salah satu peneliti dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Syahyuti mengatakan, indikator dari kenerja program Serasi dapat dilihat dari dua hal. Yaitu Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) atau Produktivitas dan penurunan biaya olah tanah, tanam, dan pemeliharaan.
"Selama ini bentuk kegiatan dalam Serasi meliputi bantuan budidaya padi (benih, pupuk, dolomit, herbisida), integrasi budidaya (hortikultura, ternak, ikan), bantuan teknis pengembangan usaha KUB (konsultan), dan melibatkan petani milenial (panen, olah tanah, tanam, pengelolaan UPJA, distribusi hasil, dan lain-lain)," jelas Syahyuti.
Jenis bantuan lainnya antara lain Survey Investigasi and Design (SID), pembangunan dan perbaikan infrastruktur, dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) pra dan pasca panen. SID harus menampilkan kebutuhan infrastruktur (pompa, listrik, jalan), dimensi pembangunan maupun rehabilitasi jaringan (saluran drainase utama, saluran konektivitas, saluran tersier, saluran cacing, pintuair,box bagi, tanggul/talud, jalan usaha tani, dan lain-lain), serta biaya yang dibutuhkan (RAB).
"Selanjutnya SID digunakan sebagai bahan untuk menyusun Detail Engineering Design (DED). Pelaksana SID adalah Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Balitbangtan dan Dinas Pertanian setempat. Kegiatan SID ini dijadwalkan Januari-Maret 2019," ungkapnya.
Sementara, kontribusi yang bisa dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) antara lain pengkondisian lahan dengan pemilik, penyiapan SDM petani, perjanjian kompensasi lahan yang terdampak infrastruktur, memasukan jalur listrik ke lokasi dengan format PJU dan memberikan bahan bakar, operator, serta pemeliharaan.
Program Serasi ini sudah mempunyai beberapa pilot project yang dilakukan di 2018. Diantaranya di Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Muara Telang yang melibatkan Kelompok Tani (KT) Bina Tani Sejahtera Desa Telang Rejo (272 Ha), KT Karya Sejahtera Desa Telang Karya (352 Ha), dan KT Subur Makmur Desa Telang Makmur (272 Ha). Sementara di Kabupaten Banjar, Kecamatan Sungai Tabuk melibatkan KT Karya Tani Desa Tajau Landung (140 ha) dan KT Karya Tani Desa Keliling Benteng Ilir (60 ha).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan memanfaatkan lahan rawa tidaklah mudah, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun dirinya optimistis program Serasi ini akan terealisasi sesuai yang diharapkan.
"Potensi lahan rawa yang siap untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian harus dilakukan. Ini diperlukan untuk mewujudkan Indonesia jadi lumbung pangan. Apalagi, terjadi penurunan Data Eksisting Luas Lahan Sawah menjadi sekitar 7,7 juta ha menurut versi validasi BPS," jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, pengamanan ketahanan pangan nasional melalui jumlah hasil produksi juga perlu terus ditingkatkan. Ini juga sebagai upaya peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan Luas Areal Tanam komoditas pertanian.
"Sasaran akhir adalah kedaulatan pangan pada tahun 2045. Apalagi, lahan rawa aman dari aspek lingkungan dan bahaya kebakaran. Program Serasi ini beda dengan Program Gambut Sejuta Hektar, dimana lahannya mudah terbakar. Program Serasi memanfaatkan tanah mineral, bukan lahan gambut. Selain itu juga hasilnya sudah terbukti di lapangan," pungkasnya.
Pembentukan tim ini dilakukan di dalam rapat yang digelar di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan pada 7 Mei 2019 lalu. Rapat diikuti oleh Pokja Pelaporan lingkup Ditjen PSP, Tim SPI lingkup Ditjen PSP dan Ditjen Tanaman Pangan.
"Rapat dilakukan dalam rangka menindaklanjuti Permentan No. 297/Kpts/Ot.0050/M/4/2019 tanggal 26 April 2019 tentang Pembentukan Tim Evaluasi Program Utama Kementerian Pertanian dan rapat persiapan Evaluasi yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementan tanggal 6 Mei 2019 di Gd. A Kementan," ujar Kabag Evaluasi dan Layanan Rekomendasi Kementan Baginda Siagian, Senin (13/5/2019).
Dalam rapat tersebut, telah diputuskan beberapa poin. Diantaranya segera dibentuk tim self evaluation dan rencana kunjungan lapangan di lokasi Program Serasi. Tim self evaluation bertugas melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program utama Kementerian Pertanian (#Serasi), melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program kegiatan yang telah dilaksanakan, dan melakukan pembenahan terhadap hasil evaluasi. Pelaksanaan kegiatan evaluasi dilakukan sampai dengan Mei 2019.
"Selain itu, segera disusun lebih lanjut rencana kunjungan lapangan di lokasi yang menjadi target utama program Serasi di Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten Batola), Sumatra Selatan (Kabupaten Banyuasin) dan Sulawesi Selatan (Kabupaten Wajo)," sebutnya.
Hasil evaluasi program Serasi akan dilaporkan dan dipresentasikan kepada Menteri Pertanian selaku Ketua Pengarah oleh Direktur Jenderal PSP selaku Ketua Pelaksana. Hasil evaluasi juga akan di-cross check dengan hasil evaluasi yang dilakukan oleh tim independent (SEKP, Itjen, dan Pusdatin).
"Mengacu pada progress pelaksanaan program Serasi saat ini, penetapan variabel hanya dapat diimplementasikan sampai dengan komponen output," pungkasnya.
Sementara, salah satu peneliti dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Syahyuti mengatakan, indikator dari kenerja program Serasi dapat dilihat dari dua hal. Yaitu Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) atau Produktivitas dan penurunan biaya olah tanah, tanam, dan pemeliharaan.
"Selama ini bentuk kegiatan dalam Serasi meliputi bantuan budidaya padi (benih, pupuk, dolomit, herbisida), integrasi budidaya (hortikultura, ternak, ikan), bantuan teknis pengembangan usaha KUB (konsultan), dan melibatkan petani milenial (panen, olah tanah, tanam, pengelolaan UPJA, distribusi hasil, dan lain-lain)," jelas Syahyuti.
Jenis bantuan lainnya antara lain Survey Investigasi and Design (SID), pembangunan dan perbaikan infrastruktur, dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) pra dan pasca panen. SID harus menampilkan kebutuhan infrastruktur (pompa, listrik, jalan), dimensi pembangunan maupun rehabilitasi jaringan (saluran drainase utama, saluran konektivitas, saluran tersier, saluran cacing, pintuair,box bagi, tanggul/talud, jalan usaha tani, dan lain-lain), serta biaya yang dibutuhkan (RAB).
"Selanjutnya SID digunakan sebagai bahan untuk menyusun Detail Engineering Design (DED). Pelaksana SID adalah Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Balitbangtan dan Dinas Pertanian setempat. Kegiatan SID ini dijadwalkan Januari-Maret 2019," ungkapnya.
Sementara, kontribusi yang bisa dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) antara lain pengkondisian lahan dengan pemilik, penyiapan SDM petani, perjanjian kompensasi lahan yang terdampak infrastruktur, memasukan jalur listrik ke lokasi dengan format PJU dan memberikan bahan bakar, operator, serta pemeliharaan.
Program Serasi ini sudah mempunyai beberapa pilot project yang dilakukan di 2018. Diantaranya di Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Muara Telang yang melibatkan Kelompok Tani (KT) Bina Tani Sejahtera Desa Telang Rejo (272 Ha), KT Karya Sejahtera Desa Telang Karya (352 Ha), dan KT Subur Makmur Desa Telang Makmur (272 Ha). Sementara di Kabupaten Banjar, Kecamatan Sungai Tabuk melibatkan KT Karya Tani Desa Tajau Landung (140 ha) dan KT Karya Tani Desa Keliling Benteng Ilir (60 ha).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan memanfaatkan lahan rawa tidaklah mudah, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun dirinya optimistis program Serasi ini akan terealisasi sesuai yang diharapkan.
"Potensi lahan rawa yang siap untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian harus dilakukan. Ini diperlukan untuk mewujudkan Indonesia jadi lumbung pangan. Apalagi, terjadi penurunan Data Eksisting Luas Lahan Sawah menjadi sekitar 7,7 juta ha menurut versi validasi BPS," jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, pengamanan ketahanan pangan nasional melalui jumlah hasil produksi juga perlu terus ditingkatkan. Ini juga sebagai upaya peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan Luas Areal Tanam komoditas pertanian.
"Sasaran akhir adalah kedaulatan pangan pada tahun 2045. Apalagi, lahan rawa aman dari aspek lingkungan dan bahaya kebakaran. Program Serasi ini beda dengan Program Gambut Sejuta Hektar, dimana lahannya mudah terbakar. Program Serasi memanfaatkan tanah mineral, bukan lahan gambut. Selain itu juga hasilnya sudah terbukti di lapangan," pungkasnya.
(ven)