Survei BI: Optimisme Konsumen Terhadap Ekonomi Melemah
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi melemah pada September 2019. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2019 yang menurun dari 123,1 pada bulan sebelumnya menjadi 121,8.
Melemahnya optimisme konsumen tersebut disebabkan oleh penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) sebesar -2,8 poin menjadi 107,5 pada September 2019. Sementara Itu, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) meningkat 0,2 poin menjadl 136,2.
"Berdasarkan wilayah, sebanyak 9 kota pelaksana survei mengalami penurunan IKK pada September 2019, dan 9 kota Iainnya mengalami peningkatan IKK," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Penurunan IKK terdalam terjadi di Kota Medan, sementara kota yang mengalami kenaikan IKK tertinggi terjadi di Surabaya. Secara kuartalan, rata-rata IKK pada kuartal III/2019 sebesar 123,2, lebih rendah dibandingkan 127,6 pada kuartal sebelumnya. "Hal tersebut disebabkan oleh IKE dan IEK yang mengalami penurunan masing-masing sebesar -3,6 poin dari 5,0 poin," jelasnya.
Pada September 2019, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini menurun dari bulan sebelumnya, meskipun masih berada pada level optimistis. Hal ini tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) September 2019 sebesar 107,5, lebih rendah dari 110,3 pada Agustus 2019.
Penurunan IKE disebabkan oleh penurunan semua komponen pembentuknya. Secara spasial, melemahnya IKE terjadl di kota dengan penurunan terdalam di Medan. Pada September 2019, persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja menurun, terindikasi dari penurunan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dari 98,5 pada bulan sebelumnya menjadi 91,9.
Onny menuturkan, penurunan Indeks terjadi pada hampir semua kategori pendidikan responden terdalam pada responden yang berpendidikan minimal pascasarjana. Selain Itu, persepsi terjadinya penurunan ketersediaan lapangan kerja juga terjadi pada hampir semua kategori usia responden, terdalam pada responden yang berusia 31-40 tahun.
Keyakinan konsumen untuk melakukan pembehan barang tahan lama juga mengalami penurunan, terutama untuk jenis barang elektronik (HP, televisi komputer dan lain lain). Hal ini tercermin dari Indeks Pembelian Durable Goods yang menurun dari 113,9 menjadi 111,7 pada September 2019.
"Penurunan Indeks terjadi pada hampir semua kelompok pengeluaran dan usia responden," ungkap dia. Optimisme konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi ke depan sedikit menguat dari bulan sebelumnya, tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) September 2019 sebesar 136,2, naik 0,2 poin dari bulan sebelumnya.
Menurut dia, meningkatnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama didukung oleh masih kuatnya ekspektasi terhadap penghasilan yang diterima dan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang. Secara spasial, menguatnya IEK terjadi di 10 kota tertinggi di Denpasar diikuti Mataram dan Surabaya.
Sementara itu, konsumen optimis terhadap adanya peningkatan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan ke depan, tercermin dari lndeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja sebesar 122,6, lebih tinggi 0,2 poin dari bulan sebelumnya. "Kenaikan indeks terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana dan Pasca Sarjana, serta berusia 31-40 tahun dan di atas 60 tahun," ungkapnya.
Di sisi lain, perkiraan konsumen terhadap kondisi kegiatan usaha pada 6 bulan yang akan datang tidak sekuat bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha pada September 2019 yang turun 1,5 poin menjadi 137,1.
Konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga pada Desember 2019 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan terhadap barang dan Jasa pada periode Natal dan Tahun Baru.
"Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga sebesar 175,3, meningkat dibandingkan 165,5 pada bulan sebelumnya," ujarnya. Secara spasial meningkatnya Indeks Ekspektasi Harga terjadi di 16 kota, dengan kenaikan Indeks tertinggi terjadi di Manado diikuti Banjarmasin.
Tekanan kenaikan harga pada Maret 2020 diperkirakan sedikit meningkat, terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) sebesar 170,6 sedikit lebih tinggi dari 170,0 pada bulan sebelumnya. Secara spasial, tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat di 9 kota, sementara 9 kota lain menurun.
Kenaikan tekanan harga tertinggi diperkirakan terjadi di Bandung diikuti Semarang. Sedangkan tekanan harga pada September 2020 diperkirakan meningkat, tercermin dari lndeks Ekspektasi Harga (IEH) sebesar 179,6, lebih tinggi dari 178,2 pada bulan sebelumnya.
"Responden memperkirakan bahwa risiko kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) semakin meningkat dalam 12 bulan mendatang," katanya. Tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat terjadi di Banten diikuti Mataram.
Melemahnya optimisme konsumen tersebut disebabkan oleh penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) sebesar -2,8 poin menjadi 107,5 pada September 2019. Sementara Itu, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) meningkat 0,2 poin menjadl 136,2.
"Berdasarkan wilayah, sebanyak 9 kota pelaksana survei mengalami penurunan IKK pada September 2019, dan 9 kota Iainnya mengalami peningkatan IKK," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Penurunan IKK terdalam terjadi di Kota Medan, sementara kota yang mengalami kenaikan IKK tertinggi terjadi di Surabaya. Secara kuartalan, rata-rata IKK pada kuartal III/2019 sebesar 123,2, lebih rendah dibandingkan 127,6 pada kuartal sebelumnya. "Hal tersebut disebabkan oleh IKE dan IEK yang mengalami penurunan masing-masing sebesar -3,6 poin dari 5,0 poin," jelasnya.
Pada September 2019, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini menurun dari bulan sebelumnya, meskipun masih berada pada level optimistis. Hal ini tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) September 2019 sebesar 107,5, lebih rendah dari 110,3 pada Agustus 2019.
Penurunan IKE disebabkan oleh penurunan semua komponen pembentuknya. Secara spasial, melemahnya IKE terjadl di kota dengan penurunan terdalam di Medan. Pada September 2019, persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja menurun, terindikasi dari penurunan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dari 98,5 pada bulan sebelumnya menjadi 91,9.
Onny menuturkan, penurunan Indeks terjadi pada hampir semua kategori pendidikan responden terdalam pada responden yang berpendidikan minimal pascasarjana. Selain Itu, persepsi terjadinya penurunan ketersediaan lapangan kerja juga terjadi pada hampir semua kategori usia responden, terdalam pada responden yang berusia 31-40 tahun.
Keyakinan konsumen untuk melakukan pembehan barang tahan lama juga mengalami penurunan, terutama untuk jenis barang elektronik (HP, televisi komputer dan lain lain). Hal ini tercermin dari Indeks Pembelian Durable Goods yang menurun dari 113,9 menjadi 111,7 pada September 2019.
"Penurunan Indeks terjadi pada hampir semua kelompok pengeluaran dan usia responden," ungkap dia. Optimisme konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi ke depan sedikit menguat dari bulan sebelumnya, tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) September 2019 sebesar 136,2, naik 0,2 poin dari bulan sebelumnya.
Menurut dia, meningkatnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama didukung oleh masih kuatnya ekspektasi terhadap penghasilan yang diterima dan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang. Secara spasial, menguatnya IEK terjadi di 10 kota tertinggi di Denpasar diikuti Mataram dan Surabaya.
Sementara itu, konsumen optimis terhadap adanya peningkatan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan ke depan, tercermin dari lndeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja sebesar 122,6, lebih tinggi 0,2 poin dari bulan sebelumnya. "Kenaikan indeks terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana dan Pasca Sarjana, serta berusia 31-40 tahun dan di atas 60 tahun," ungkapnya.
Di sisi lain, perkiraan konsumen terhadap kondisi kegiatan usaha pada 6 bulan yang akan datang tidak sekuat bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha pada September 2019 yang turun 1,5 poin menjadi 137,1.
Konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga pada Desember 2019 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan terhadap barang dan Jasa pada periode Natal dan Tahun Baru.
"Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga sebesar 175,3, meningkat dibandingkan 165,5 pada bulan sebelumnya," ujarnya. Secara spasial meningkatnya Indeks Ekspektasi Harga terjadi di 16 kota, dengan kenaikan Indeks tertinggi terjadi di Manado diikuti Banjarmasin.
Tekanan kenaikan harga pada Maret 2020 diperkirakan sedikit meningkat, terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) sebesar 170,6 sedikit lebih tinggi dari 170,0 pada bulan sebelumnya. Secara spasial, tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat di 9 kota, sementara 9 kota lain menurun.
Kenaikan tekanan harga tertinggi diperkirakan terjadi di Bandung diikuti Semarang. Sedangkan tekanan harga pada September 2020 diperkirakan meningkat, tercermin dari lndeks Ekspektasi Harga (IEH) sebesar 179,6, lebih tinggi dari 178,2 pada bulan sebelumnya.
"Responden memperkirakan bahwa risiko kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) semakin meningkat dalam 12 bulan mendatang," katanya. Tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat terjadi di Banten diikuti Mataram.
(fjo)