Indonesia Re Jadi BUMN Reasuransi Pertama Gelar Rapat di Atas Kapal
A
A
A
JAKARTA - BUMN reasuransi, Indonesia Re menyelenggarakan rapat industri asuransi dan reasuransi bertajuk Marine On-Board di atas kapal Pelni dengan rute Jakarta-Surabaya, pada tanggal 30 Agustus-1 September 2019. Rapat yang membahas asuransi marine hull ini menjadi rapat industri asuransi dan reasuransi pertama di Indonesia yang digelar di atas kapal.
General Reinsurance CEM and Administration Division Head, Arie Surya Nugraha, mengatakan pihaknya berinisiatif menyelenggarakan rapat di atas kapal tak lain agar para ceding dapat meninjau langsung kondisi di lapangan.
"Kami ingin memberikan nilai tambah, experience yang berbeda kepada para ceding company karena dengan terjun langsung ke lapangan, kita semua akan mendapatkan bayangan langsung seputar seluk beluk marine hull," ujar Arie di Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Dengan mengusung tema 'Insufficient Tugs Power vs Unseaworthiness', Marine On-Board merupakan platform strategis untuk mensosialisasikan isu-isu penting terkait Marine Hull, khususnya pemicu dari klaim-klaim yang acap timbul karena kecelakaan kapal tug boat atau kapal barge.
Pasalnya, cuaca buruk kerap menjadi kambing hitam terjadinya kecelakaan. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, kecelakaan kapal biasanya terjadi karena kekuatan tarikan tug boat tidak dapat mengimbangi tonnase kapal yang ditariknya.
Tug boat adalah kapal yang berfungsi sebagai kapal penarik (towing) atau kapal pendorong (pusher) kapal barge yang umumnya digunakan untuk mengangkut barang seperti batubara, peti kemas, dan bahkan kendaraan.
Standar kekuatan tarikan tug boat adalah 2 x 1.200 tenaga kuda, dengan kapasitas tarikan beban hingga 30 ton. Fakta di lapangan, masih banyak tug boat dengan kekuatan tarikan dibawah standar yang memaksakan beroperasi, sehingga bila terjadi gelombang yang cukup tinggi, baik tug boat maupun barge berisiko tinggi kandas.
"Jadi, selama ini, semuanya (kecelakaan) dikaitkan dengan cuaca buruk, padahal kekuatan tug boatnya dibawah standar, jadi ada gelombang tinggi sedikit bisa kandas," ungkapnya.
Sementara itu, Marine Underwritting Department Head, Gadis Purwanti, menambahkan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi dalam rangka meminimalisir tingginya angka kecelakaan karena minimnya pengetahuan di lapangan.
"Dalam setahun, kami aktif menggelar rangkaian ceding company gathering dengan harapan mampu membantu mencegah terjadinya kecelakaan karena faktor teknis maupun non teknis," tuturnya.
Pada kesempatan berbeda, Marine Underwritting Manager Tokio Marine Indonesia, Ardi Tri Bernardi, mengungkapkan apresiasinya atas terobosan Indonesia Re dalam mensosialisasikan isu-isu terkini soal Marine Hull.
"Ini menjadi sharing session yang tidak biasa, karena kita tak hanya dapat memperoleh ilmu langsung di atas kapal, tapi juga sampai dapat melihat langsung ke bagian mesin kapal, dan bahkan kunjungan ke galangan kapal PT PAL Indonesia," tutupnya.
General Reinsurance CEM and Administration Division Head, Arie Surya Nugraha, mengatakan pihaknya berinisiatif menyelenggarakan rapat di atas kapal tak lain agar para ceding dapat meninjau langsung kondisi di lapangan.
"Kami ingin memberikan nilai tambah, experience yang berbeda kepada para ceding company karena dengan terjun langsung ke lapangan, kita semua akan mendapatkan bayangan langsung seputar seluk beluk marine hull," ujar Arie di Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Dengan mengusung tema 'Insufficient Tugs Power vs Unseaworthiness', Marine On-Board merupakan platform strategis untuk mensosialisasikan isu-isu penting terkait Marine Hull, khususnya pemicu dari klaim-klaim yang acap timbul karena kecelakaan kapal tug boat atau kapal barge.
Pasalnya, cuaca buruk kerap menjadi kambing hitam terjadinya kecelakaan. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, kecelakaan kapal biasanya terjadi karena kekuatan tarikan tug boat tidak dapat mengimbangi tonnase kapal yang ditariknya.
Tug boat adalah kapal yang berfungsi sebagai kapal penarik (towing) atau kapal pendorong (pusher) kapal barge yang umumnya digunakan untuk mengangkut barang seperti batubara, peti kemas, dan bahkan kendaraan.
Standar kekuatan tarikan tug boat adalah 2 x 1.200 tenaga kuda, dengan kapasitas tarikan beban hingga 30 ton. Fakta di lapangan, masih banyak tug boat dengan kekuatan tarikan dibawah standar yang memaksakan beroperasi, sehingga bila terjadi gelombang yang cukup tinggi, baik tug boat maupun barge berisiko tinggi kandas.
"Jadi, selama ini, semuanya (kecelakaan) dikaitkan dengan cuaca buruk, padahal kekuatan tug boatnya dibawah standar, jadi ada gelombang tinggi sedikit bisa kandas," ungkapnya.
Sementara itu, Marine Underwritting Department Head, Gadis Purwanti, menambahkan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi dalam rangka meminimalisir tingginya angka kecelakaan karena minimnya pengetahuan di lapangan.
"Dalam setahun, kami aktif menggelar rangkaian ceding company gathering dengan harapan mampu membantu mencegah terjadinya kecelakaan karena faktor teknis maupun non teknis," tuturnya.
Pada kesempatan berbeda, Marine Underwritting Manager Tokio Marine Indonesia, Ardi Tri Bernardi, mengungkapkan apresiasinya atas terobosan Indonesia Re dalam mensosialisasikan isu-isu terkini soal Marine Hull.
"Ini menjadi sharing session yang tidak biasa, karena kita tak hanya dapat memperoleh ilmu langsung di atas kapal, tapi juga sampai dapat melihat langsung ke bagian mesin kapal, dan bahkan kunjungan ke galangan kapal PT PAL Indonesia," tutupnya.
(ven)