Pekan Lingkungan dan Kehutanan 2019, Kesadaran Milenial Makin Tinggi
A
A
A
JAKARTA - Kesadaran kelompok kaum muda, khususnya kelompok milenial terhadap isu-isu lingkungan hidup, seperti sampah, plastik, dan lingkungan secara umum sudah sangat tinggi. Bahkan banyak kelompok milenial yang aktif sebagai relawan lingkungan demi kehidupan yang lebih baik.
Demikian benang merah dari diskusi menarik yang di gelar di salah satu booth yang ada di arena Pekan Lingkungan dan Kehutanan (PLK) 2019 di JCC Jakarta, Jumat (12/7/2019). Booth yang menggelar diskusi ini adalah “Pojok Milenial”. Di arena PLH, juga digelar sejumlah diskusi yang dihadiri banyak pengunjung baik dari Jakarta maupun perwakilan LH dari berbagai kota dan provinsi.
Para narsumber pun datang dari kelompok milenial yang sangat care pada isu-isu lingkungan yaitu Puteri Indonesia Lingkungan 2019 asal Sulut, Jolenee Marie, Direktur Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia (GIDKP) Tiza Mafira, dan aktivis lingkungan di Aceh, Zulfikar. Hadirin yang sebagaian besar kaum muda sangat antusias mendengar paparan dan testimoni mereka.
Puteri Indonesia Lingkungan 2019 Jolenee yang tampil segar dengan atribut mahkota, menceritakan bagaimana dirinya makin memahami dan akan terus menyuarakan pentingnya kaum muda dan milenial untuk peduli pada isu-isu lingkungan yang menjadi masalah kita bersama.
“Kecintaan saya pada lingkungan makin tebal setelah terpilih jadi Puteri Indonesia Lingkungan dan kini membantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk kampanye dan advokasi lingkungan terutama kepada kaum muda,” kata Jolenee yang hobby naik gunung ini.
Jolenee menyinggung problem besar lingkungan hidup di negara kita yakni soal sampah plastik dan kerap disorot dunia internasional. Kita harus bisa membantu pemerintah mengurang isampah plastik dengan memberi advokasi pada masyarakat untuk mengurangi penggunana plastik.
“Bersamaan dengan advokasi saya terhadap lingkungan, saya sudah mengurangi penggunaan plastik. Saya tidak pakai sedotan plastik dan selalu membawa stainless straw. Alat-alat masak di rumah pun sekarang sudah pakai kayu bukan plastik,” ujar Jolenee sambil menebar senyum.
Narsumber hebat lainnya adalah Tiza Mafira yang bergerak secara simultan untuk diet plastik. Lewat Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia ini Tiza menyabet penghargaan Ocean Heroes 2018 dari Badan PBB untuk Lingkungan (UNET) dalam rangka Hari Samudera se-Dunia. Penghargaan yang pertama kalinya diberikan ini merupakan bagian dari Kampanye Clean Seas.
Tiza jadi salah satu dari lima orang yang mendapatkan penghargaan Ocean Heroes. Selain Tiza masih ada empat orang penerima penghargaan, masing-masing berasal dari India, Inggris Raya, Thailand dan Amerika Serikat. Ketika diskusi, Ia menyarankan bukan saja diet plastik tapi harus menguranginya karena plastik ada di sekitar kita, di setiap aktivitas dan menjadi sampah yang amat berbahaya.
“Upaya saya melaku gerakan via online dan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan offline dengan mereka yang sangat peduli pada lingkungan dan pengurangan plastik. Jadi gerakan lewat online harus disenergikan dalam pertemuan offline, sebab online seperti media sosial hanyalah flatform saja, yang riil yang kita hadapi,” papar Tiza yang pengacara ini.
Gerakan Tiza yang berbuah pada keluarnya peraturan plastik berbayar dan dilarangnya penggunaan plastik sekali pakai di sejumlah kota banyak diikuti kaum milenial. “Kepedulian kita harus direfleksikan dalan kegiatan sehari-hari. Kita harus pounya tujuan besar mengurangi sampah plastik sebesar mungkin,” tambahanya.
Sedangkan Zulfikar yang melakukan kegiatan kampanye pengurangan smapah plastik di Aceh juga sependapat, mulai saat ini semua kelompok masyarakat terutama kaum milenial harus peduli terhadap sampah plastik dan mengurangi dengan contoh dan kampanye yang masif. “Saya setuju banget kalau daerah melarang plastik. Kita bisa hidup tanpa plastik kok. Lingkungan akan semakin bersih jika plastik berkurang,” kata Zulfikar.
Sasaran PLK 2019
Sementara itu Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), RM Karliansyah mengatakan, PLK 2019 ini menyasar pada kelompok milenial sebagai agen perubahan yang semakin sadar akan lingkungan.
Ia mengaku sejak pembukaan sampai Jumat kemarin, banyak sekali pelajar, majasiswa, dan kaum muda yang hadir dan melihat pameran serta memperhatikan setiap booth dengan serius. "Begitu juga dengan sejumlah seminar mengenai isu lingkungan yang digelar di dalam PLK ini, banyak yang datang dari kaum milenial," jelasnya.
“Saya menyimpulkan, perhatian, kesadaran, dan keinginan kaum milenial untuk peduli pada lingkungan sangat tinggi. Kita harus apresiasi mereka, sebab dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kaum milenial menjadi influencer ataumemberi pengaruh besar pada masyarakt untuk ikut mengubah pola hidup yang lebih care pada lingkungan,” papar Karliansyah.
Pemerintah lanjut Karliansyah sangat mengapresiasi peningkatan kesadaran masyarakat yang begitu tinggi, sekaligus kemudian juga diikuti dengan tingginya minat masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan edukasi lebih jauh mengenai lingkungan dan sampah.
Atas dasar hal itulah kata Karlinasyah, ajang Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini akan dimanfaatkan sebagai upaya pelipatgandaan sosialisasi kebijakan pemerintah terkait penanganan pencemaran yang bersifat langsung maupun tidak langsung, seperti peta jalan pengurangan sampah nasional dan penggunaan plastik sekali pakai, transisi penggunaan bahan bakar dan sumber energi yang ramah lingkungan, perubahan teknologi dan sistem manajemen menjadi lebih bersih.
Demikian benang merah dari diskusi menarik yang di gelar di salah satu booth yang ada di arena Pekan Lingkungan dan Kehutanan (PLK) 2019 di JCC Jakarta, Jumat (12/7/2019). Booth yang menggelar diskusi ini adalah “Pojok Milenial”. Di arena PLH, juga digelar sejumlah diskusi yang dihadiri banyak pengunjung baik dari Jakarta maupun perwakilan LH dari berbagai kota dan provinsi.
Para narsumber pun datang dari kelompok milenial yang sangat care pada isu-isu lingkungan yaitu Puteri Indonesia Lingkungan 2019 asal Sulut, Jolenee Marie, Direktur Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia (GIDKP) Tiza Mafira, dan aktivis lingkungan di Aceh, Zulfikar. Hadirin yang sebagaian besar kaum muda sangat antusias mendengar paparan dan testimoni mereka.
Puteri Indonesia Lingkungan 2019 Jolenee yang tampil segar dengan atribut mahkota, menceritakan bagaimana dirinya makin memahami dan akan terus menyuarakan pentingnya kaum muda dan milenial untuk peduli pada isu-isu lingkungan yang menjadi masalah kita bersama.
“Kecintaan saya pada lingkungan makin tebal setelah terpilih jadi Puteri Indonesia Lingkungan dan kini membantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk kampanye dan advokasi lingkungan terutama kepada kaum muda,” kata Jolenee yang hobby naik gunung ini.
Jolenee menyinggung problem besar lingkungan hidup di negara kita yakni soal sampah plastik dan kerap disorot dunia internasional. Kita harus bisa membantu pemerintah mengurang isampah plastik dengan memberi advokasi pada masyarakat untuk mengurangi penggunana plastik.
“Bersamaan dengan advokasi saya terhadap lingkungan, saya sudah mengurangi penggunaan plastik. Saya tidak pakai sedotan plastik dan selalu membawa stainless straw. Alat-alat masak di rumah pun sekarang sudah pakai kayu bukan plastik,” ujar Jolenee sambil menebar senyum.
Narsumber hebat lainnya adalah Tiza Mafira yang bergerak secara simultan untuk diet plastik. Lewat Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia ini Tiza menyabet penghargaan Ocean Heroes 2018 dari Badan PBB untuk Lingkungan (UNET) dalam rangka Hari Samudera se-Dunia. Penghargaan yang pertama kalinya diberikan ini merupakan bagian dari Kampanye Clean Seas.
Tiza jadi salah satu dari lima orang yang mendapatkan penghargaan Ocean Heroes. Selain Tiza masih ada empat orang penerima penghargaan, masing-masing berasal dari India, Inggris Raya, Thailand dan Amerika Serikat. Ketika diskusi, Ia menyarankan bukan saja diet plastik tapi harus menguranginya karena plastik ada di sekitar kita, di setiap aktivitas dan menjadi sampah yang amat berbahaya.
“Upaya saya melaku gerakan via online dan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan offline dengan mereka yang sangat peduli pada lingkungan dan pengurangan plastik. Jadi gerakan lewat online harus disenergikan dalam pertemuan offline, sebab online seperti media sosial hanyalah flatform saja, yang riil yang kita hadapi,” papar Tiza yang pengacara ini.
Gerakan Tiza yang berbuah pada keluarnya peraturan plastik berbayar dan dilarangnya penggunaan plastik sekali pakai di sejumlah kota banyak diikuti kaum milenial. “Kepedulian kita harus direfleksikan dalan kegiatan sehari-hari. Kita harus pounya tujuan besar mengurangi sampah plastik sebesar mungkin,” tambahanya.
Sedangkan Zulfikar yang melakukan kegiatan kampanye pengurangan smapah plastik di Aceh juga sependapat, mulai saat ini semua kelompok masyarakat terutama kaum milenial harus peduli terhadap sampah plastik dan mengurangi dengan contoh dan kampanye yang masif. “Saya setuju banget kalau daerah melarang plastik. Kita bisa hidup tanpa plastik kok. Lingkungan akan semakin bersih jika plastik berkurang,” kata Zulfikar.
Sasaran PLK 2019
Sementara itu Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), RM Karliansyah mengatakan, PLK 2019 ini menyasar pada kelompok milenial sebagai agen perubahan yang semakin sadar akan lingkungan.
Ia mengaku sejak pembukaan sampai Jumat kemarin, banyak sekali pelajar, majasiswa, dan kaum muda yang hadir dan melihat pameran serta memperhatikan setiap booth dengan serius. "Begitu juga dengan sejumlah seminar mengenai isu lingkungan yang digelar di dalam PLK ini, banyak yang datang dari kaum milenial," jelasnya.
“Saya menyimpulkan, perhatian, kesadaran, dan keinginan kaum milenial untuk peduli pada lingkungan sangat tinggi. Kita harus apresiasi mereka, sebab dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kaum milenial menjadi influencer ataumemberi pengaruh besar pada masyarakt untuk ikut mengubah pola hidup yang lebih care pada lingkungan,” papar Karliansyah.
Pemerintah lanjut Karliansyah sangat mengapresiasi peningkatan kesadaran masyarakat yang begitu tinggi, sekaligus kemudian juga diikuti dengan tingginya minat masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan edukasi lebih jauh mengenai lingkungan dan sampah.
Atas dasar hal itulah kata Karlinasyah, ajang Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini akan dimanfaatkan sebagai upaya pelipatgandaan sosialisasi kebijakan pemerintah terkait penanganan pencemaran yang bersifat langsung maupun tidak langsung, seperti peta jalan pengurangan sampah nasional dan penggunaan plastik sekali pakai, transisi penggunaan bahan bakar dan sumber energi yang ramah lingkungan, perubahan teknologi dan sistem manajemen menjadi lebih bersih.
(akr)