Marlin R Siahaan: Banyak Pengalaman karena Sikap Ekstrovert
A
A
A
BAGI Marlin R Siahaan, sikap ekstrovert yang dimilikinya memberikan segudang pengalaman. Sejak kecil ia dididik untuk berani tampil. Sikapnya yang terbuka dan ekspresif juga menjadi bekal ia diterima sebagai country manager Waze Indonesia sejak 2018.
“Saya bersyukur memiliki karakter ekstrovert, ekspresif, dan terbuka ke siapa saja. Tapi, satu hal dari karakter ekstrovert seperti saya ini. Kalau sudah mencapai satu goal, biasanya saya akan mencoba tantangan lain,” ujarnya.
Lantaran suka mencoba tantangan itulah, Marlin pernah bekerja di berbagai bidang mulai dari penyiar radio, bekerja di MTV,Yahoo,hingga Telkomsel. Ini bertolak belakang dengan sang ayah yang betah bekerja di satu instansi selama puluhan tahun.
“Papa saya introvert, terstruktur, kalem. Salah satu yang saya pelajari dari papa adalah bahwa untuk merespons itu tidak ada salahnya kita menunda, ditimbang, dan ditelaah dulu, jangan langsung reaktif,” tuturnya.
Marlin menduga karakternya yang ekstrovert dan terbuka itu menular dari mamanya yang juga ekstrovert. Di balik sikapnya yang terbuka, penyuka traveling itu justru banyak belajar kepemimpinan dari karakter introvert papanya.
“Saya melihat pemimpin introvert itu lebih terstruktur cara berpikirnya. Nah, dari sini saya menggabungkan bagaimana saya yang ekspresif, tapi harus matang, dan saya melihat itu kunci keberhasilan,” tandasnya.
Bekerja di perusahaan teknologi, Marlin menekankan para orang tua harus bijak dalam konteks penggunaan teknologi oleh anak-anak mereka. Dalam hal ini Marlin juga tetap memberi batasan bagi putranya, Nathan, 10, untuk bersentuhan dengan teknologi khususnya aturan penggunaan gadget yang hanya diperbolehkan saat akhir pekan.
“Jumat sore sampai Minggu siang dia boleh pegang handphone. Minggu malam sudah enggak boleh,” ucapnya seraya menceritakan cita-cita sang buah hati yang berubah-ubah mulai menjadi YouTuber hingga animator.
Sebagai ibu pekerja, terkadang Marlin mengajak Nathan ke tempat kerja. Namun, tak jarang pula ia menemani putranya ke sekolah atau menonton konser musik. Misalnya saat ajang parent teaching club di sekolah Nathan, Marlin menjadi guru tamu yang mengajar teknologi.
“Ternyata mereka tahu teknologi maps.Waktu diperlihatkan Waze itu kan fiturnya lucu-lucu, suaranya bisa direkam sendiri sehingga navigasinya bisa pakai suara mereka sendiri. Anak-anak pun eksplor untuk cari jalan ke rumahnya. Jadi, anak-anak sekarang memang sudah melek teknologi, mereka tahu YouTube, Google, mengerjakan PR juga pakai Google Classroom. Tinggal kita mengarahkannya dengan bijak,” tandasnya. (Ichsan Amin/Inda Susanti)
“Saya bersyukur memiliki karakter ekstrovert, ekspresif, dan terbuka ke siapa saja. Tapi, satu hal dari karakter ekstrovert seperti saya ini. Kalau sudah mencapai satu goal, biasanya saya akan mencoba tantangan lain,” ujarnya.
Lantaran suka mencoba tantangan itulah, Marlin pernah bekerja di berbagai bidang mulai dari penyiar radio, bekerja di MTV,Yahoo,hingga Telkomsel. Ini bertolak belakang dengan sang ayah yang betah bekerja di satu instansi selama puluhan tahun.
“Papa saya introvert, terstruktur, kalem. Salah satu yang saya pelajari dari papa adalah bahwa untuk merespons itu tidak ada salahnya kita menunda, ditimbang, dan ditelaah dulu, jangan langsung reaktif,” tuturnya.
Marlin menduga karakternya yang ekstrovert dan terbuka itu menular dari mamanya yang juga ekstrovert. Di balik sikapnya yang terbuka, penyuka traveling itu justru banyak belajar kepemimpinan dari karakter introvert papanya.
“Saya melihat pemimpin introvert itu lebih terstruktur cara berpikirnya. Nah, dari sini saya menggabungkan bagaimana saya yang ekspresif, tapi harus matang, dan saya melihat itu kunci keberhasilan,” tandasnya.
Bekerja di perusahaan teknologi, Marlin menekankan para orang tua harus bijak dalam konteks penggunaan teknologi oleh anak-anak mereka. Dalam hal ini Marlin juga tetap memberi batasan bagi putranya, Nathan, 10, untuk bersentuhan dengan teknologi khususnya aturan penggunaan gadget yang hanya diperbolehkan saat akhir pekan.
“Jumat sore sampai Minggu siang dia boleh pegang handphone. Minggu malam sudah enggak boleh,” ucapnya seraya menceritakan cita-cita sang buah hati yang berubah-ubah mulai menjadi YouTuber hingga animator.
Sebagai ibu pekerja, terkadang Marlin mengajak Nathan ke tempat kerja. Namun, tak jarang pula ia menemani putranya ke sekolah atau menonton konser musik. Misalnya saat ajang parent teaching club di sekolah Nathan, Marlin menjadi guru tamu yang mengajar teknologi.
“Ternyata mereka tahu teknologi maps.Waktu diperlihatkan Waze itu kan fiturnya lucu-lucu, suaranya bisa direkam sendiri sehingga navigasinya bisa pakai suara mereka sendiri. Anak-anak pun eksplor untuk cari jalan ke rumahnya. Jadi, anak-anak sekarang memang sudah melek teknologi, mereka tahu YouTube, Google, mengerjakan PR juga pakai Google Classroom. Tinggal kita mengarahkannya dengan bijak,” tandasnya. (Ichsan Amin/Inda Susanti)
(nfl)