Jambore Petani Muda Ajak Milenial Manfaatkan Potensi Pertanian di Era Teknologi

Minggu, 29 September 2019 - 17:17 WIB
Jambore Petani Muda...
Jambore Petani Muda Ajak Milenial Manfaatkan Potensi Pertanian di Era Teknologi
A A A
BOGOR - Regenerasi petani merupakan isu penting yang perlu diperhatikan oleh semua pihak. Pasalnya, berdasarkan data Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga petani turun 20% dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta atau turun 15,6 juta.

"Diperparah lagi dengan kondisi bahwa 61% petani Indonesia telah berusia lebih dari 45 tahun, karena itu keterlibatan generasi milenial dalam mendukung, mengembangkan serta memajukan sektor pertanian menjadi sangat dibutuhkan," ujar Direktur Pemasaran PT Petrokimia Gresik Meinu Sadariyo dihadapan ratusan mahasiswa dalam acara Jambore Petani Muda di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Sabtu (28/9/2019).

Menurut dia, untuk menumbuhkan minat generasi milenial pada pertanian, perlu ada perubahan pola pikir dan cara pandang bahwa petani itu bukan menggambarkan kemiskinan melainkan suatu profesi yang prospektif di tengah era teknologi maju saat.

"Maka dari itu dalam Jambore Petani Muda di 12 perguruan tinggi negeri Indonesia kali ini kita mendatangkan dua pengusaha muda sukses di bidang pertanian. Nah itu terus kita gaungkan kemana-mana," ujarnya.

Pihaknya juga mengajak kepada seluruh mahasiswa, khususnya di IPB dan wilayah Bogor pada umumnya untuk berperan aktif memanfaatkan lahan untuk kegiatan bercocok tanam, menjadi pengusaha sukses pertanian sebagai bagian dari upaya mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

"Pertanian jika dikelola dengan baik, benar dan serius maka akan menjadi bidang yang sangat prospektif. Apalagi, Indonesia merupakan negara agraris, bahkan saat ini sudah banyak komoditas pertanian yang bisa diekspor dan tidak kalah dengan bidang lainnya," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Sumberdaya Perencanaan dan Keuangan IPB Agus Purwito mengatakan, berdasarkan hasil survei mahasiswa lulusan IPB yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 75%.

"Tapi yang bekerja sebagai wirausaha pertanian baru sekitar 6%-7%. Maka itu, kita harus tingkatkan, salah satu caranya adalah mengubah paradigma bahwa petani itu tidak kumuh, tidak miskin dan bergaji kecil," ujarnya.

Dia melanjutkan, kehadiran CEO muda bidang pertanian di Jambore Petani Muda 2019 sangat bagus karena bisa menginspirasi dan diharapkan dapat meningkatkan minat atau antusiasme para mahasiswa agar tergerak untuk menjadi wirausaha muda petani.

"Kegiatan ini sangat baik dalam menumbuhkan ketertarikan generasi Milenial terhadap pertanian. Selain mendukung upaya pemerintah meregenerasi petani, proyek ini juga dipastikan bakal melahirkan pengusaha muda pertanian yang mampu memberikan dampak sosial ekonomi bagi Indonesia," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder dan CEO Tanijoy Muhammad Nanda Putra menjelaskan bisnis yang digelutinya sebagai platform bagi para petani.

"Gampangnya gini, Tanijoy ini semacam aplikasi Gojek khusus petani. Sejak Tanijoy berdiri hingga saat ini kami sudah mendapatkan omset Rp25 miliar. Sekitar Rp10 miliar diantaranya disumbangkan dari salah satu petani yang kita bina di Medan," ujarnya.

Dia mengungkapkan, untuk menjadi petani muda sukses, harus melihat potensi yang ada di negara ini. Menurutnya, Indonesia memiliki lahan yang cukup luas dan subur untuk dikelola. Banyak juga dari lahan tersebut yang belum tergarap optimal.

"Kita sering mendengar tentang kekurangan lahan karena maraknya pembangunan, itu terjadi hanya di pulau Jawa saja. Tapi, Indonesia ini bukan hanya Jawa. Di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera masih banyak lahan yang luas sekali dan subur banget. Masih ada 14 juta hektar yang belum tergarap," ujarnya.

Terkait dengan itu, maka prospek bekerja atau berwirausaha di bidang pertanian masih sangat besar. Ketimbang bekerja di tempat yang mainstream seperti di bank atau PNS dan perkantoran lain yang persaingannya cukup ketat, Nanda mengajak generasi muda menggarap potensi bisnis di bidang pertanian.

"Daripada bersaing di satu tempat yang berdarah-darah, kita cari yang masih kosong yaitu pertanian. Selama ini kita masih impor banyak barang, orang masih banyak yang kelaparan, artinya kebutuhan akan pangan sangat besar. Selama manusia butuh makanan, maka pertanian tak akan pernah mati dan itu peluang besar," tegasnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4095 seconds (0.1#10.140)