Pemulihan Ekonomi Tidak Akan Berhasil Tanpa Investasi ke Alam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah kelompok yang berisikan 16 mantan kepala negara, menteri luar negeri, dan diplomat dari empat benua bakal meluncurkan Campaign for Nature. Indonesia turut ambil bagian dengan diwakili mantan Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim yang menjadi anggota Global Steering Committee. Komite ini dipimpin mantan Senator Amerika Serikat dan mantan Utusan Khusus untuk Great Lakes Region of Africa, Russ Feingold.
Disebutkan bahwa tujuan utama Campaign for Nature adalah menyerukan para pemerintahan di seluruh dunia agar mendukung tujuan global baru untuk melindungi paling sedikitnya 30 persen dari tanah dan lautan dunia pada 2030. Ini sebagaimana dinyatakan para ilmuwan sebagai jumlah minimal yang diperlukan untuk mencegah hilangnya keragaman hayati global.
Russ Feingold mengungkapkan bahwa konservasi alam harus menjadi elemen inti dari semua rencana pemulihan dan stimulus. "Dengan lebih melindungi alam, pemerintah-pemerintah di dunia bisa secara bersamaan menciptakan lapangan pekerjaan, menghindari akibat jangka panjang terkait perubahan iklim dan hilangnya keragaman hayati, dan membuat pertahanan terhadap pandemi-pandemi di masa depan," papar Russ Feingold melalui keterangan resminya, Rabu (24/6/2020).
( )
Dalam pernyataan bersama yang menandai peluncurannya, Global Steering Committee mendorong para pemimpin dunia untuk berinvestasi ke alam sebagai elemen inti dari rencana pemulihan ekonomi. Mereka berargumen bahwa keuntungan-keuntungan dari wilayah-wilayah yang dilindungi sering tidak diperhatikan, sehingga wilayah-wilayah tersebut layak mendapatkan dukungan stimulus.
Di antara keuntungan-keuntungan tersebut adalah wilayah-wilayah yang dilindungi dapat mengurangi kemiskinan, menyediakan habitat utama satwa liar, menghasilkan lapangan pekerjaan, melawan perubahan iklim, dan melindungi dari pandemi di masa depan. Wilayah-wilayah tersebut juga penting untuk mengakhiri kepunahan massal tumbuhan, binatang, dan mikro organisme yang menjaga udara kita bersih, air kita jernih, dan persediaan pangan kita banyak.
Pernyataan mereka didasarkan pada temuan-temuan sebuah laporan baru, yang diluncurkan juga pada 17 Juni oleh Campaign for Nature, yakni "A Key Sector Forgotten in the Stimulus Debate: the Nature-Based Economy". Laporan tersebut memaparkan alasan-alasan mengapa para pemerintah harus mengalokasikan dukungan stimulus pada wilayah-wilayah yang dilindungi, dan komunitas-komunitas masyarakat yang menjaga dan bergantung pada wilayah-wilayah itu.
"Di seluruh dunia, terutama Afrika, masyarakat-masyarakat lokal di sekitar wilayah yang dilindungi sedang menderita dan membutuhkan bantuan. Berbagai lapangan pekerjaan telah hilang, dan penghasilan-penghasilan yang sebelumnya digunakan untuk mendukung berbagai layanan seperti layanan kesehatan dan pendidikan menjadi semakin surut," kata mantan Presiden Sierra Leone, Ernest Bai Koroma, yang juga anggota Campaign for Nature's Global Steering Committee.
"Sudah jelas bahwa bumi sedang sakit dan kita semua merasakan sakitnya. Pemerintah-pemerintah seluruh dunia seharusnya sekarang bertindak mendukung wilayah-wilayah yang dilindungi dan masyarakat-masyarakat lokal di sekitarnya untuk kepentingan kita bersama," sambungnya.
Mantan Wakil Perdana Menteri Thailand, Yongyuth Yuthavong menambahkan bahwa kerusakan alam yang parah meningkatkan risiko dari pandemi. "Kita harus lebih melindungi alam sebagai bagian dari strategi menghadapi penyebaran penyakit-penyakit menular," ujarnya.
Sementara itu, mantan Menteri Luar Negeri Argentina, Susanna Malcorra mengatakan, untuk mendukung pemulihan ekonomi, seluruh elemen masyarakat harus melihat ke alam.
"Berinvestasi dan memulihkan wilayah-wilayah yang dilindungi akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dibandingkan industri lain yang umumnya didiskusikan pada rencana-rencana stimulus, termasuk industri minyak bumi dan gas. Memprioritaskan secara lebih baik pada perlindungan alam juga merupakan langkah kunci dalam membangun dunia yang lebih tangguh dan berkelanjutan," tuturnya.
Disebutkan bahwa tujuan utama Campaign for Nature adalah menyerukan para pemerintahan di seluruh dunia agar mendukung tujuan global baru untuk melindungi paling sedikitnya 30 persen dari tanah dan lautan dunia pada 2030. Ini sebagaimana dinyatakan para ilmuwan sebagai jumlah minimal yang diperlukan untuk mencegah hilangnya keragaman hayati global.
Russ Feingold mengungkapkan bahwa konservasi alam harus menjadi elemen inti dari semua rencana pemulihan dan stimulus. "Dengan lebih melindungi alam, pemerintah-pemerintah di dunia bisa secara bersamaan menciptakan lapangan pekerjaan, menghindari akibat jangka panjang terkait perubahan iklim dan hilangnya keragaman hayati, dan membuat pertahanan terhadap pandemi-pandemi di masa depan," papar Russ Feingold melalui keterangan resminya, Rabu (24/6/2020).
( )
Dalam pernyataan bersama yang menandai peluncurannya, Global Steering Committee mendorong para pemimpin dunia untuk berinvestasi ke alam sebagai elemen inti dari rencana pemulihan ekonomi. Mereka berargumen bahwa keuntungan-keuntungan dari wilayah-wilayah yang dilindungi sering tidak diperhatikan, sehingga wilayah-wilayah tersebut layak mendapatkan dukungan stimulus.
Di antara keuntungan-keuntungan tersebut adalah wilayah-wilayah yang dilindungi dapat mengurangi kemiskinan, menyediakan habitat utama satwa liar, menghasilkan lapangan pekerjaan, melawan perubahan iklim, dan melindungi dari pandemi di masa depan. Wilayah-wilayah tersebut juga penting untuk mengakhiri kepunahan massal tumbuhan, binatang, dan mikro organisme yang menjaga udara kita bersih, air kita jernih, dan persediaan pangan kita banyak.
Pernyataan mereka didasarkan pada temuan-temuan sebuah laporan baru, yang diluncurkan juga pada 17 Juni oleh Campaign for Nature, yakni "A Key Sector Forgotten in the Stimulus Debate: the Nature-Based Economy". Laporan tersebut memaparkan alasan-alasan mengapa para pemerintah harus mengalokasikan dukungan stimulus pada wilayah-wilayah yang dilindungi, dan komunitas-komunitas masyarakat yang menjaga dan bergantung pada wilayah-wilayah itu.
"Di seluruh dunia, terutama Afrika, masyarakat-masyarakat lokal di sekitar wilayah yang dilindungi sedang menderita dan membutuhkan bantuan. Berbagai lapangan pekerjaan telah hilang, dan penghasilan-penghasilan yang sebelumnya digunakan untuk mendukung berbagai layanan seperti layanan kesehatan dan pendidikan menjadi semakin surut," kata mantan Presiden Sierra Leone, Ernest Bai Koroma, yang juga anggota Campaign for Nature's Global Steering Committee.
"Sudah jelas bahwa bumi sedang sakit dan kita semua merasakan sakitnya. Pemerintah-pemerintah seluruh dunia seharusnya sekarang bertindak mendukung wilayah-wilayah yang dilindungi dan masyarakat-masyarakat lokal di sekitarnya untuk kepentingan kita bersama," sambungnya.
Mantan Wakil Perdana Menteri Thailand, Yongyuth Yuthavong menambahkan bahwa kerusakan alam yang parah meningkatkan risiko dari pandemi. "Kita harus lebih melindungi alam sebagai bagian dari strategi menghadapi penyebaran penyakit-penyakit menular," ujarnya.
Sementara itu, mantan Menteri Luar Negeri Argentina, Susanna Malcorra mengatakan, untuk mendukung pemulihan ekonomi, seluruh elemen masyarakat harus melihat ke alam.
"Berinvestasi dan memulihkan wilayah-wilayah yang dilindungi akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dibandingkan industri lain yang umumnya didiskusikan pada rencana-rencana stimulus, termasuk industri minyak bumi dan gas. Memprioritaskan secara lebih baik pada perlindungan alam juga merupakan langkah kunci dalam membangun dunia yang lebih tangguh dan berkelanjutan," tuturnya.
(akr)