Ekonomi Yogyakarta pada Kuartal II 2019 Tumbuh 6,80%
A
A
A
BANTUL - Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta pada kuartal II 2019, tumbuh 6,80%. Hal ini bisa dilihat dari Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2019 dibandingkan dengan PDRB 2018.
Kepala BPS Yogyakarta, Johannes De Britto Priyono, menerangkan pertumbuhan ekonomi ini diukur dari nilai PDRB atas dasar harga berlaku di kuartal II 2019, yang mencapai Rp34,46 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 yang mencapai Rp25,45 triliun.
"Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 5,92%. Bila dibandingkan kuartal I 2019, perekonomian Yogyakarta mengalami kontraksi atau tumbuh negatif sebesar 0,04% (quarter-to-quarter)," ujarnya di Bantul, Senin (5/8/2019).
Dari sisi lapangan usaha, kata dia, pertumbuhan (year-on-year) tertinggi dicapai oleh lapangan usaha konstruksi sebesar 18,91%. Selanjutnya pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang sebesar 8,70%, disusul administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 8,47%.
"Proyek infrastruktur besar ada di underpass Kentungan Sleman dan underpass Yogyakarta International Airport. Selain itu, pembangunan sarana prasarana pendukung bandara terus berlanjut," imbuhnya.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi adalah komponen pengeluaran konsumsi lembaga swasta nonprofit yaitu 18,20%, diikuti pembentukan modal tetap bruto sebesar 10,13%, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 3,67%.
"Andil terbesar pertumbuhan ekonomi ini diberikan oleh lapangan usaha kontruksi sebesar 1,83%, diikuti informasi dan komunikasi 0,82%, dan penyediaan akomodasi dan makanan minuman 0,74%," sambung Kabid Analisis Wilayah dan Analisis Statistik BPS Yogyakarta, Mainil Asni.
Dari sisi pengeluaran, andil pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto, diikuti oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi terhadap kuartal sebelumnya (q-to-q) penyumbang terbesar adalah lapangan usaha konstruksi sebesar 0,72%. Andil pertumbuhan berikutnya adalah administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 0,70%, diikuti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 0,39%.
Kepala BPS Yogyakarta, Johannes De Britto Priyono, menerangkan pertumbuhan ekonomi ini diukur dari nilai PDRB atas dasar harga berlaku di kuartal II 2019, yang mencapai Rp34,46 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 yang mencapai Rp25,45 triliun.
"Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 5,92%. Bila dibandingkan kuartal I 2019, perekonomian Yogyakarta mengalami kontraksi atau tumbuh negatif sebesar 0,04% (quarter-to-quarter)," ujarnya di Bantul, Senin (5/8/2019).
Dari sisi lapangan usaha, kata dia, pertumbuhan (year-on-year) tertinggi dicapai oleh lapangan usaha konstruksi sebesar 18,91%. Selanjutnya pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang sebesar 8,70%, disusul administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 8,47%.
"Proyek infrastruktur besar ada di underpass Kentungan Sleman dan underpass Yogyakarta International Airport. Selain itu, pembangunan sarana prasarana pendukung bandara terus berlanjut," imbuhnya.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi adalah komponen pengeluaran konsumsi lembaga swasta nonprofit yaitu 18,20%, diikuti pembentukan modal tetap bruto sebesar 10,13%, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 3,67%.
"Andil terbesar pertumbuhan ekonomi ini diberikan oleh lapangan usaha kontruksi sebesar 1,83%, diikuti informasi dan komunikasi 0,82%, dan penyediaan akomodasi dan makanan minuman 0,74%," sambung Kabid Analisis Wilayah dan Analisis Statistik BPS Yogyakarta, Mainil Asni.
Dari sisi pengeluaran, andil pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto, diikuti oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi terhadap kuartal sebelumnya (q-to-q) penyumbang terbesar adalah lapangan usaha konstruksi sebesar 0,72%. Andil pertumbuhan berikutnya adalah administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 0,70%, diikuti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 0,39%.
(ven)