Suku Bunga Acuan Harus Pacu Investasi
A
A
A
JAKARTA - Penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate yang dilakukan Bank Indonesia diharapkan bisa menarik minat investor masuk ke Indonesia. Hal ini berguna untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, dengan suku bunga lebih rendah, diharapkan pihak swasta akan merespons sehingga investasi bisa masuk lebih besar dan menyumbang ke pertumbuhan.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati berharap penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dan perbaikan dari sisi investasi yang dilakukan pemerintah bisa mendorong masuknya investasi pada semester II/2019. Sri Mulyani menuturkan, respons BI terhadap lingkungan global maupun dalam negeri dengan menaikkan suku bunga telah berdampak pada investasi. Pertumbuhan investasi agak melemah dibandingkan akhir tahun lalu yang mampu mendekati 7%.
“Kenaikan suku bunga memang suka tidak suka muncul dampaknya ke investasi. Dengan penurunan suku bunga dan direction yang akan terjadi serta improvment dan perbaikan dari sisi investasi, kita harapkan investasi akan bisa pickup lagi pada semester II/2019,” ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah terus melakukan kebijakan untuk mendukung investasi melalui kemudahan berusaha dan insentif perpajakan, seperti super deductible tax untuk pendidikan vokasi serta melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang). “Kita juga memberikan tax holiday dan tax allowance yang diharapkan akan mendapatkan momentum pada semester II/2019,” ungkapnya.
Di sisi lain, situasi politik di dalam negeri semakin baik sehingga memberikan keyakinan pada investor bahwa iklim investasi kondusif. “Jadi, kita berharap seluruh faktor akan menunjukkan positif,” tuturnya.
Untuk mendukung masuknya investasi tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sinyal bahwa Bank Sentral memiliki ruang menurunkan kembali suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate. Menurut Perry, laju inflasi yang terkendali dan stabilitas ekonomi terjaga mem berikan ruang kebijakan moneter. “Kami memandang bahwa ruang kebijakan moneter yang akomodatif dan penurunan suku bunga akan terus terbuka,” ujarnya.Sebelumnya, pada 18 Juli 2019, BI memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.
Pemangkasan suku bunga BI pada Juli 2019 menjadi pertama kali sejak November 2018, BI menahan suku bunga di level 6%. Perry mengatakan, pada semester II/2019, prognosis asumsi dasar ekonomi makro BI tidak jauh berbeda dengan pemerintah. Pada semester II/2019, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,2%. Laju inflasi diperkirakan masih terkendali di tingkat 3,1% (yoy).
Nilai tukar rupiah diperkirakan bisa dijaga lebih rendah diban dingkan dengan asumsi dalam APBN 2019. “Sejalan dengan pandangan kami bahwa pertumbuhan ekonomi semester II/2019 akan lebih baik, inflasi akan lebih rendah, dan nilai tukar rupiah akan menguat, serta suku bunga akan lebih rendah,” katanya.
DPR Setujui Target Penurunan Pertumbuhan Ekonomi
Sementara itu, Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakil an Rakyat (DPR) bersama pemerintah sepakat menge sahkan laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di semester I dan prognosis semester II tahun ini. Dalam rapat tersebut, Panitia Kerja (Panja) APBN 2019 menyetujui perubahan target pertum buh an ekonomi tahun ini menjadi 5,2%.
“Dalam semester I/2019, realisasi dan perkembangan indikator asumsi dasar ekonomi tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,2% pada semester II 2019,” ujar Koordinator Panja Perumusan APBN Iskandar Dzulkarnain.
Dia menuturkan, DPR meminta agar laju pertumbuhan inflasi pada semester II/2019 bisa terjaga sesuai dengan APBN, yakni berada di bawah 3,5% plus minus 1%. “Kami harapkan nilai tukar rupiah bisa dijaga lebih rendah,” tutur dia.
Seperti diketahui, dalam UU APBN 2019 sebelumnya pertumbuhan ekonomi tahun ini ditargetkan sebesar 5,3%. Sedangkan inflasi dipatok dengan angka sebesar 3,5% plusminus 1%. Sementara untuk tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan sebesar 5,3%. Kemudian untuk harga minyak mentah Indonesia sebesar USD70 per barel dan lifting gas 1,25 juta barel setara minyak per hari. (Oktiani Endarwati)
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, dengan suku bunga lebih rendah, diharapkan pihak swasta akan merespons sehingga investasi bisa masuk lebih besar dan menyumbang ke pertumbuhan.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati berharap penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dan perbaikan dari sisi investasi yang dilakukan pemerintah bisa mendorong masuknya investasi pada semester II/2019. Sri Mulyani menuturkan, respons BI terhadap lingkungan global maupun dalam negeri dengan menaikkan suku bunga telah berdampak pada investasi. Pertumbuhan investasi agak melemah dibandingkan akhir tahun lalu yang mampu mendekati 7%.
“Kenaikan suku bunga memang suka tidak suka muncul dampaknya ke investasi. Dengan penurunan suku bunga dan direction yang akan terjadi serta improvment dan perbaikan dari sisi investasi, kita harapkan investasi akan bisa pickup lagi pada semester II/2019,” ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah terus melakukan kebijakan untuk mendukung investasi melalui kemudahan berusaha dan insentif perpajakan, seperti super deductible tax untuk pendidikan vokasi serta melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang). “Kita juga memberikan tax holiday dan tax allowance yang diharapkan akan mendapatkan momentum pada semester II/2019,” ungkapnya.
Di sisi lain, situasi politik di dalam negeri semakin baik sehingga memberikan keyakinan pada investor bahwa iklim investasi kondusif. “Jadi, kita berharap seluruh faktor akan menunjukkan positif,” tuturnya.
Untuk mendukung masuknya investasi tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sinyal bahwa Bank Sentral memiliki ruang menurunkan kembali suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate. Menurut Perry, laju inflasi yang terkendali dan stabilitas ekonomi terjaga mem berikan ruang kebijakan moneter. “Kami memandang bahwa ruang kebijakan moneter yang akomodatif dan penurunan suku bunga akan terus terbuka,” ujarnya.Sebelumnya, pada 18 Juli 2019, BI memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.
Pemangkasan suku bunga BI pada Juli 2019 menjadi pertama kali sejak November 2018, BI menahan suku bunga di level 6%. Perry mengatakan, pada semester II/2019, prognosis asumsi dasar ekonomi makro BI tidak jauh berbeda dengan pemerintah. Pada semester II/2019, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,2%. Laju inflasi diperkirakan masih terkendali di tingkat 3,1% (yoy).
Nilai tukar rupiah diperkirakan bisa dijaga lebih rendah diban dingkan dengan asumsi dalam APBN 2019. “Sejalan dengan pandangan kami bahwa pertumbuhan ekonomi semester II/2019 akan lebih baik, inflasi akan lebih rendah, dan nilai tukar rupiah akan menguat, serta suku bunga akan lebih rendah,” katanya.
DPR Setujui Target Penurunan Pertumbuhan Ekonomi
Sementara itu, Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakil an Rakyat (DPR) bersama pemerintah sepakat menge sahkan laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di semester I dan prognosis semester II tahun ini. Dalam rapat tersebut, Panitia Kerja (Panja) APBN 2019 menyetujui perubahan target pertum buh an ekonomi tahun ini menjadi 5,2%.
“Dalam semester I/2019, realisasi dan perkembangan indikator asumsi dasar ekonomi tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,2% pada semester II 2019,” ujar Koordinator Panja Perumusan APBN Iskandar Dzulkarnain.
Dia menuturkan, DPR meminta agar laju pertumbuhan inflasi pada semester II/2019 bisa terjaga sesuai dengan APBN, yakni berada di bawah 3,5% plus minus 1%. “Kami harapkan nilai tukar rupiah bisa dijaga lebih rendah,” tutur dia.
Seperti diketahui, dalam UU APBN 2019 sebelumnya pertumbuhan ekonomi tahun ini ditargetkan sebesar 5,3%. Sedangkan inflasi dipatok dengan angka sebesar 3,5% plusminus 1%. Sementara untuk tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan sebesar 5,3%. Kemudian untuk harga minyak mentah Indonesia sebesar USD70 per barel dan lifting gas 1,25 juta barel setara minyak per hari. (Oktiani Endarwati)
(nfl)