Jadi Market Leader, Marianus Ungkap Rahasia Mencapai Sukses
A
A
A
Masa depan sulit ditebak akan seperti apa jadinya. Karena masa depan tidak bisa ditarik secara linear dari kondisi saat ini, maka tak seorang pun bisa mengetahui hidupnya di masa mendatang. Orang boleh berangan-angan akan seperti apa saja, tapi belum tentu hal itu akan terpenuhi. Hanya berusaha dan kerja keras yang bisa memberikan gambaran tentang masa depan, tapi bukan suatu kepastian.
Barangkali seperti itu rangkuman jalan hidup Marianus Nuban, seorang pekerja keras yang sukses dalam usaha Jagung Manis Fantastic. Dari seorang Satpam, kini ia menjelma sebagai seorang bos yang beromset miliaran rupiah per bulan lewat usaha Jagung Manis Fantastic. Perjalanan hidupnya berputar 360 derajad.
Apa yang dicapai lelaki kelahiran 27 April 1974 di Pulau Lembata-Flores, NTT itu, bukan tanpa tantangan. Sebelum mencapai sukses, banyak usaha ia geluti. Mulai dari usaha jualan sepatu, dagang somai, menyediakan les sempoa dan usaha lainnya yang pada akhirnya kandas karena tidak mengantongi keuntungan. Namun, baginya, kegagalan itu hal biasa. Bangkit lagi dan tidak mengulangi kegagalan yang sama, tekad kerja keras, kerja cerdas dan berani untuk terus mencoba menjadi etos yang terus dijaganya.
Anak pertama dari tujuh saudara yang semuanya laki-laki, itu, pada tahun 1994 memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa. Awalnya Marianus berlabuh di Daerah istimewa Jogyakarta. Bermodal ijazah STM (sekolah teknik menengah), ia kemudian memutuskan untuk kuliah di jurusan teknik pada sebuah Universitas swasta di kota Pelajar itu.
Namun seiring waktu, karena terhambat masalah keuangan, Marianus berhenti dari bangku kuliah dan memutuskan hijrah ke Jakarta. Di kota metropolitan rupanya menjadi babak awal perjuangannya. Untuk bertahan didup ia pun mau bekerja apa saja.
Mula-mula ia bekerja sebagai Satpam. Karena gaji tidak cukup, Marianus harus nyambi dengan menjadi kenek apabila ada yang membangun rumah. Kerja seperti ini membuatnya gelisah karena gaji yang diterimanya setiap bulan tidak cukup menolong kehidupannya. “Syarat menjadi satpam adalah orang harus jujur dan baik. Namun gajinya kecil. Saya berpikir betapa murahnya sebuah kejujuran,” ujar Marianus.
Untuk menambah penghasilan dari pekerjaaan sebagai satpam, Marianus nyambi berjualan sepatu dengan memanfaatkan kepercayaan yang diberikan pengrajin sepatu di kawasan Industri kecil Cakung. Biasanya, sehabis bertugas jaga, Marianus menyempatkan diri ke kawasan sudirman-Thamrin dan Gatot Subroto dan menawarkan model sepatu seperti yang ada dalam brosur.
Agar lancar dalam penjualan, Marianus membangun kerjasama dengan para ofiice boy (Ob) dan Satpam di setiap gedung di kawasan segi tiga emas itu, dengan cara membagi hasil. “Walaupun penjualannya saat itu tak sedasyat Jagung, saya belajar tentang kerjasama, kemitraan itu dari usaha sepatu,” kenangnya.
Tidak hanya sepatu, Marianus juga mengadu nasib dengan jualan somai. Namun usaha itu tak diteruskannya karena kurang laku. Marianus juga sempat membantu sang istri untuk memberikan les sempoa, tapi gagal. Tahun 2009, saat berada di Kawasan ITC Kuningan, Marianus memperhatikan aktivitas orang-orang yang sering menanyakan jagung manis.
Ia mencermati, jagung manis selalu habis. Kenyataan ini membuatnya tekad untuk menjalani usaha jagung manis. Kisah orang yang suka mencari jagung manis di kawasan ITC Kuningan itu menjadi titik penting perjalanan hidupnya.
Menyadari usaha berbasis jagung memiliki prospek yang cerah. Dia pun memperkenalkan brand Jagung Manis Fantastic dengan aneka rasa yang bisa disesuaikan dengan selera konsumen. Memulai usaha dengan uang Rp 4 juta, ia membuka gerai di Hero Bekasi. Usahany ini sangat menjanjikan, setiap harinya selalu ramai dipadati pembeli. “Jagung manis susu keju aneka rasa ini masih disukai sebagian besar masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,” ujarnya bangga.
Melihat larisnya usaha Marianus, seorang supervisor di tempat itu berminat untuk membeli Rp 12 juta apabila Marianus menjualnya, Tentu dengan kalkulasi matang, uang Rp 12 juta, dia bisa membuka tiga gerai baru. Tekadnya bulat dan fokus di jagung manis. Marianus kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai satpam Kimia Farma. Padahal kala itu BUMN Farmasi tengah mempromosikan tugas baru Marianus ke bagian Maintenance.
Namun, karena usahanya menggelinding cepat, dia tinggalkan pekerjaan sebagai satpam. Dalam tempo yang tak lebih dari 6 tahun, kemitraan yang dibangun membuat gerai dan gerobak Marianus semakin banyak. Pada 2014 jumlah gerai usahanya sudah mencapai 700 unit di seluruh Indonesia, baik milik sendiri maupun mitra. Sementara jumlah gerobak dorong sampai dengan tahun 2015 mencapai 400 unit di Jabodetabek.
Ada enam menu yang dia tawarkan yakni jagung manis original, pedas, mayonais, barbeque, coklat dan strawberry yang disajikan dalam cups (gelas plastik yang digunakan sebagai kemasan untuk menjual jagung manis). Untuk sumber bahan bakunya, Marianus bekerjasama dengan supplier jagung asal Cirebon, Jawa Barat. Komoditas lokal itu dipilihnya lantaran rasa jangungnya yang khas dan kualitas yang baik. Dalam menjual, Marianus selalu memberikan pesan kepada mitra, agar meyakinkan konsumen bahwa Fantastic Sweet Corn merupakan camilan sehat.
Kendati persaingan dalam jagung manis ketat karena banyak pemain, menurut Marianus produk jagung manisnya meraih market share 50% sehingga menjadi market leader. Jumlah pemainnya pun sudah banyak dengan rasa jagung manis yang hampir mirip, membuat dirinya melakukan ragam inovasi agar sukses. Salah satu kunci sukses adalah lokasi penjualan, tanpa mengesampingkan kualitas bahan baku, kemasan, serta kebersihan produk. Adapun, lokasi yang paling baik menurutnya adalah di kawasan yang ramai seperti pasar, rumah sakit, sekolah, atau pusat perbelanjaan.
Saat ini, cabang Jagung Manis Fantastik yang ia kelola sendiri ada sembilan gerai yang berada di kawasan Jabodetabek, seperti di Bekasi, Cikarang, Cikeas. Dia sengaja menyasar lokasi pinggiran tetapi mengambil lokasi strategis seperti di depan minimarket seperti di depan Giant, Hero maupun di area perumahan seperti Villa Nusa Indah.
Menurut Marianus, untuk mendapatkan lokasi itu biasanya tanya dulu ke kepala toko masing-masing apakah bisa menyewa , baru nantinya dilaporkan ke pusat. Faktor lokasi yang strategis itu, membuat penjualannya terbilang tinggi, yakni rata-rata 1.800 cup per gerai per bulan. Dengan harga jual sekitar Rp7.000 per cup, dari sembilan gerai jagung manisnya, Marianus bisa mengantongi omzet sekitar Rp113 juta setiap bulan.
“Keuntungannya terbilang lumayan, HPP satu cup sekitar Rp3.200 dan keuntunganya berarti Rp2.800 per cup,” terangnya. Marianus mengaku saat ini fokus pada mitra gerobak dorong di Jabodetabek, Karawang, dan Bandung. Ke depan Marianus akan membidik kota Surabaya atau Medan, Kalimantan untuk ekspansi gerobak dorong. Ia menargetkan hingga 2020 nanti bisa memiliki 2.000 gerobak dorong.
Marianus mengaku, ia sudah mengembangkan konsep baru kemitraan memakai gerobak dorong sejak 2015. Adapun nilai paket kemitraan gerobak dorong sebesar Rp 64 juta. Dengan nilai tersebut, mitra akan mendapatkan lima gerobak dorong, peralatan lengkap, bahan baku jagung, termasuk lima pekerja di satu wilayah.
Ia tidak mengutip biaya royalti. Namun, mitra harus membeli bahan baku jagung darinya. Selain itu, mitra juga harus menyiapkan mess dan menggaji karyawan. Adapun laba bersih diprediksi mencapai 26% hingga 31% per bulan dari omzet. Ia memproyeksi dari lima karyawan per gerobak, bisa mendapatkan omzet antara Rp 75 juta-Rp 90 juta per bulan. Dengan pendapatan per bulan mencapai Rp 6-8 miliar.
Barangkali seperti itu rangkuman jalan hidup Marianus Nuban, seorang pekerja keras yang sukses dalam usaha Jagung Manis Fantastic. Dari seorang Satpam, kini ia menjelma sebagai seorang bos yang beromset miliaran rupiah per bulan lewat usaha Jagung Manis Fantastic. Perjalanan hidupnya berputar 360 derajad.
Apa yang dicapai lelaki kelahiran 27 April 1974 di Pulau Lembata-Flores, NTT itu, bukan tanpa tantangan. Sebelum mencapai sukses, banyak usaha ia geluti. Mulai dari usaha jualan sepatu, dagang somai, menyediakan les sempoa dan usaha lainnya yang pada akhirnya kandas karena tidak mengantongi keuntungan. Namun, baginya, kegagalan itu hal biasa. Bangkit lagi dan tidak mengulangi kegagalan yang sama, tekad kerja keras, kerja cerdas dan berani untuk terus mencoba menjadi etos yang terus dijaganya.
Anak pertama dari tujuh saudara yang semuanya laki-laki, itu, pada tahun 1994 memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa. Awalnya Marianus berlabuh di Daerah istimewa Jogyakarta. Bermodal ijazah STM (sekolah teknik menengah), ia kemudian memutuskan untuk kuliah di jurusan teknik pada sebuah Universitas swasta di kota Pelajar itu.
Namun seiring waktu, karena terhambat masalah keuangan, Marianus berhenti dari bangku kuliah dan memutuskan hijrah ke Jakarta. Di kota metropolitan rupanya menjadi babak awal perjuangannya. Untuk bertahan didup ia pun mau bekerja apa saja.
Mula-mula ia bekerja sebagai Satpam. Karena gaji tidak cukup, Marianus harus nyambi dengan menjadi kenek apabila ada yang membangun rumah. Kerja seperti ini membuatnya gelisah karena gaji yang diterimanya setiap bulan tidak cukup menolong kehidupannya. “Syarat menjadi satpam adalah orang harus jujur dan baik. Namun gajinya kecil. Saya berpikir betapa murahnya sebuah kejujuran,” ujar Marianus.
Untuk menambah penghasilan dari pekerjaaan sebagai satpam, Marianus nyambi berjualan sepatu dengan memanfaatkan kepercayaan yang diberikan pengrajin sepatu di kawasan Industri kecil Cakung. Biasanya, sehabis bertugas jaga, Marianus menyempatkan diri ke kawasan sudirman-Thamrin dan Gatot Subroto dan menawarkan model sepatu seperti yang ada dalam brosur.
Agar lancar dalam penjualan, Marianus membangun kerjasama dengan para ofiice boy (Ob) dan Satpam di setiap gedung di kawasan segi tiga emas itu, dengan cara membagi hasil. “Walaupun penjualannya saat itu tak sedasyat Jagung, saya belajar tentang kerjasama, kemitraan itu dari usaha sepatu,” kenangnya.
Tidak hanya sepatu, Marianus juga mengadu nasib dengan jualan somai. Namun usaha itu tak diteruskannya karena kurang laku. Marianus juga sempat membantu sang istri untuk memberikan les sempoa, tapi gagal. Tahun 2009, saat berada di Kawasan ITC Kuningan, Marianus memperhatikan aktivitas orang-orang yang sering menanyakan jagung manis.
Ia mencermati, jagung manis selalu habis. Kenyataan ini membuatnya tekad untuk menjalani usaha jagung manis. Kisah orang yang suka mencari jagung manis di kawasan ITC Kuningan itu menjadi titik penting perjalanan hidupnya.
Menyadari usaha berbasis jagung memiliki prospek yang cerah. Dia pun memperkenalkan brand Jagung Manis Fantastic dengan aneka rasa yang bisa disesuaikan dengan selera konsumen. Memulai usaha dengan uang Rp 4 juta, ia membuka gerai di Hero Bekasi. Usahany ini sangat menjanjikan, setiap harinya selalu ramai dipadati pembeli. “Jagung manis susu keju aneka rasa ini masih disukai sebagian besar masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,” ujarnya bangga.
Melihat larisnya usaha Marianus, seorang supervisor di tempat itu berminat untuk membeli Rp 12 juta apabila Marianus menjualnya, Tentu dengan kalkulasi matang, uang Rp 12 juta, dia bisa membuka tiga gerai baru. Tekadnya bulat dan fokus di jagung manis. Marianus kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai satpam Kimia Farma. Padahal kala itu BUMN Farmasi tengah mempromosikan tugas baru Marianus ke bagian Maintenance.
Namun, karena usahanya menggelinding cepat, dia tinggalkan pekerjaan sebagai satpam. Dalam tempo yang tak lebih dari 6 tahun, kemitraan yang dibangun membuat gerai dan gerobak Marianus semakin banyak. Pada 2014 jumlah gerai usahanya sudah mencapai 700 unit di seluruh Indonesia, baik milik sendiri maupun mitra. Sementara jumlah gerobak dorong sampai dengan tahun 2015 mencapai 400 unit di Jabodetabek.
Ada enam menu yang dia tawarkan yakni jagung manis original, pedas, mayonais, barbeque, coklat dan strawberry yang disajikan dalam cups (gelas plastik yang digunakan sebagai kemasan untuk menjual jagung manis). Untuk sumber bahan bakunya, Marianus bekerjasama dengan supplier jagung asal Cirebon, Jawa Barat. Komoditas lokal itu dipilihnya lantaran rasa jangungnya yang khas dan kualitas yang baik. Dalam menjual, Marianus selalu memberikan pesan kepada mitra, agar meyakinkan konsumen bahwa Fantastic Sweet Corn merupakan camilan sehat.
Kendati persaingan dalam jagung manis ketat karena banyak pemain, menurut Marianus produk jagung manisnya meraih market share 50% sehingga menjadi market leader. Jumlah pemainnya pun sudah banyak dengan rasa jagung manis yang hampir mirip, membuat dirinya melakukan ragam inovasi agar sukses. Salah satu kunci sukses adalah lokasi penjualan, tanpa mengesampingkan kualitas bahan baku, kemasan, serta kebersihan produk. Adapun, lokasi yang paling baik menurutnya adalah di kawasan yang ramai seperti pasar, rumah sakit, sekolah, atau pusat perbelanjaan.
Saat ini, cabang Jagung Manis Fantastik yang ia kelola sendiri ada sembilan gerai yang berada di kawasan Jabodetabek, seperti di Bekasi, Cikarang, Cikeas. Dia sengaja menyasar lokasi pinggiran tetapi mengambil lokasi strategis seperti di depan minimarket seperti di depan Giant, Hero maupun di area perumahan seperti Villa Nusa Indah.
Menurut Marianus, untuk mendapatkan lokasi itu biasanya tanya dulu ke kepala toko masing-masing apakah bisa menyewa , baru nantinya dilaporkan ke pusat. Faktor lokasi yang strategis itu, membuat penjualannya terbilang tinggi, yakni rata-rata 1.800 cup per gerai per bulan. Dengan harga jual sekitar Rp7.000 per cup, dari sembilan gerai jagung manisnya, Marianus bisa mengantongi omzet sekitar Rp113 juta setiap bulan.
“Keuntungannya terbilang lumayan, HPP satu cup sekitar Rp3.200 dan keuntunganya berarti Rp2.800 per cup,” terangnya. Marianus mengaku saat ini fokus pada mitra gerobak dorong di Jabodetabek, Karawang, dan Bandung. Ke depan Marianus akan membidik kota Surabaya atau Medan, Kalimantan untuk ekspansi gerobak dorong. Ia menargetkan hingga 2020 nanti bisa memiliki 2.000 gerobak dorong.
Marianus mengaku, ia sudah mengembangkan konsep baru kemitraan memakai gerobak dorong sejak 2015. Adapun nilai paket kemitraan gerobak dorong sebesar Rp 64 juta. Dengan nilai tersebut, mitra akan mendapatkan lima gerobak dorong, peralatan lengkap, bahan baku jagung, termasuk lima pekerja di satu wilayah.
Ia tidak mengutip biaya royalti. Namun, mitra harus membeli bahan baku jagung darinya. Selain itu, mitra juga harus menyiapkan mess dan menggaji karyawan. Adapun laba bersih diprediksi mencapai 26% hingga 31% per bulan dari omzet. Ia memproyeksi dari lima karyawan per gerobak, bisa mendapatkan omzet antara Rp 75 juta-Rp 90 juta per bulan. Dengan pendapatan per bulan mencapai Rp 6-8 miliar.
(don)