Ini Alasan Kemenhub Memusatkan Kereta Jarak Jauh di Stasiun Manggarai

Rabu, 09 Oktober 2019 - 05:19 WIB
Ini Alasan Kemenhub Memusatkan Kereta Jarak Jauh di Stasiun Manggarai
Ini Alasan Kemenhub Memusatkan Kereta Jarak Jauh di Stasiun Manggarai
A A A
JAKARTA - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) punya alasan teknis mengapa memilih stasiun Manggarai sebagai pusat perlintasan kereta api (KA) jarak jauh.

Tidak hanya KA jarak jauh, Stasiun Manggarai juga disiapkan sebagai pusat perlintasan kereta bandara dan kereta listrik commuter line (KRL) sehingga fungsi stasiun Gambir akan beralih menjadi stasiun biasa sebagaimana stasiun lain yang dilintasi KRL.

Kepala Sub bagian hubungan masyarakat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Supandi mengatakan, pemusatan kereta jarak jauh di stasiun Manggarai merupakan rencana lama yang dimatangkan sejak tahun 1990-an.

Stasiun Manggarai adalah stasiun sentral yang pengembangannya masih memungkinkan berdasarkan pertambahan frekuensi jumlah perjalanan kereta api meliputi KRL, KA Jarak Jauh maupun Kereta Bandara.

“Ini sebenarnya konsep lama. Bahwa stasiun manggarai itu akan dijadikan sebagai stasiun sentral. Dengan melihat kondisi kapasitas lintas sekarang yang sudah mentok, diharapkan kapasitas akan bertambah sebab ada pemisahan jalur nantinya. Jadi, jalur Bogor sendiri, KA jarak jauh di atas, Bekasi line di bawah serta KA bandara,” ujarnya kepada SINDO di Jakarta, Selasa (8/9/2019).

Menurut dia, dengan pemusatan Stasiun Manggarai maka bottleneck berupa perlambatan headway atau kereta masuk ke stasiun berikutnya tidak akan terjadi seperti sekarang ini.

“Sekarang ini bottleneck-nya itu ketika KRL mau masuk stasiun Manggarai, harus menunggu kereta yang lain lewat dulu. Katakanlah kereta jarak jauh atau kereta barang. Ke depan tidak akan seperti itu. Kemudian, di stasiun Gambir juga masih terlihat, ke depan tidak akan lama menunggunya untuk kereta listrik,” ucapnya.

Dia menambahkan, perampungan pemusatan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral ditargetkan bertahap dan tuntas pada 2021 mendatang. “Target ideal 2021, yang mana pembangunannnya bertahap sampai saat ini,” pungkasnya.

Sementara itu, pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengatakan, sebagai akademisi dirinya pribadi menyatakan setuju jika Stasiun Manggarai dipusatkan sebagai persinggahan semua jalur kereta.

“Baik itu KRL, kereta jarak jauh, kereta bandara pun bisa dipusatkan di Stasiun Manggarai. Karena pengembangan Manggarai memang didesain untuk perencanaan pengembangan jika kapasitas penumpang sudah semakin tinggi,” ujarnya.

Kendati demikian, yang perlu diperhatikan jika Stasiun Manggarai menjadi pusat perlintasan dan persinggahan kereta maka akses atau jangkauannya perlu ditambah.

“Caranya saya kira pemerintah provinsi DKI bisa dilibatkan. Sebab bagaimanapun, masyarakat dari Bogor, Depok, Tangerang yang memanfaatkan KRL dominan bekerja di Jakarta,” ucapnya.

Keterlibatan Pemprov DKI bisa dilakukan dengan membuka lahan yang saat ini banyak dimanfaatkan warga sebagai tempat hunian di sekitar Manggarai.

“Ya tentu koordinasinya harus dengan pemerintah pusat, BUMN, PT KAI, bagaimana merangkul masyarakat sekitar,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa pengembangan Stasiun Manggarai masih memungkinkan untuk dilakukan pada 5-10 tahun mendatang. “Sebab masih ada Balai Yasa di Manggarai, itu bisa digeser atau dipindahkan untuk kemudian lahannya dikembangkan sebagai stasiun. Bahkan Transit Oriented Development (TOD) juga masih memungkinkan kok untuk dibangun di sekitar Stasiun Manggarai,” tutupnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2759 seconds (0.1#10.140)