Ekonomi Global Melambat, Ketua OJK Ingatkan Respon Cepat dan Tepat
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, tantangan dari perlambatan ekonomi global masih akan mewarnai perkembangan ekonomi domestik.
Menurut dia, perlambatan ekonomi global juga masih akan berdampak ke kinerja pasar modal Indonesia ke depan.
"Untuk itu, kita semua harus merespon dinamika ini dengan cepat dan tepat," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Hal tersebut terindikasi dari berbagai negara yang Iebih agresif menurunkan suku bunga acuannya. Seperti akhir-akhir ini yang dilakukan oleh India yang menurunkan 35bps, lebih besar dari perkiraan.
Lalu, Selandia Baru menurunkan suku bunga acuannya menjadi yang terendah sepanjang sejarah, serta Thailand yang di luar perkiraan juga menurunkan suku bunga acuannya.
"Begitu juga Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuannya dan melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM)," kata Wimboh.
Menyikapi berbagai tantangan tadi, Indonesia memerlukan mesin pertumbuhan baru dari sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat mengimbangi tantangan ekonomi yang dihadapi.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah terus mendorong pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan, mendorong ekspor dan substitusi impor, membuka lapangan kerja dan memberdayakan UMKM, meningkatkan tax based, dan juga ramah lingkungan dalam rangka mendukung pencapaian Sustainable Development Goal's (SDGs).
Pemerintah juga akan mengembangkan lima sektor unggulan untuk meng-address berbagai tantangan ekonomi. Kelima sektor tersebut yaitu pariwisata, perikanan, agribisnis, manufaktur dan pertambangan.
Wimboh menambahkan, dalam mendukung pergembangan lima sektor ini, pemerintah memiliki komitmen besar untuk menyediakan infrastruktur publik pendukung, penyederhanaan dan percepatan perizinan, serta kepastian hukum.
Selain itu, memasilitasi adopsi teknologi terbaru untuk mendukung produktifitas, insentif perpajakan bagi investasi, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Menurut dia, perlambatan ekonomi global juga masih akan berdampak ke kinerja pasar modal Indonesia ke depan.
"Untuk itu, kita semua harus merespon dinamika ini dengan cepat dan tepat," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Hal tersebut terindikasi dari berbagai negara yang Iebih agresif menurunkan suku bunga acuannya. Seperti akhir-akhir ini yang dilakukan oleh India yang menurunkan 35bps, lebih besar dari perkiraan.
Lalu, Selandia Baru menurunkan suku bunga acuannya menjadi yang terendah sepanjang sejarah, serta Thailand yang di luar perkiraan juga menurunkan suku bunga acuannya.
"Begitu juga Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuannya dan melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM)," kata Wimboh.
Menyikapi berbagai tantangan tadi, Indonesia memerlukan mesin pertumbuhan baru dari sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat mengimbangi tantangan ekonomi yang dihadapi.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah terus mendorong pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan, mendorong ekspor dan substitusi impor, membuka lapangan kerja dan memberdayakan UMKM, meningkatkan tax based, dan juga ramah lingkungan dalam rangka mendukung pencapaian Sustainable Development Goal's (SDGs).
Pemerintah juga akan mengembangkan lima sektor unggulan untuk meng-address berbagai tantangan ekonomi. Kelima sektor tersebut yaitu pariwisata, perikanan, agribisnis, manufaktur dan pertambangan.
Wimboh menambahkan, dalam mendukung pergembangan lima sektor ini, pemerintah memiliki komitmen besar untuk menyediakan infrastruktur publik pendukung, penyederhanaan dan percepatan perizinan, serta kepastian hukum.
Selain itu, memasilitasi adopsi teknologi terbaru untuk mendukung produktifitas, insentif perpajakan bagi investasi, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
(ind)