Kemajuan Industri Digital Peluang Besar bagi Akuntan

Kamis, 20 Juni 2019 - 23:09 WIB
Kemajuan Industri Digital Peluang Besar bagi Akuntan
Kemajuan Industri Digital Peluang Besar bagi Akuntan
A A A
JAKARTA - Kemajuan industri digital yang begitu pesat belakangan ini dinilai sebagai peluang besar bagi kalangan yang berprofesi sebagai akuntan. Pasalnya, banyak start-up yang masih kesulitan dalam menyusun laporan keuangannya.

Angggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia Ersa Tri Wahyuni mengatakan, Indonesia menjadi negara terbesar kedua dalam perkembangan industri start-up. Hal ini menandakan kreativitas di bidang bisnis digital sangat tinggi. Namun, start-up di Indonesia umumnya memiliki masalah dalam menyusun laporan keuangan dikarenakan adanya kebingungan pencatatan beberapa transaksi dan aset.

"Dalam riset yang saya lakukan, saya menemukan 64 persen kalangan start-up mengakui kesulitan dalam penyusunan laporan keuangan dan menganggap laporan keuangan sebagai isu yang krusial," ungkap Ersa.

Menurutnya aplikasi Revolusi Industri 4.0 dalam bidang start-up ditinjau dari sudut pandang akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan adalah depelovement cost yang dapat dikapitalisasi dan tidak harus di-expand selama memenuhi persyaratan yang cukup ketat sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk aset tak berwujud.

"Saat ini PSAK 19 membatasi pengakuan aset tak berwujud yang dibangun sendiri kecuali berhasil memenuhi syarat yang ketat. Selain dari itu, proses ‘bakar uang’ yang dilakukan oleh perusahaan start-up untuk user acuitition dalam pencatatannya bisa dikapitalisasi dengan syarat adanya kepastian dan keyakinan bahwa user dari start-up itu akan menghasilkan revenue," jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, lanjut Ersa, akuntan harus terus berusaha membuat dirinya relevan untuk masyarakat dan entitas bisnis. Selama akuntan mampu memberikan nilai dan berkontribusi kepada masyarakat, maka selamanya profesi ini akan terus ada.

"Fungsi utama seorang akuntan adalah harus mampu mengomunikasikan keadaan ekonomi perusahaan kepada decision maker. Akuntan harus memahami bahwa tools yang dipakai dalam bekerja itu sudah beragam dan up-to-date. Akuntan harus faham penggunanaan big data analytic dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh sebab itu akuntan harus faham dan belajar penggunaan, pemanfaatan, dan mengomunikasikan hasil analisis big data keuangan," paparnya.

Wakil Direktur PT. Hutchison 3 Indonesia, Danny Buldansyah yang menjadi pemateri lainnya menganggap, Era Revolusi Industri 4.0 mengharuskan semua profesi berinovasi dan berdaptasi untuk bisa bertahan. Penemuan bisnis model yang relatif baru mengharuskan setiap orang dari profesi apapun harus menjawabnya dengan perubahan paradigma dalam menyelesaikan masalah, termasuk dalam bidang akuntansi.

"Dalam waktu yang relatif singkat, penyedia jasa transportasi online mampu mengalahkan nilai ekonomi yang dimiliki oleh penyedia jasa armada taksi konvensional, padahal mereka tidak punya satupun kendaraan sebagai armadanya," sebut Danny mencontohkan.

Sementara itu, perwakilan dari JMT Law House Erick memaparkan, dahulu, akuntansi menyusun laporan keuangan dengan berpatokan pada transaction base. Contohnya, aset yang dibeli tahun 1980 dicatat dengan nilai transaksi yang sama di laporan keuangan tahun 2000. Namun, persoalan tersebut kini sudah diselesaikan dengan regulasi yang baru. Bahkan, kata Erick, saat ini sudah memasuki masa future transaction base.

"Akuntan tidak lagi hanya menjadi pencatat, tapi juga sebagai penilai. Dengan demikian, prinsip dan model kerja akuntan selalu berubah dikarenakan model bisnis dan ekonomi yang mengalami peningkatan dan perubahan," katanya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5657 seconds (0.1#10.140)