Kuartal I 2019, AirAsia Indonesia Rugi Rp79 Miliar
A
A
A
JAKARTA - PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) pada kuartal I 2019 mencatatkan kinerja apik dibandingkan tahun lalu, dengan memperoleh pendapatan Rp1,3 triliun. Total pendapatan perseroan tersebut meningkat 58% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp843 miliar.
Hasil ini membuat kerugian AirAsia menurun dari 2018 sebesar Rp273 miliar menjadi Rp79 miliar. Dan dari sisi EBITDA, AirAsia mengalami perbaikan dibanding tahun 2018 yang mencapai Rp273 miliar atau meningkat 71%.
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan, menjelaskan peningkatan pendapatan ini tidak lepas dari peningkatan utilisasi pesawat, yang ekarang mencapai 12,2 jam per pesawat per hari.
"Kunci dari efisiensi AirAsia adalah kami selalu meningkatkan efisiensi dibuktikan dari tingginya utilisasi pesawat 12,2 jam per pesawat per hari. Tentunya ini akan membantu biaya pesawat kami karena pesawat sewa dipakai atau tidak dipakai tetap harus bayarnya sama," ujar Dendy di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Penambahan utilisasi memang juga menaikkan cost seperti biaya avtur, navigasi, bandara, dan lain-lain. Tapi ada, kata dia, keuntungannya juga, yaitu niaya sewa pesawat tidak ikut bertambah karena mau dipakai berapa jam pun, sewa pesawat tetap sama. Jadi di sinilah salah satu efisiensi yang bisa dilakukan. Cost Available per Seat Kilometer (CASK) menjadi turun.
Hal ini berbanding terbalik dengan maskapai-maskapai penerbangan lain yang cenderung memangkas utilisasi pesawat dengan mengurangi frekuensi atau menutup rute.
"Kami memanfaatkan slot yang ditinggalkan maskapai lain, sambil tetap mengkampanyekan tiket murah sehingga bisa menarik penumpang pindah dari maskapai lain," katanya.
Dan pada hari ini, AirAsia Indonesia membuka 5 rute baru yaitu rute Jakarta-Lombok (frekuensi 11x seminggu), Bali-Lombok (7x seminggu), Yogyakarta Kulon Progo-Lombok (3x seminggu), Bali-Labuan Bajo (7x seminggu), dan Surabaya-Kertajati (3x seminggu). Kelima rute baru tersebut akan mulai beroperasi pada 1 Agustus 2019.
Hasil ini membuat kerugian AirAsia menurun dari 2018 sebesar Rp273 miliar menjadi Rp79 miliar. Dan dari sisi EBITDA, AirAsia mengalami perbaikan dibanding tahun 2018 yang mencapai Rp273 miliar atau meningkat 71%.
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan, menjelaskan peningkatan pendapatan ini tidak lepas dari peningkatan utilisasi pesawat, yang ekarang mencapai 12,2 jam per pesawat per hari.
"Kunci dari efisiensi AirAsia adalah kami selalu meningkatkan efisiensi dibuktikan dari tingginya utilisasi pesawat 12,2 jam per pesawat per hari. Tentunya ini akan membantu biaya pesawat kami karena pesawat sewa dipakai atau tidak dipakai tetap harus bayarnya sama," ujar Dendy di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Penambahan utilisasi memang juga menaikkan cost seperti biaya avtur, navigasi, bandara, dan lain-lain. Tapi ada, kata dia, keuntungannya juga, yaitu niaya sewa pesawat tidak ikut bertambah karena mau dipakai berapa jam pun, sewa pesawat tetap sama. Jadi di sinilah salah satu efisiensi yang bisa dilakukan. Cost Available per Seat Kilometer (CASK) menjadi turun.
Hal ini berbanding terbalik dengan maskapai-maskapai penerbangan lain yang cenderung memangkas utilisasi pesawat dengan mengurangi frekuensi atau menutup rute.
"Kami memanfaatkan slot yang ditinggalkan maskapai lain, sambil tetap mengkampanyekan tiket murah sehingga bisa menarik penumpang pindah dari maskapai lain," katanya.
Dan pada hari ini, AirAsia Indonesia membuka 5 rute baru yaitu rute Jakarta-Lombok (frekuensi 11x seminggu), Bali-Lombok (7x seminggu), Yogyakarta Kulon Progo-Lombok (3x seminggu), Bali-Labuan Bajo (7x seminggu), dan Surabaya-Kertajati (3x seminggu). Kelima rute baru tersebut akan mulai beroperasi pada 1 Agustus 2019.
(ven)