Daya Beli Konsumen Diperkirakan Melemah
A
A
A
JAKARTA - Daya beli konsumen pada semester II/2019 diperkirakan melemah atau tidak akan sekuat seperti semester I/2019. Daya beli masyarakat di semester I didukung oleh pemilihan umum yang jatuh pada April dan Lebaran pada Juni 2019.
“Kedua peristiwa ini menjadi pendorong perekonomian pada semester I,” kata Analis DBS Group Research David Arie Hartono Andy SIM di Jakarta akhir pekan lalu. David menjelaskan, pada semester II/2019 pertumbuhan konsumsi akan sedikit melambat dibanding semester I karena rendahnya subsidi yang diberikan pemerintah.
Konsumsi di luar Jawa ada kemungkinan akan terpengaruh oleh turunnya harga komoditas seperti harga minyak kepala sawit (CPO) dan batu bara. Dalam riset Indonesia Consumer yang dirilis pada Agustus 2019 menyebutkan bahwa turunnya harga komoditas CPO dan harga produk pertanian lainnya akan berdampak terhadap daya beli masyarakat di semester II/2019.
Adapun industri-industri yang berbasis komoditas pertanian menyumbang sepertiga dari total lapangan kerja di Tanah Air. “Berakhirnya pemilihan presiden, yang berkaitan erat dengan belanja pemerintah, seperti bantuan sosial dan bantuan dana tunai, berakhirnya Lebaran, serta melemahnya harga komoditas, khususnya CPO dan batu bara, menyebabkan belanja konsumsi sedikit melambat,” imbuhnya.
Namun, lanjut dia, konsumsi di semester terakhir tahun ini tidak akan turun secara signifikan karena ada faktor pemberian bonus dan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara (ASN) pada Mei 2019.
“Pemberian bonus dan gaji itu seharusnya bisa mendorong belanja ritel pada kuartal II dan semester II 2019,” papar dia.
Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pasar ketenagakerjaan cukup kuat dengan berlanjutnya proyek-proyek pemerintah, tren kenaikan upah pekerja konstruksi, serta turunnya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi 5% pada Februari 2019.
Pasca-Lebaran dan pemilihan presiden, DBS Group Research berharap per tumbuhan konsumsi tetap akan positif, terutama karena tidak ada hari libur nasional dan peristiwa-peristiwa politik. (Kunthi Fahmar Sandy)
“Kedua peristiwa ini menjadi pendorong perekonomian pada semester I,” kata Analis DBS Group Research David Arie Hartono Andy SIM di Jakarta akhir pekan lalu. David menjelaskan, pada semester II/2019 pertumbuhan konsumsi akan sedikit melambat dibanding semester I karena rendahnya subsidi yang diberikan pemerintah.
Konsumsi di luar Jawa ada kemungkinan akan terpengaruh oleh turunnya harga komoditas seperti harga minyak kepala sawit (CPO) dan batu bara. Dalam riset Indonesia Consumer yang dirilis pada Agustus 2019 menyebutkan bahwa turunnya harga komoditas CPO dan harga produk pertanian lainnya akan berdampak terhadap daya beli masyarakat di semester II/2019.
Adapun industri-industri yang berbasis komoditas pertanian menyumbang sepertiga dari total lapangan kerja di Tanah Air. “Berakhirnya pemilihan presiden, yang berkaitan erat dengan belanja pemerintah, seperti bantuan sosial dan bantuan dana tunai, berakhirnya Lebaran, serta melemahnya harga komoditas, khususnya CPO dan batu bara, menyebabkan belanja konsumsi sedikit melambat,” imbuhnya.
Namun, lanjut dia, konsumsi di semester terakhir tahun ini tidak akan turun secara signifikan karena ada faktor pemberian bonus dan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara (ASN) pada Mei 2019.
“Pemberian bonus dan gaji itu seharusnya bisa mendorong belanja ritel pada kuartal II dan semester II 2019,” papar dia.
Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pasar ketenagakerjaan cukup kuat dengan berlanjutnya proyek-proyek pemerintah, tren kenaikan upah pekerja konstruksi, serta turunnya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi 5% pada Februari 2019.
Pasca-Lebaran dan pemilihan presiden, DBS Group Research berharap per tumbuhan konsumsi tetap akan positif, terutama karena tidak ada hari libur nasional dan peristiwa-peristiwa politik. (Kunthi Fahmar Sandy)
(nfl)