50 Tahun Berkiprah, Ajinomoto Akan Terus Kreatif Melahirkan Produk Inovatif
A
A
A
KARAWANG - Memasuki tahun ke-50 kiprahnya di Indonesia, produsen bumbu umami ternama Jepang Ajinomoto akan terus kreatif melahirkan produk-produk inovatif.
Presiden Direktur PT. Ajinomoto Indonesia Grup, Ichiro Sakakura, menegaskan hal tersebut saat memaparkan tinjauan inovasi dan kontribusi Ajinomoto untuk Indonesia pada gelaran pra-event 50 Tahun Ajinomoto di pabrik Ajinomoto Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/7/2019).
“Dalam perjalanannya di Indonesia, Ajinomoto terus melakukan pertumbuhan yang berkelanjutan dengan mendirikan pabrik kedua di Karawang di tahun 2012, dan juga meluncurkan Mayumi®, produk mayones. Tahun 2015, PT Ajinomoto Bakery Indonesia berdiri,” ujar Sakakura.
Sakakura menambahkan bahwa Ajinomoto terus mengembangkan dan menguatkan posisinya di sektor pangan di Indonesia dengan meluncurkan merek baru hingga di 2019.
“Tahun 2017, Ajinomoto menjual mi instan dengan merek Yum Yum®, dan bubuk saus pasta Delito®. Di tahun 2019 ini, Ajinomoto kembali berekspansi dengan meluncurkan Birdy® Latte Café, dan memulai bisnis minuman bubuk di Indonesia,” imbuh Sakakura.
Berbeda dari industri-industri lain yang cenderung memasarkan produk yang sudah ada saat memasuki usia 'matang' Ajinomoto justru terus berinovasi untuk memenuhi selera konsumen di Tanah Air yang beragam.
“Kami memiliki Masako®, bumbu kaldu dari ekstrak daging asli, lalu Sajiku®, bumbu praktis dengan varian yang sesuai dengan citarasa Konsumen Indonesia, serta Saori®, pionir bumbu cair oriental,” lanjut Sakakura saat menyampaikan inovasi Ajinomoto pada varian bumbu.
Tidak hanya di lini produk, untuk mendukung program pemerintah di sektor lapangan kerja, Ajinomoto juga turut berkontribusi dengan meningkatkan serapan tenaga kerja di fasililtas-fasiltas produksinya.
“Untuk serapan tenaga kerja, per Maret 2019, PT Ajinomoto Indonesia dengan empat grup perusahaannya telah mempekerjakan sekitar 3.700 orang,” tutur Sakakura.
Lebih lanjut, Sakakura menyampaikan bahwa serapan kerja tersebut juga dibarengi dengan sejumlah program edukasi dan pelatihan yang dijalankan selaras dengan pesan perusahaan yaitu “Eat Well, Live Well”. “Bisnis kami juga dibarengi dengan kontribusi perusahaan untuk masyarakat,” ucapnya.
“Untuk di lingkungan internal kami memiliki Workplace Nutrition Activity, yaitu pemberian makan siang bergizi dan edukasi gizi bagi karyawan baik di kantor dan juga pabrik. Sementara untuk masyarakat secara luas, kami meluncurkan Dapur Umami, School Lunch Program yang bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), juga support gizi dan edukasi gizi kepada atlet renang nasional I Gede Siman Sudartawa dalam program Winning Meal Project,” sambung Sakakura.
Ajinomoto sendiri bukan nama baru di industri makanan dan minuman. Perusahaan di balik merek AJI-NO-MOTO® ini memulai bisnisnya di Tanah Air pada 1969 dan mulai memproduksi AJI-NO-MOTO® pada tahun 1970 di pabrik Mojokerto.
Perusahaan yang meraih sejumlah penghargaan di bidang pangan, gizi, dan pemanfaatan hasil buang produksinya ini juga dikenal lewat kualitas dan jaminan produknya yang memenuhi sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dibuktikan dengan pemberian Sistem Jaminan Halal (SJH) kepada Ajinomoto.
“Intinya, Ajinomoto berupaya merealisasikan kehidupan yang tumbuh dan berkelanjutan dengan mengusung konsep ASV –Ajinomoto Shared Value, berupaya berkontribusi terhadap isu sosial yang diselaraskan dengan nilai bisnis dari perusahaan Ajinomoto,” tutup Sakakura.
Presiden Direktur PT. Ajinomoto Indonesia Grup, Ichiro Sakakura, menegaskan hal tersebut saat memaparkan tinjauan inovasi dan kontribusi Ajinomoto untuk Indonesia pada gelaran pra-event 50 Tahun Ajinomoto di pabrik Ajinomoto Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/7/2019).
“Dalam perjalanannya di Indonesia, Ajinomoto terus melakukan pertumbuhan yang berkelanjutan dengan mendirikan pabrik kedua di Karawang di tahun 2012, dan juga meluncurkan Mayumi®, produk mayones. Tahun 2015, PT Ajinomoto Bakery Indonesia berdiri,” ujar Sakakura.
Sakakura menambahkan bahwa Ajinomoto terus mengembangkan dan menguatkan posisinya di sektor pangan di Indonesia dengan meluncurkan merek baru hingga di 2019.
“Tahun 2017, Ajinomoto menjual mi instan dengan merek Yum Yum®, dan bubuk saus pasta Delito®. Di tahun 2019 ini, Ajinomoto kembali berekspansi dengan meluncurkan Birdy® Latte Café, dan memulai bisnis minuman bubuk di Indonesia,” imbuh Sakakura.
Berbeda dari industri-industri lain yang cenderung memasarkan produk yang sudah ada saat memasuki usia 'matang' Ajinomoto justru terus berinovasi untuk memenuhi selera konsumen di Tanah Air yang beragam.
“Kami memiliki Masako®, bumbu kaldu dari ekstrak daging asli, lalu Sajiku®, bumbu praktis dengan varian yang sesuai dengan citarasa Konsumen Indonesia, serta Saori®, pionir bumbu cair oriental,” lanjut Sakakura saat menyampaikan inovasi Ajinomoto pada varian bumbu.
Tidak hanya di lini produk, untuk mendukung program pemerintah di sektor lapangan kerja, Ajinomoto juga turut berkontribusi dengan meningkatkan serapan tenaga kerja di fasililtas-fasiltas produksinya.
“Untuk serapan tenaga kerja, per Maret 2019, PT Ajinomoto Indonesia dengan empat grup perusahaannya telah mempekerjakan sekitar 3.700 orang,” tutur Sakakura.
Lebih lanjut, Sakakura menyampaikan bahwa serapan kerja tersebut juga dibarengi dengan sejumlah program edukasi dan pelatihan yang dijalankan selaras dengan pesan perusahaan yaitu “Eat Well, Live Well”. “Bisnis kami juga dibarengi dengan kontribusi perusahaan untuk masyarakat,” ucapnya.
“Untuk di lingkungan internal kami memiliki Workplace Nutrition Activity, yaitu pemberian makan siang bergizi dan edukasi gizi bagi karyawan baik di kantor dan juga pabrik. Sementara untuk masyarakat secara luas, kami meluncurkan Dapur Umami, School Lunch Program yang bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), juga support gizi dan edukasi gizi kepada atlet renang nasional I Gede Siman Sudartawa dalam program Winning Meal Project,” sambung Sakakura.
Ajinomoto sendiri bukan nama baru di industri makanan dan minuman. Perusahaan di balik merek AJI-NO-MOTO® ini memulai bisnisnya di Tanah Air pada 1969 dan mulai memproduksi AJI-NO-MOTO® pada tahun 1970 di pabrik Mojokerto.
Perusahaan yang meraih sejumlah penghargaan di bidang pangan, gizi, dan pemanfaatan hasil buang produksinya ini juga dikenal lewat kualitas dan jaminan produknya yang memenuhi sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dibuktikan dengan pemberian Sistem Jaminan Halal (SJH) kepada Ajinomoto.
“Intinya, Ajinomoto berupaya merealisasikan kehidupan yang tumbuh dan berkelanjutan dengan mengusung konsep ASV –Ajinomoto Shared Value, berupaya berkontribusi terhadap isu sosial yang diselaraskan dengan nilai bisnis dari perusahaan Ajinomoto,” tutup Sakakura.
(akn)