Ratusan Pompa Diturunkan Hadapi Kekeringan di Indramayu

Rabu, 03 Juli 2019 - 22:46 WIB
Ratusan Pompa Diturunkan...
Ratusan Pompa Diturunkan Hadapi Kekeringan di Indramayu
A A A
JAKARTA - Sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, masih berpotensi mengalami kekeringan ekstrim pada dasarian II Juli 2019. Instansi terkait pun telah menyalurkan air bersih ke sejumlah desa yang mengalami krisis air bersih.

Ratusan pompa sudah turun untuk disiagakan di Indramayu agar petani dapat terus mendapatkan pasokan air. Seperti yang terlihat di Desa Sidamulya Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu, ketika Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto melakukan monitoring kekeringan di Jawa Barat.

Penyuluh terlihat mendampingi untuk mengupayakan petani mendapatkan air dengan pompanisasi di saluran sekunder. "Yang penting tanaman padinya terselamatkan. Namun dampaknya petani di ujung (hilir) tidak kebagian air," tuturnya, Rabu (3/7/2019).

Data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, hingga 2 Juli 2019, di Kabupaten Indramayu tercatat 14.617 hektar luas pertanaman padi terancam kekeringan dari luas tanam mencapai 97.107 hektar atau hanya sekitar 7,83%.

Rahmanto menyebutkan mayoritas yang terkena dampak kekeringan adalah sawah tadah hujan yang tidak mengalami hujan lebih dari 30 hari.

Kabupaten Indramayu memang dikenal sebagai daerah dengan potensi air yang rendah dan mayoritas petani tidak mengindahkan rekomendasi petugas untuk bertanam. "Potensi sumber air juga hanya bisa mengairi sawah yang terdekat dengan sumber air," tuturnya.

Karenanya, pompanisasi bisa menjadi jalan bagi sawah yang terletak jauh dari sumber air. Namun, penggunaan pompanisasi juga membutuhkan upaya lainnya agar petani mendapatkan air yang merata.

Lebih lanjut Rahmanto menuturkan, pemerintah telah mengupayakan berbagai upaya untuk mengatasi kekeringan tersebut, utamanya bagi daerah yang terkenal rawan kekeringan.

Mulai dari perbaikan saluran irigasi (jitut dan jides), mobilisasi pompa air untuk mengamankan standing corp terutama pada daerah yang masih memiliki sumber air (sumur pantek, sungai dan lain sebagainya).

Kemudian melakukan penerapan teknologi yang efektif dan efisien supaya areal yang terairi lebih luas, seperti gilir giring, intermiten dan sebagainya.

Sedangkan pada areal yang akan tanam, dilakukan perhitungan kecukupan air hingga panen dengan memanfaatkan informasi iklim (Katam Terpadu). Dan petani direkomendasikan menggunakan varietas padi tahan kekeringan dan umur genjah.

Pemantauan standing corp melalui remote sensing juga tetap dilakukan pemerintah untuk tindakan penyelamatan atas wilayah yang mengalami kekeringan.

Antisipasi kekeringan terus akan dilakukan. Utamanya agar dampak kekeringan tidak semakin meluas dan daerah yang mengalami kekeringan bisa terselamatkan produksinya.

Sementara, Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menyebutkan, berdasarkan peta prakiraan curah hujan dasarian II Juli 2019 Provinsi Jawa Barat, bahwa curah hujan dengan kriteria rendah berpeluang sangat kuat mendominasi seluruh wilayah di Provinsi Jawa Barat.

"Peluang kejadian curah hujan kriteria rendah (lebih dari 50 mm) diprakirakan di kisaran lebih dari 90% di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat," ujar pria yang biasa disapa Faiz itu.

Faiz menambahkan, BMKG pun telah mengeluarkan peringatan dini kekeringan per 30 Juni 2019, untuk daerah yang mengalami tidak hujan berturut-turut lebih dari 60 hari. Di Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), daerah yang berpotensi mengalami kondisi itu adalah Indramayu Barat bagian selatan, seperti Gantar, Bantar, Bantarhuni, Cipancuh dan Temiyang. "Daerah itu berpotensi mengalami kekeringan ekstrim," kata Faiz.

Selain Indramayu barat bagian selatan, potensi kekeringan ekstrim juga terjadi di Kabupaten Bekasi (Lemah Abang, Pebayuran) dan Kabupaten Karawang (Pasir Ukem, Pataruman). Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penaknggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, Edi Kusdiana, menyatakan, pihaknya sejauh ini sudah menyalurkan bantuan air bersih di dua desa yang mengalami krisis air bersih. Yakni Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat dan Desa/Kecamatan Krangkeng.

"Kami kirim air bersih sebanyak enam tangki yang masing-masing berkapasitas 8.000 liter air. Jadi totalnya 48 ribu liter air bersih yang sudah dikirim," terang Edi.

Edi menyatakan, desa-desa yang mengalami krisis air bersih diminta untuk melayangkan surat permintaan air bersih. Pihaknya siap mengirimkan bantuan air bersih yang diminta warga.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0787 seconds (0.1#10.140)