Desain 737 MAX Dinilai Bermasalah, Keluarga Korban Tidak Puas

Jum'at, 25 Oktober 2019 - 08:24 WIB
Desain 737 MAX Dinilai...
Desain 737 MAX Dinilai Bermasalah, Keluarga Korban Tidak Puas
A A A
JAKARTA - Penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX milik Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Oktober tahun lalu terkuak. Namun, hasil penyelidikan musibah yang menewaskan 189 jiwa itu belum memuaskan keluarga korban. Hasil investigasi yang disampaikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dinilai tidak cukup rinci menjelaskan penyebab kecelakaan.

Salah seorang keluarga korban Lion Air dari almarhum Muhammad Rafi Ardian, Anton Sahadi, mengatakan bahwa laporan yang dipaparkan oleh KNKT pada Rabu (23/10) lalu kepada perwakilan keluarga korban hampir sama seperti pertemuan sebelumnya (preleminary report).

Padahal, ujar Anton, semua keluarga korban berharap adanya kesimpulan yang kongkrit berdasarkan hasil invetigasi kecelakaan pesawat berkode JT610 yang sudah terjadi satu tahun lalu ini. KNKT sendiri baru akan merilis secara resmi hasil investigasi Lion Air pada hari ini.

"Dalam slide yang dipaparkan oleh KNKT, terdapat satu dasar hukum yang menghentikan dan mengelak pertanyaan-pertanyaan informasi yang sebenarnya sangat kami butuhkan," ujarnya.

Anton menyebutkan, KNKT memaparkan dasar hukum investigasi melalui peraturan pemerintah No 62/2013 yang menetapkan ruang lingkup kerja KNKT. Dalam beleid tersebut tertulis Investigasi Kecelakaan Transportasi yang digelar KNKT tidak bertujuan mencari kesalahan, memberikan sanksi dan mencari pihak yang bertanggungjawab untuk menanggung kerugian.

"Yang kami harapkan itu seharusnya ada penjelasan siapa yang salah. operatornya atau siapa? tetapi ini tidak ada,” ujarnya.

Pada slide yang dipaparkan tim penyelidik kepada angota keluarga Rabu (23/10) lalu, disampaikan bahwa mekanisme pesawat Lion Air JT610 bermesin CFM International LEAP-1B itu mengalami masalah. Pilot salah bereaksi karena sistemnya membingungkan dan tidak terkendali.

Selain itu, sistem kontrol penerbangan yang hanya ada di 737 MAX, Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), juga bekerja di luar dugaan pilot. Kurangnya buku panduan dan pelatihan terkait sistem itu, terutama ketika pesawat kehilangan daya angkat, menambah kepanikan, sekalipun pilot sudah mumpuni.

MCAS merupakan perangkat stabilisasi yang bekerja secara otomatis saat pesawat kehilangan daya angkat, kecepatan, dan sudut sensor di ketinggian tertentu. Fitur itu rentan mengalami malfungsi karena sering salah membaca sensor Angle of Attack (AOA). Akibatnya, pesawat dapat balik menukik secara tiba-tiba.

Sistem anti-stall tersebut memaksa hidung pesawat menukik. Alat mekanik stick shaker yang memperingatkan pesawat kehilangan daya angkat juga tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pilot korban kecelakaan 737 MAX juga diyakini tidak mampu berbuat banyak karena pesawat tidak dapat dikendalikan secara manual.

Lion Air JT610 hilang kontak 13 menit setelah lepas landas dalam penerbangan dari Jakarta menuju Pangkal Pinang pada 29 Oktober 2018. Selama di udara, sensor pesawat salah membaca AOA sehingga hidung pesawat langsung berubah 45 derajat dan menukik.

Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengungkapkan, laporan KNKT yang akan resmi dirilis hari ini Jumat, (25/10/19) tidak akan jauh berbeda dengan laporan preleminary report sebelumnya yang disampaikan KNKT. Menurut dia, KNKT punya kewenangan sebagai penyelidik bukan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar.

“Saya kira memang tidak akan jauh berbeda dari laporan KNKT sebelumnya. Dan memang tugas KNKT bukan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi memberikan rekomendasi,” ujarnya kepada KORAN SINDO di Jakarta, Kamis (24/10/19).

Dia menambahkan, dampak dan pengaruh laporan KNKT terhadap dunia penerbangan berdasarkan annex 13 ICAO soal aircraft accident and incident investigation, memang tidak ada satu kesalahan mutlak pada seseorang atau sesuatu (badan, organisasi, sistim, sarana dan prasarana dll). (Ichsan Amin/M Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9733 seconds (0.1#10.140)