Bisnis Keamanan Siber Berpeluang Meningkat

Jum'at, 22 November 2019 - 11:49 WIB
Bisnis Keamanan Siber Berpeluang Meningkat
Bisnis Keamanan Siber Berpeluang Meningkat
A A A
JAKARTA - Bisnis keamanan siber (cyber security) diyakini segera booming menyusul makin pesatnya perkembangan digital transformasi di Indonesia. Seluruh perusahaan di Indonesia telah berlomba-lomba untuk mengadopsi digital transformasi sehingga dibutuhkan layanan untuk melindungi data digital.

“Cyber security service itu agak aneh. Di seluruh dunia sedang booming business, sementara di Indonesia masih awal-awalnya. Nah ini saya yakin akan segera booming, dengan semua perusahaan masuk ke digital, pasti peluang hacker meningkat. Jadi cyber security sangat penting,” kata President Director Telkomtelstra Erik Meijer dalam Telkomtelstra Digital Summit 2019 di Jakarta, kemarin.

Menurut Erik, Telkomtelstra juga memiliki layanan cyber security yang baru dengan strategi integrasi ke operation center-nya Telkom.

“Itu dulu hanya dipakai untuk keperluan Telkom sendiri, sekarang sudah bisa digunakan oleh semua perusahaan. Itu canggih sekali. Bisa mendeteksi semua ancaman digital yang masuk kepada peralatan dan jaringan dari perusahaan tertentu,” paparnya.

Telkomtelstra dalam acara tersebut juga memperkenalkan Managed Disaster Recovery (DR) sebagai bagian dari produk pengembangan cloud. Melalui Managed DR Services, Telkomtelstra dapat mendukung pengelolaan proses perlindungan dan pemulihan data dari bencana, dan membantu meminimalkan risiko kehilangan data berharga di ekosistem cloud manapun, sehingga pelanggan dapat fokus pada bisnis inti.

“Sebagian besar organisasi IT menyadari perlunya solusi Disaster Recovery yang efektif di lingkungan cloud untuk meminimalkan downtime, mempertahankan kepatuhan, dan menjaga reputasi. Tetapi sangat sedikit yang memiliki waktu atau sumber daya tambahan untuk mengelola proses dengan standar tertinggi. Telkomtelstra mengelola layanan DR sehingga dapat menghilangkan beban manajemen pemulihan bencana end-to-end dalam ekosistem cloud,” kata Erik.

Sementara itu, Heads of Operations IDC Indonesia Mevira Munindra, menerangkan transformasi digital adalah sebuah perjalanan transformasi bisnis. Transformasi digital selanjutnya atau Digital Transformation (DX) 2.0 akan berbasiskan data. IDC memperkirakan pada tahun 2022, 50% perusahaan di Indonesia akan membentuk digital-native platforms dengan cloud, mobility dan big data & analytic sebagai teknologi utama untuk bisa bertahan dan berkompetisi di pasar ekonomi digital.

Seiring pesatnya perkembangan transformasi digital, menurut dia, terdapat empat tantangan utama yang perlu diperhatikan di Indonesia. Sekitar 70% responden yang disurvey IDC menilai peta jalan strategis untuk investasi digital merupakan tantangan utama, disusul mengembangkan kemampuan dan keterampilan digital (65%), membangun struktur organisasi yang tepat (65%), dan menemukan key performance indicators (KPI) untuk mengukur kesuksesan digital (45%). (Heru Febrianto)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4786 seconds (0.1#10.140)