Produksi Kaca Lembaran 45% Dialokasikan untuk Ekspor
A
A
A
TANGERANG - Industri kaca lembaran di Tanah Air masih potensial untuk dikembangkan. Hal ini seiring dengan terus tumbuhnya industri lain seperti properti, automotif dan kesadaran yang semakin tinggi akan kebutuhan green building atau bangunan ramah lingkungan.
Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Indonesia Yustinus H Gunawan mengatakan, saat ini konsumsi kaca lembaran dan pengaman yang diserap pasar lokal mencapai 800.000 ton per tahun. Adapun total produksi saat ini mencapai 1,3 juta ton per tahun.
"Akan ada tambahan kapasitas 300.000 ton lagi sehingga kalau full capacity bisa 1,6 juta ton per tahun. Tak lama lagi semoga segera terealisasi. Dari jumlah tersebut 40-45% akan dialolasikan untuk ekspor," kata Yustinus di sela-sela pameran Glasstech Asia 2019 di ICE BSD Tangerang, Banten, Selasa (12/12/2019).
Menurut dia, saat ini persaingan di industri kaca semakin ketat. Banyak negara lain di Asia yang juga menjadi produsen kaca. Beruntung, kata dia, industri kaca nasional sudah berkembang lebih dalam yang dibuktikan dengan dalamnya struktur industri.
"Dalam hal teknologi kita juga mampu. Hampir semua jenis kaca sudah bisa kita produksi. Untuk itu regulasi harus mendukung utamanya dalam hal teknologi tinggi," kata Yustinus.
Dia menambahkan, faktor penting lain untuk mendukung pengembangan industri kaca adalah meningkatkan peran sumber daya manusia (SDM) melalui edukasi. "Sebagai bentuk perhatian pada SDM pada pameran ini kami adakan kegiatan kompetisi pemasangan kaca. Skill ini penting karen untuk di gedung tinggi mereka dibutuhkan di luar negeri," katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Pendalaman, Penguatan dan Penyebaran Industri Kementerian Perindustrian Dody Widodo mengatakan, pemerintah terus mendorong agar investor di industri kaca masuk ke dalam negeri.
"Kita saat ini baru ada dua pemain besar di industri kaca. Kami berharap ada nvestor masuk lagi karena pasar kita cukup besar di domestik dan juga potensial diekspor," kata Dodi.
Dia juga menegaskan perlunya mendorong keterlibatan industri pendukung terkait kaca. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor.
Dia mengingatkan, peran industri kaca saat ini tidak hanya sebatas untuk properti, gedung dan automotif, tetapi juga untuk alutsista. “Tadi kita lihat ada produsen kaca antipeluru juga," kata Dody.
Dody menambahkan, terkait upaya meningkatkan ekspor, pemerintah melakukan berbagai strategi termasuk membahas perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara tujuan ekspor tradisional dan negara-negara lain seperti Afrika. “Kita juga akan berunding dengan negara tujuan ekspor apabila ada hambatan tarif maupun non tarif,” katanya.
Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Indonesia Yustinus H Gunawan mengatakan, saat ini konsumsi kaca lembaran dan pengaman yang diserap pasar lokal mencapai 800.000 ton per tahun. Adapun total produksi saat ini mencapai 1,3 juta ton per tahun.
"Akan ada tambahan kapasitas 300.000 ton lagi sehingga kalau full capacity bisa 1,6 juta ton per tahun. Tak lama lagi semoga segera terealisasi. Dari jumlah tersebut 40-45% akan dialolasikan untuk ekspor," kata Yustinus di sela-sela pameran Glasstech Asia 2019 di ICE BSD Tangerang, Banten, Selasa (12/12/2019).
Menurut dia, saat ini persaingan di industri kaca semakin ketat. Banyak negara lain di Asia yang juga menjadi produsen kaca. Beruntung, kata dia, industri kaca nasional sudah berkembang lebih dalam yang dibuktikan dengan dalamnya struktur industri.
"Dalam hal teknologi kita juga mampu. Hampir semua jenis kaca sudah bisa kita produksi. Untuk itu regulasi harus mendukung utamanya dalam hal teknologi tinggi," kata Yustinus.
Dia menambahkan, faktor penting lain untuk mendukung pengembangan industri kaca adalah meningkatkan peran sumber daya manusia (SDM) melalui edukasi. "Sebagai bentuk perhatian pada SDM pada pameran ini kami adakan kegiatan kompetisi pemasangan kaca. Skill ini penting karen untuk di gedung tinggi mereka dibutuhkan di luar negeri," katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Pendalaman, Penguatan dan Penyebaran Industri Kementerian Perindustrian Dody Widodo mengatakan, pemerintah terus mendorong agar investor di industri kaca masuk ke dalam negeri.
"Kita saat ini baru ada dua pemain besar di industri kaca. Kami berharap ada nvestor masuk lagi karena pasar kita cukup besar di domestik dan juga potensial diekspor," kata Dodi.
Dia juga menegaskan perlunya mendorong keterlibatan industri pendukung terkait kaca. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor.
Dia mengingatkan, peran industri kaca saat ini tidak hanya sebatas untuk properti, gedung dan automotif, tetapi juga untuk alutsista. “Tadi kita lihat ada produsen kaca antipeluru juga," kata Dody.
Dody menambahkan, terkait upaya meningkatkan ekspor, pemerintah melakukan berbagai strategi termasuk membahas perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara tujuan ekspor tradisional dan negara-negara lain seperti Afrika. “Kita juga akan berunding dengan negara tujuan ekspor apabila ada hambatan tarif maupun non tarif,” katanya.
(ind)