Pearl & Darling Dukung Konservasi di Taman Safari Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia adalah negara kaya akan keanekaragaman hayati. Ada sekitar 300 ribu jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia, ada di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak satwa endemik yang hanya bisa ditemukan di daratan Nusantara.
Sebagian dari mereka benar-benar terancam punah. Sebagai lembaga konservasi, tentunya Taman Safari Indonesia (TSI) memiliki peran dan tanggungjawab dalam menyelamatkan satwa-satwa liar endemik Indonesia tersebut.
TSI terbuka dengan pihak lain yang ingin berperan membantu program konservasi. Termasuk salah satunya adalah Pearl & Darling. Produsen lipstick lokal yang mulai melejit namanya ini berkomitmen untuk menyisihkan 30% dari keuntungan penjualan produk-produknya demi kepentingan konservasi di TSI.
Pearl & Darling memiliki kepedulian terhadap konservasi satwa-satwa liar. Hal tersebut diakui oleh Heru Sidharta, Brand Owner of Pearl & Darling. “Ini tercermin dari produk-produk kami yang bersertifikasi BPOM dan sama sekali tidak menerapkan animal testing.”
Ini tentu selaras dengan tujuan TSI. Terlebih lagi, dengan adanya program Rangers for Conservation di TSI, yang mengajak anak-anak muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap satwa liar. Rangers for Conservation ini digagas oleh anak muda berbakat, Emma Wong.
Kolaborasi Pearl & Darling dan TSI terwujud pula melalui produk-produk TSI Collection; Date Night (elephant) dan Wonderlust (orangutan).
Selain tentunya hadir pula Rose Collection; Serendipity (lip balm), Chick Flick, dan Fairy Tale. “Sudah saatnya kita mendukung konservasi satwa dengan cara menggunakan produk-produk yang turut berkontribusi terhadap kelangsungan hidup satwa-satwa liar yang terancam punah,” ujar Esther Manansang, Director TSI.
Dua jenis satwa yang dipilih dalam kolaborasi antara TSI dan Pearl & Darling adalah gajah dan orangutan. Sebab, keduanya sudah menjadi fokus perhatian sejak TSI berdiri. Pada tahun 1980-an, TSI ikut berperan menyelesaikan konflik gajah dengan manusia di Sumatera serta keberhasilan pengembangbiakkan 40 anak gajah di seluruh unit TSI Group. TSI juga pernah terlibat dalam proses pemulangan 48 ekor orangutan dari luar negeri, sebelum akhirnya dilepasliarkan di Sumatera dan Kalimantan.
“Kami sangat terbuka dengan pihak-pihak lain yang ingin memberi dukungan terhadap konservasi yang kami lakukan,” kata Biswajit Guha, Group Head of Life Science TSI. Sebab, menurut Biswajit, konservasi tak akan bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan dari masyarakat luas, termasuk korporasi.
Dengan menyasar wanita-wanita muda pengguna make up, TSI bersama Pearl & Darling berharap bisa mengedukasi soal pentingnya kepedulian terhadap satwa liar. Kolaborasi ini dapat terselenggara berkat kerjasama antara Pearl & Darling, Taman Safari Indonesia, Tokopedia dan The Goods Dept. Semoga ke depannya, semakin banyak korporasi yang ikut terlibat membantu program konservasi di TSI. Salam Lestari!
Sebagian dari mereka benar-benar terancam punah. Sebagai lembaga konservasi, tentunya Taman Safari Indonesia (TSI) memiliki peran dan tanggungjawab dalam menyelamatkan satwa-satwa liar endemik Indonesia tersebut.
TSI terbuka dengan pihak lain yang ingin berperan membantu program konservasi. Termasuk salah satunya adalah Pearl & Darling. Produsen lipstick lokal yang mulai melejit namanya ini berkomitmen untuk menyisihkan 30% dari keuntungan penjualan produk-produknya demi kepentingan konservasi di TSI.
Pearl & Darling memiliki kepedulian terhadap konservasi satwa-satwa liar. Hal tersebut diakui oleh Heru Sidharta, Brand Owner of Pearl & Darling. “Ini tercermin dari produk-produk kami yang bersertifikasi BPOM dan sama sekali tidak menerapkan animal testing.”
Ini tentu selaras dengan tujuan TSI. Terlebih lagi, dengan adanya program Rangers for Conservation di TSI, yang mengajak anak-anak muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap satwa liar. Rangers for Conservation ini digagas oleh anak muda berbakat, Emma Wong.
Kolaborasi Pearl & Darling dan TSI terwujud pula melalui produk-produk TSI Collection; Date Night (elephant) dan Wonderlust (orangutan).
Selain tentunya hadir pula Rose Collection; Serendipity (lip balm), Chick Flick, dan Fairy Tale. “Sudah saatnya kita mendukung konservasi satwa dengan cara menggunakan produk-produk yang turut berkontribusi terhadap kelangsungan hidup satwa-satwa liar yang terancam punah,” ujar Esther Manansang, Director TSI.
Dua jenis satwa yang dipilih dalam kolaborasi antara TSI dan Pearl & Darling adalah gajah dan orangutan. Sebab, keduanya sudah menjadi fokus perhatian sejak TSI berdiri. Pada tahun 1980-an, TSI ikut berperan menyelesaikan konflik gajah dengan manusia di Sumatera serta keberhasilan pengembangbiakkan 40 anak gajah di seluruh unit TSI Group. TSI juga pernah terlibat dalam proses pemulangan 48 ekor orangutan dari luar negeri, sebelum akhirnya dilepasliarkan di Sumatera dan Kalimantan.
“Kami sangat terbuka dengan pihak-pihak lain yang ingin memberi dukungan terhadap konservasi yang kami lakukan,” kata Biswajit Guha, Group Head of Life Science TSI. Sebab, menurut Biswajit, konservasi tak akan bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan dari masyarakat luas, termasuk korporasi.
Dengan menyasar wanita-wanita muda pengguna make up, TSI bersama Pearl & Darling berharap bisa mengedukasi soal pentingnya kepedulian terhadap satwa liar. Kolaborasi ini dapat terselenggara berkat kerjasama antara Pearl & Darling, Taman Safari Indonesia, Tokopedia dan The Goods Dept. Semoga ke depannya, semakin banyak korporasi yang ikut terlibat membantu program konservasi di TSI. Salam Lestari!
(atk)