Harga Minyak Naik Dipicu Ekspektasi Pemangkasan Output OPEC
A
A
A
SEOUL - Harga minyak mentah dunia kembali naik akibat adanya ekspektasi bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan kembali memangkas produksinya, dipicu kekhawatiran memanasnya perang dagang AS-China akan menyebabkan perlambatan secara global dan mengurangi permintaan minyak mentah.
Harga minyak US West Texas Intermediate (WTI) berjangka hari ini naik USD25 sen atau 0,5% ke USD52,79 per barel. Kenaikan ini didorong oleh laporan bahwa Arab Saudi telah meminta para produsen lainnya untuk mendiskusikan pelemahan harga minyak belakangan ini. Harga minyak tercatat masih terpangkas lebih dari 20% dari posisi tertingginya yang dicapai pada April lalu.
Sementara, pasar finansial global masih terguncang akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan mengenakan tarif 10% bagi barang-barang impor asal China mulai September, serta penurunan nilai tukar yuan yang dikhawatirkan akan memicu perang mata uang. Namun, yuan telah kembali menguat pada Kamis (8/8), didukung pertumbuhan ekspor China pada bulan Juli.
Saudi Arabia, sebagai pimpinan de facto OPEC, berencana mempertahankan ekspor minyak mentahnya di bawah 7 juta barel per hari pada bulan Agustus dan September untuk mengembalikan keseimbangan pasar dan mendukung penyerapan stok minyak mentah di pasar.
"Produksi minyak Saudi pada September juga akan lebih rendah dari saat ini. Ini akan menolong harga minyak untuk rebound dari level terendahnya sejak Januari lalu," ungkap ANZ Bank dalam pernyataan tertulis yang dikutip Reuters, Jumat (9/8/2019).
Sementara itu, Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Suhail al-Mazrouei menegaskan bahwa negaranya juga akan terus mendukung upaya menyeimbangkan pasar minyak global.
Dia menambahkan, komite kementerian pengawasan OPEC dan non-OPEC akan mengadakan pertemua di Abu Dhabi pada tanggal 12 September 2019 untuk mengkaji kondisi pasar minyak.
OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, sepakat pada Juli lalu untuk memperpanjang pemangkasan suplai minyaknya hingga Maret 2020 untuk mendongkrak harga minyak.
Harga minyak US West Texas Intermediate (WTI) berjangka hari ini naik USD25 sen atau 0,5% ke USD52,79 per barel. Kenaikan ini didorong oleh laporan bahwa Arab Saudi telah meminta para produsen lainnya untuk mendiskusikan pelemahan harga minyak belakangan ini. Harga minyak tercatat masih terpangkas lebih dari 20% dari posisi tertingginya yang dicapai pada April lalu.
Sementara, pasar finansial global masih terguncang akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan mengenakan tarif 10% bagi barang-barang impor asal China mulai September, serta penurunan nilai tukar yuan yang dikhawatirkan akan memicu perang mata uang. Namun, yuan telah kembali menguat pada Kamis (8/8), didukung pertumbuhan ekspor China pada bulan Juli.
Saudi Arabia, sebagai pimpinan de facto OPEC, berencana mempertahankan ekspor minyak mentahnya di bawah 7 juta barel per hari pada bulan Agustus dan September untuk mengembalikan keseimbangan pasar dan mendukung penyerapan stok minyak mentah di pasar.
"Produksi minyak Saudi pada September juga akan lebih rendah dari saat ini. Ini akan menolong harga minyak untuk rebound dari level terendahnya sejak Januari lalu," ungkap ANZ Bank dalam pernyataan tertulis yang dikutip Reuters, Jumat (9/8/2019).
Sementara itu, Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Suhail al-Mazrouei menegaskan bahwa negaranya juga akan terus mendukung upaya menyeimbangkan pasar minyak global.
Dia menambahkan, komite kementerian pengawasan OPEC dan non-OPEC akan mengadakan pertemua di Abu Dhabi pada tanggal 12 September 2019 untuk mengkaji kondisi pasar minyak.
OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, sepakat pada Juli lalu untuk memperpanjang pemangkasan suplai minyaknya hingga Maret 2020 untuk mendongkrak harga minyak.
(fjo)