Kemensos Pastikan Ida Faridha Mendapatkan PKH
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mengabulkan harapan Ida Faridha (54) warga Kawarang untuk mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku telah menelusuri keberadaan Ida melalui pekerja sosial (Peksos) supervisor guna memberikan bantuan.
“Laporan dari Peksos supervisor menyebutkan Ibu Ida memenuhi syarat untuk masuk dalam PKH karena yang bersangkutan ada tanggungan lansia,” tegas Agus di Jakarta, Selasa (21/5/2019)
Kesulitan ekonomi yang ditanggung Ida menurut Agus terlilit hutang bank keliling dengan bunga yang sangat besar. Hal ini membuat ia tidak bisa berjualan soto kembali.“Kondisi perekonomian Bu Ida Faridha sangat memprihatinkan karena untuk saat ini sudah habis modal dan tidak bisa berjualan soto lagi karena terlilit utang Bank Emok dan Bank keliling. Disamping itu ia juga mempunyai anak tamatan SMK namun masih menganggur. Tentu ini harus kita pikirkan jalan ke luarnya,” tambah Agus.
Agus menjelaskan Presiden Jokowi telah memerintahkan jajarannya untuk gerak cepat jika ada masyarakat miskin yang belum mendapatkan bantuan. “Gerak cepat ini merupakan wujud negara hadir ditengah masyarakat. Masyarakat harus diringankan bebannya,” terang Agus.
Sementara itu, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos RI Harry Hikmat mengatakan PKH hadir untuk meringankan beban masyarakat tidak mampu di Indonesia karena dalam bantuan ini masyarakat juga diberikan bekal untuk dapat keluar dari masalah kemiskinan.
“Dalam program PKH keluarga penerima manfaat diberikan edukasi bagaimana bisa memperbaiki perekonomian mereka melalui pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2),” kata Harry.
Harry mencontohkan salah satu materi yang diberikan dalam P2K2 tersebut adalah bagaimana melalukan pengelolaan keuangan keluarga. “Dalam kasus Ibu Ida, nanti yang bersangkutan akan diberikan edukasi bagaimana mengelola modal dan keuangan supaya tidak terlilit utang lagi,” tambah Harry.
Selain akan menerima PKH, Ida juga akan mendapatkan bantuan pangan non tunai (BPNT).
Seperti diketahui kisah Ida Faridha menjadi viral setelah ia membawa spanduk bertuliskan “Dijual Ginjal Demi Sesuap Nasi”. Aksi Ida ini menyita perhatian pengguna kendaraan bermotor di rambu lalu lintas Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pekan kemarin. Dengan ekspresi wajah penuh harap, Ida Farida ingin banyak orang bersimpati dengannya.
Janda asli Karawang ini memilih datang ke Ibu Kota demi menarik simpati banyak kalangan. Dia datang sendirian dan naik transportasi umum dengan modal pinjaman tetangga.
Perempuan berkulit gelap ini datang ke Jakarta dari Karawang, Jawa Barat sejak pukul 07.00 WIB. Dia kuat berdiri, walau dalam kondisi puasa demi menyita perhatian masyarakat.
"Selagi saya mampu usaha saya lakukan, saya datang kesini harapannya bisa bikin orang terketuk hatinya untuk mau kasih modal buka warung soto tangkar nanti," ucapnya.
“Laporan dari Peksos supervisor menyebutkan Ibu Ida memenuhi syarat untuk masuk dalam PKH karena yang bersangkutan ada tanggungan lansia,” tegas Agus di Jakarta, Selasa (21/5/2019)
Kesulitan ekonomi yang ditanggung Ida menurut Agus terlilit hutang bank keliling dengan bunga yang sangat besar. Hal ini membuat ia tidak bisa berjualan soto kembali.“Kondisi perekonomian Bu Ida Faridha sangat memprihatinkan karena untuk saat ini sudah habis modal dan tidak bisa berjualan soto lagi karena terlilit utang Bank Emok dan Bank keliling. Disamping itu ia juga mempunyai anak tamatan SMK namun masih menganggur. Tentu ini harus kita pikirkan jalan ke luarnya,” tambah Agus.
Agus menjelaskan Presiden Jokowi telah memerintahkan jajarannya untuk gerak cepat jika ada masyarakat miskin yang belum mendapatkan bantuan. “Gerak cepat ini merupakan wujud negara hadir ditengah masyarakat. Masyarakat harus diringankan bebannya,” terang Agus.
Sementara itu, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos RI Harry Hikmat mengatakan PKH hadir untuk meringankan beban masyarakat tidak mampu di Indonesia karena dalam bantuan ini masyarakat juga diberikan bekal untuk dapat keluar dari masalah kemiskinan.
“Dalam program PKH keluarga penerima manfaat diberikan edukasi bagaimana bisa memperbaiki perekonomian mereka melalui pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2),” kata Harry.
Harry mencontohkan salah satu materi yang diberikan dalam P2K2 tersebut adalah bagaimana melalukan pengelolaan keuangan keluarga. “Dalam kasus Ibu Ida, nanti yang bersangkutan akan diberikan edukasi bagaimana mengelola modal dan keuangan supaya tidak terlilit utang lagi,” tambah Harry.
Selain akan menerima PKH, Ida juga akan mendapatkan bantuan pangan non tunai (BPNT).
Seperti diketahui kisah Ida Faridha menjadi viral setelah ia membawa spanduk bertuliskan “Dijual Ginjal Demi Sesuap Nasi”. Aksi Ida ini menyita perhatian pengguna kendaraan bermotor di rambu lalu lintas Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pekan kemarin. Dengan ekspresi wajah penuh harap, Ida Farida ingin banyak orang bersimpati dengannya.
Janda asli Karawang ini memilih datang ke Ibu Kota demi menarik simpati banyak kalangan. Dia datang sendirian dan naik transportasi umum dengan modal pinjaman tetangga.
Perempuan berkulit gelap ini datang ke Jakarta dari Karawang, Jawa Barat sejak pukul 07.00 WIB. Dia kuat berdiri, walau dalam kondisi puasa demi menyita perhatian masyarakat.
"Selagi saya mampu usaha saya lakukan, saya datang kesini harapannya bisa bikin orang terketuk hatinya untuk mau kasih modal buka warung soto tangkar nanti," ucapnya.
(alf)