Ibu Kota Pindah, Investasi Riil Kaltim Diprediksi Naik 47,7%
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur (Kaltim) akan memberikan dampak ekonomi melalui jalur investasi dalam jangka pendek.
Investasi infrastruktur untuk pembangunan ibu kota baru akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dan sekitarnya.
Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pembangunan ibu kota baru akan mendorong pertumbuhan investasi riil di Kaltim hingga 47,7%. Sementara peningkatan investasi riil di Pulau Kalimantan sendiri akan meningkat 34,5% dan andil pertumbuhan investasi riil terhadap nasional sebesar 4,7%.
"Dengan mendatangkan investasi berarti akan menciptakan lapangan kerja, masyarakat bisa mendapatkan income yang lebih baik, sehingga bisa mengurangi kemiskinan dan pengurangan ketimpangan," ujarnya di Jakarta, Senin (16/9/2019).
Menurut Bambang, setiap Rp1 triliun investasi sektor konstruksi akan membutuhkan 14.000 tenaga kerja. Adapun total kebutuhan investasi pembangunan ibu kota baru mencapai Rp466 triliun.
"Ibu kota baru ini jelas akan membutuhkan banyak tenaga kerja baru karena investasinya triliunan. Berarti akan banyak kesempatan kerja baru di situ. Kalau kurang bisa diambil dari daerah lain," tuturnya.
Bambang melanjutkan, investasi di Kaltim juga akan mendorong investasi di provinsi sekitar Kaltim, diantaranya Sulawesi. Sulawesi Tengah akan menjadi pemasok utama semen untuk pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.
"Industri semen di seluruh Indonesia akan mengalami peningkatan output," imbuhnya.
Pemindahan ibu kota negara ke Kaltim juga akan mendorong diversifikasi ekonomi di Pulau Kalimantan. Selama ini, ekonomi di Kalimantan didominasi sektor sumber daya alam.
"Ketika harga batu bara turun, sawit turun, dan komoditas lainnya turun maka minat investasi menjadi sangat terbatas. Dengan pemindahan ibu kota maka ekonomi Kalimantan akan lebih terdiversifikasi," kata Bambang.
Adapun sektor-sektor investasi di Kaltim yang akan menjadi primadona bagi investor adalah konstruksi, kesehatan, restoran, pendidikan, semen, perdagangan, pertambangan, jasa, transportasi, hotel, keuangan, komunikasi hingga perikanan.
Bappenas juga memprediksi pertumbuhan ekonomi di Kaltim saat proses pembangunan ibu kota baru akan mencapai 7,3%. Sementara, andil pertumbuhan ekonomi daerah itu terhadap pertumbuhan ekonomi nasional akan sebesar 0,6%.
Investasi infrastruktur untuk pembangunan ibu kota baru akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dan sekitarnya.
Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pembangunan ibu kota baru akan mendorong pertumbuhan investasi riil di Kaltim hingga 47,7%. Sementara peningkatan investasi riil di Pulau Kalimantan sendiri akan meningkat 34,5% dan andil pertumbuhan investasi riil terhadap nasional sebesar 4,7%.
"Dengan mendatangkan investasi berarti akan menciptakan lapangan kerja, masyarakat bisa mendapatkan income yang lebih baik, sehingga bisa mengurangi kemiskinan dan pengurangan ketimpangan," ujarnya di Jakarta, Senin (16/9/2019).
Menurut Bambang, setiap Rp1 triliun investasi sektor konstruksi akan membutuhkan 14.000 tenaga kerja. Adapun total kebutuhan investasi pembangunan ibu kota baru mencapai Rp466 triliun.
"Ibu kota baru ini jelas akan membutuhkan banyak tenaga kerja baru karena investasinya triliunan. Berarti akan banyak kesempatan kerja baru di situ. Kalau kurang bisa diambil dari daerah lain," tuturnya.
Bambang melanjutkan, investasi di Kaltim juga akan mendorong investasi di provinsi sekitar Kaltim, diantaranya Sulawesi. Sulawesi Tengah akan menjadi pemasok utama semen untuk pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.
"Industri semen di seluruh Indonesia akan mengalami peningkatan output," imbuhnya.
Pemindahan ibu kota negara ke Kaltim juga akan mendorong diversifikasi ekonomi di Pulau Kalimantan. Selama ini, ekonomi di Kalimantan didominasi sektor sumber daya alam.
"Ketika harga batu bara turun, sawit turun, dan komoditas lainnya turun maka minat investasi menjadi sangat terbatas. Dengan pemindahan ibu kota maka ekonomi Kalimantan akan lebih terdiversifikasi," kata Bambang.
Adapun sektor-sektor investasi di Kaltim yang akan menjadi primadona bagi investor adalah konstruksi, kesehatan, restoran, pendidikan, semen, perdagangan, pertambangan, jasa, transportasi, hotel, keuangan, komunikasi hingga perikanan.
Bappenas juga memprediksi pertumbuhan ekonomi di Kaltim saat proses pembangunan ibu kota baru akan mencapai 7,3%. Sementara, andil pertumbuhan ekonomi daerah itu terhadap pertumbuhan ekonomi nasional akan sebesar 0,6%.
(ind)