Karya Anak Bangsa, Go-Jek Pimpin Transformasi Revolusi Industri 4.0
A
A
A
JAKARTA - Peran industri rintisan karya anak bangsa seperti Go-Jek dinilai sangat besar dalam memimpin transformasi Revolusi Industri 4.0. Lewat perusahaan rintisan yang digagas anak bangsa tersebut, nilai lebih ekonomi maupun aliran investasi semakin besar buat masyarakat Indonesia.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan, menjamurnya startup di Indonesia dinilai membawa dampak positif bagi perekonomian. Apalagi, apabila rintisan itu berkembang pesat dan menjadi unicorn ataupun decacorn, seperti GoJek.
Dia mengatakan, keberadaan perusahaan sekelas GoJek yang lahir dari Indonesia, semakin penting dalam perekonomian. Bahkan, kehadiran mereka selama ini mampu menarik aliran modal asing ke RI.
"Market value yang besar pasti akan mengundang modal masuk dan kita harapkan juga kalau makin besar, dia menjadi pelaku yang semakin global," ujar Bambang kepada awak media, beberapa waktu lalu.
Bambang menampik jika investasi asing yang masuk ke unicorn akan merugikan Indonesia. Pasalnya, investasi yang masuk dikategorikan sebagai foreign direct investment (FDI). Dia menyebut, dividen yang nantinya dihasilkan juga tidak akan lebih besar dari FDI yang masuk.
"Tapi kan, jauh lebih besar inflow-nya daripada dividen outflow-nya. Dan kita juga melihat kalau unicorn ini berkembang, sebagian dividen dipakai untuk investment lagi," ucap dia.
Dia berharap unicorn dapat berperan lebih besar lagi dalam mendorong Indonesia menuju era transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0. Pasalnya, unicorn memiliki ciri khas yang lekat dengan penggunaan teknologi.
"Kita fokus antisipasi dari ekonomi digital dari Revolusi Industri 4.0, di mana, unicorn kita harapkan menjadi salah satu pelaku yang membawa transformasi itu sendiri," ujar Bambang.
Lebih jauh, pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengapresiasi kiprah Go Jek, yang juga menandai perkembangan baru bagi industri kreatif. Menurutnya, Go Jek merupakan salah satu usaha rintisan yang memberikan nilai social solutions.
“Untuk mendukung kehadiran usaha rintisan tersebut, pemerintah selalu berupaya agar tak menghalangi unit bisnis kreatif milik anak bangsa yang dalam perkembangan untuk tidak membebaninya aturan yang tidak relevan,” ucap Triawan.
Untuk menyingkirkan halangan yang memberatkan usaha rintisan karya anak bangsa seperti GoJek itu, Triawan mengaku pemerintah kerap kali diharuskan mengkoordinasikan kebijakan antar lembaga. “Terkadang bahkan memerklukan pertimbangan dan keputusan dari presiden apabila ditemukan kendala birokrasi maupun aturan yang lebih banyak merugikan atau yang relevansinya sudah kadaluarsa,” tegas Triawan.
ACUAN
CEO Alvara Research Hasanuddin Ali membenarkan bahwa aplikasi digital karya anak bangsa seperti Go Jek dan Traveloka, ternyata mampu jadi acuan memenangkan persaingan dengan aplikasi sejenis milik asing. Bahkan, di kalangan generasi milenial, Go Jek mampu mengungguli Grab yang merupakan aplikasi asing dengan sokongan modal jumbo Softbank.
“Generasi milenial lebih memilih Go Jek, dan lebih merekomendasikan aplikasi tersebut dibandingkan Grab,” ujar Hasanuddin.
Dia mengatakan walau Grab lebih dikenal dengan promo jor joran, generasi milenial masih lebih banyak memilih Go Jek karena kualitas layanan. Selain itu, tambah Hasanuddin, terdapat benefit emosional yang jadi keputusan generasi tersebut menggunakan produk.
“Seperti misal, sentimen terkait produk anak bangsa. Itu berbau emosional, tapi yang jelas sejauh ini Go Jek unggul karena layanan,” ungkapnya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan, menjamurnya startup di Indonesia dinilai membawa dampak positif bagi perekonomian. Apalagi, apabila rintisan itu berkembang pesat dan menjadi unicorn ataupun decacorn, seperti GoJek.
Dia mengatakan, keberadaan perusahaan sekelas GoJek yang lahir dari Indonesia, semakin penting dalam perekonomian. Bahkan, kehadiran mereka selama ini mampu menarik aliran modal asing ke RI.
"Market value yang besar pasti akan mengundang modal masuk dan kita harapkan juga kalau makin besar, dia menjadi pelaku yang semakin global," ujar Bambang kepada awak media, beberapa waktu lalu.
Bambang menampik jika investasi asing yang masuk ke unicorn akan merugikan Indonesia. Pasalnya, investasi yang masuk dikategorikan sebagai foreign direct investment (FDI). Dia menyebut, dividen yang nantinya dihasilkan juga tidak akan lebih besar dari FDI yang masuk.
"Tapi kan, jauh lebih besar inflow-nya daripada dividen outflow-nya. Dan kita juga melihat kalau unicorn ini berkembang, sebagian dividen dipakai untuk investment lagi," ucap dia.
Dia berharap unicorn dapat berperan lebih besar lagi dalam mendorong Indonesia menuju era transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0. Pasalnya, unicorn memiliki ciri khas yang lekat dengan penggunaan teknologi.
"Kita fokus antisipasi dari ekonomi digital dari Revolusi Industri 4.0, di mana, unicorn kita harapkan menjadi salah satu pelaku yang membawa transformasi itu sendiri," ujar Bambang.
Lebih jauh, pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengapresiasi kiprah Go Jek, yang juga menandai perkembangan baru bagi industri kreatif. Menurutnya, Go Jek merupakan salah satu usaha rintisan yang memberikan nilai social solutions.
“Untuk mendukung kehadiran usaha rintisan tersebut, pemerintah selalu berupaya agar tak menghalangi unit bisnis kreatif milik anak bangsa yang dalam perkembangan untuk tidak membebaninya aturan yang tidak relevan,” ucap Triawan.
Untuk menyingkirkan halangan yang memberatkan usaha rintisan karya anak bangsa seperti GoJek itu, Triawan mengaku pemerintah kerap kali diharuskan mengkoordinasikan kebijakan antar lembaga. “Terkadang bahkan memerklukan pertimbangan dan keputusan dari presiden apabila ditemukan kendala birokrasi maupun aturan yang lebih banyak merugikan atau yang relevansinya sudah kadaluarsa,” tegas Triawan.
ACUAN
CEO Alvara Research Hasanuddin Ali membenarkan bahwa aplikasi digital karya anak bangsa seperti Go Jek dan Traveloka, ternyata mampu jadi acuan memenangkan persaingan dengan aplikasi sejenis milik asing. Bahkan, di kalangan generasi milenial, Go Jek mampu mengungguli Grab yang merupakan aplikasi asing dengan sokongan modal jumbo Softbank.
“Generasi milenial lebih memilih Go Jek, dan lebih merekomendasikan aplikasi tersebut dibandingkan Grab,” ujar Hasanuddin.
Dia mengatakan walau Grab lebih dikenal dengan promo jor joran, generasi milenial masih lebih banyak memilih Go Jek karena kualitas layanan. Selain itu, tambah Hasanuddin, terdapat benefit emosional yang jadi keputusan generasi tersebut menggunakan produk.
“Seperti misal, sentimen terkait produk anak bangsa. Itu berbau emosional, tapi yang jelas sejauh ini Go Jek unggul karena layanan,” ungkapnya.
(akr)