Produksi 10 Obat Anti Kanker, CKD OTTO Pharma Bidik 30% Pangsa Pasar

Selasa, 09 Juli 2019 - 19:23 WIB
Produksi 10 Obat Anti Kanker, CKD OTTO Pharma Bidik 30% Pangsa Pasar
Produksi 10 Obat Anti Kanker, CKD OTTO Pharma Bidik 30% Pangsa Pasar
A A A
CIKARANG - Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek meresmikan pabrik obat anti-kanker milik PT CKD OTTO Pharmaceutical (CKD OTTO Pharma) di Cikarang, Bekasi, Selasa (9/7/2019).

Peresmian tersebut sekaligus menandai produksi komersial obat anti-kanker dari perusahaan farmasi patungan antara CKD Pharma asal Korea Selatan dan OTTO Pharmaceutical itu. Pilot production untuk setiap produk sudah dimulai sejak Oktober 2018.

Seperti halnya fasilitas produksi CKD Pharma di Korea, Chairman CKD Pharma Jang Han Rhee memastikan pabrik baru yang dibangun dengan total investasi USD30 juta itu juga telah memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP) Uni Eropa, disamping sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

"Kami selalu mendorong GMP. Sistem produksi dan manajemen kualitas yang berkelanjutan diterapkan juga di pabrik CKD di Indonesia," ujarnya.

Rencananya pabrik seluas 12.588 meter persegi yang memiliki kapasitas produksi tahunan 1,6 juta vial tersebut akan memproduksi 10 jenis obat anti-kanker utama. Namun, saat ini yang sudah mendapat nomor ijin edar (NIE) baru tiga yakni Oxaliplatin, Gemcitabine, dan Paclitaxel.

"Obat anti-kanker yang sudah keluar ijin edarnya akan diproduksi mulai Juli/Agustus ini, sisanya mungkin di akhir tahun atau tahun depan sambil menunggu NIE-nya keluar," ungkap Presiden Direktur CKD OTTO Pharma Baik In Hyun.

Dia berharap, mulai November pihaknya sudah mulai memasok obat anti-kanker ke sejumlah rumah sakit. Perseroan juga menargetkan produk obat yang diproduksi di Indonesia harus masuk ke skema BPJS. Pasalnya, kata Baik, pasar obat-anti kanker juga terus tumbuh seiring perluasan kepesertaan BPJS Kesehatan.

Asia Tenggara terutama Indonesia dengan populasi lebih dari 250 juta jiwa memang menjadi salah satu fokus pasar CKD. Pangsa pasar farmasi Indonesia mencapai sekitar USD7,2 miliar pada 2018 dan diproyeksikan akan mencapai USD11,9 miliar pada 2023.

"CKD OTTO Pharma menargetkan untuk menguasai 30% pangsa pasar obat anti-kanker di Indonesia dalam lima tahun ke depan. Kami optimistis bisa meraih target tersebut karena fasilitas produksi kami didedikasikan hanya untuk onkologi," tandasnya.

Menkes Nila Moeloek berharap pabrik baru CKD OTTO Pharma bisa berkontribusi mempermudah akses pasien di Indonesia terhadap obat-obatan bermutu dan terjangkau.

"Onkologi memang diperlukan sebagai obat dasar. Kita tahu BPJS mengeluarkan uang yang luar biasa besar untuk biaya pengobatan kanker. Kita harap defisit (di BPJS) ini bisa ditekan dengan obat-obatan yang diproduksi di negeri sendiri," tegasnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6282 seconds (0.1#10.140)