BI Akui Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Belum Kuat
A
A
A
BALI - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tertekan. Pasalnya, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh di kisaran 5,1-5,4%.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako mengatakan, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai kurang kuat.
"Dengan adanya situasi dan kondisi global ini, pertumbuhan Indonesia turut terpengaruh global yang kurang menguntungkan. Pertumbuhan ekonomi kita melandai, masih ada prospek naik tapi tidak begitu kuat. Masih bagus, tapi nggak strong," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Bali, Sabtu (28/9/2019).
Menurut, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi asih perlu kerja keras. Pasalnya, faktor pendongkrak pertumbuhan ekonominya juga tak terlalu kuat.
"Untuk mencapai target antara 5,1-5,4% itu faktor-faktor untuk mencapai target itu masih terbatas. Misal konsumsi masih di 5% dan investasi menurun. Faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu tidak kuat,"jelasnya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan alasan Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali menjadi 75 basis poin (bps). Salah satu alasannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah risiko perlambatan ekonomi global.
Karena pelambatan ekonomi dunia, sejumlah banksentral di 12 negara juga mengambil langkah serupa. Bank-bank tersebut antara lain Bank Sentral AS The Fed, bank sentral India RBI, hingga bank sentral Filipina, BSP.
“Dengan adanya pertumbuhan ekonomi global yang turun, trade war, volume dagang turun, Brexit, direspons oleh semua negara yang alami pertumbuhan melambat. Beberapa bank sentral akhirnya menurunkan suku bunga,” tandasnya.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako mengatakan, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai kurang kuat.
"Dengan adanya situasi dan kondisi global ini, pertumbuhan Indonesia turut terpengaruh global yang kurang menguntungkan. Pertumbuhan ekonomi kita melandai, masih ada prospek naik tapi tidak begitu kuat. Masih bagus, tapi nggak strong," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Bali, Sabtu (28/9/2019).
Menurut, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi asih perlu kerja keras. Pasalnya, faktor pendongkrak pertumbuhan ekonominya juga tak terlalu kuat.
"Untuk mencapai target antara 5,1-5,4% itu faktor-faktor untuk mencapai target itu masih terbatas. Misal konsumsi masih di 5% dan investasi menurun. Faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu tidak kuat,"jelasnya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan alasan Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali menjadi 75 basis poin (bps). Salah satu alasannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah risiko perlambatan ekonomi global.
Karena pelambatan ekonomi dunia, sejumlah banksentral di 12 negara juga mengambil langkah serupa. Bank-bank tersebut antara lain Bank Sentral AS The Fed, bank sentral India RBI, hingga bank sentral Filipina, BSP.
“Dengan adanya pertumbuhan ekonomi global yang turun, trade war, volume dagang turun, Brexit, direspons oleh semua negara yang alami pertumbuhan melambat. Beberapa bank sentral akhirnya menurunkan suku bunga,” tandasnya.
(akr)