Angkasa Pura II Targetkan Bisnis Non-Aero Sumbang Pendapatan 51%
A
A
A
JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II fokus mengembangkan bisnis non-aeronautika. Pada tahun 2020, BUMN kebandarudaraan itu mematok porsi pendapatan nonaeronautika 51% dari total pendapatannya senilai Rp12,5 triliun.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menjelaskan, ke depan pihaknya tidak hanya bertumpu mengandalkan bisnis aeronautika sebagai sumber pendapatan utama. Saat ini, kontribusi pendapatan dari bisnis non-aeronautika sebesar 39% dan sisanya 61% masih berasal dari bisnis aeronautika.
"Kami menargetkan ke depannya kontribusi pendapatan dari bisnis non-aeronautika bisa mencapai di atas 50%," ungkap Awaluddin, di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Menurut dia, strategi untuk meningkatkan kinerja bisnis nonaeronautika antara lain dengan mengejar bisnis baru (new wave business) melalui dibentuknya sejumlah anak usaha. Karena itu, AP II mulai menata pembagian portofolio perusahaan melalui 2 aliran pendapatan, yaitu core business revenue stream dan adjacent business revenue stream.
"Core business revenue stream lebih banyak mendorong pertumbuhan pada legacy business. Sedangkan, adjacent business revenue stream lebih banyak mendorong pertumbuhan pada new wave business," paparnya.
Pada 2016, Awaluddin mencontohkan, pihaknya telah membentuk anak usaha PT Angkasa Pura Kargo (APK) dan PT Angkasa Pura Propertindo (APP) untuk mendorong bisnis baru. Keduanya melengkapi anak usaha lain yang sudah ada sebelumnya, yaitu PT Angkasa Pura Solusi (APS).
APK pun tengah mempersiapkan cargo village, yakni pengembangan terminal kargo yang ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan target mengelola 1,5 juta ton kargo setiap tahunnya.
Sementara itu, tutur Awaluddin, APP kini sudah mengoperasikan hotel di Bandara Internasional Kualanamu dan pada Desember 2019 akan juga mengoperasikan hotel berbintang di Terminal 3 Internasional dan menyusul kemudian di Terminal 3 Domestik Bandara Internasional Soekarno Hatta.
APP juga sudah mengelola 10 gedung di kawasan Soekarno-Hatta serta akan menghadirkan integrated building yang modern dan premium di Bandara Internasional Soekarno Hatta. "Tahun depan, rencananya APP akan masuk ke bisnis apartemen dan rumah tapak di sekitar Bandara Soekarno-Hatta," imbuh Awaluddin.
Awaluddin menyampaikan, anak usaha AP II yang sudah sangat berkembang adalah PT Angkasa Pura Solusi (APS) yang kini difokuskan di bisnis digital teknologi dan informasi, serta terkait dengan sumber daya manusia di sektor kebandarudaraan dan penunjang bisnis lainnya.
Selanjutnya, pada tahun 2019, lahir PT Angkasa Pura Aviasi (APA) yang disiapkan sebagai strategic purpose vehicle untuk program kemitraan strategis dengan global airport operator di Bandara Internasional Kualanamu. Saat ini, APA sedang dalam proses persiapan lelang untuk mencari mitra strategis dan menjadikan Bandara Internasional Kualanamu sebagai hub internasional di belahan barat Indonesia.
Di samping melalui 4 anak usaha itu, terang Awaluddin, strategi meningkatkan bisnis baru di sektor nonaeronautika juga dilakukan melalui akuisisi perusahaan.
AP II, sebut Awaluddin, baru saja menambah kepemilikan saham melalui mekanisme rights issue di PT Gapura Angkasa, dari sebelumnya 31,25% menjadi 46,62% atau kini menjadi pemegang saham pengendali. Gapura Angkasa bergerak di bidang ground handling business di sejumlah bandara di Indonesia, baik itu yang dikelola AP II maupun AP I.
Selain itu, tutur Awaluddin, AP II juga telah memutuskan untuk mengambil porsi kepemilikan saham di PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) selaku perusahaan pemilik Bandara Kertajati. Pada Desember 2019 porsi saham AP II di PT BIJB adalah 8%, lalu akan meningkat menjadi 16% pada Desember 2020. Kemudian, pada Desember 2021 menjadi 25%.
"Kami juga tetap fokus mempertajam penetrasi kami di bisnis nonaeronautika yang sudah berjalan selama ini (tradisional), yaitu penyewaan ruang komersial di kawasan bandara, penyewaan lahan di bandara, serta konsesi usaha jasa terkait kebandarudaraan," papar Awaluddin.
Awaluddin menekankan, proses percepatan pertumbuhan usaha melalui pengembangan bisnis anorganik perusahaan diharapkan menjadi kunci sukses AP II pada tahun 2020. Secara grup korporasi, AP II sudah mematok angka target pendapatan usaha sebesar Rp12,5 triliun di tahun 2020 dan target porsi revenue nonaeronautika diharapkan sudah menembus porsi 51% dari total revenue atau tumbuh dibandingkan tahun 2019.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menjelaskan, ke depan pihaknya tidak hanya bertumpu mengandalkan bisnis aeronautika sebagai sumber pendapatan utama. Saat ini, kontribusi pendapatan dari bisnis non-aeronautika sebesar 39% dan sisanya 61% masih berasal dari bisnis aeronautika.
"Kami menargetkan ke depannya kontribusi pendapatan dari bisnis non-aeronautika bisa mencapai di atas 50%," ungkap Awaluddin, di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Menurut dia, strategi untuk meningkatkan kinerja bisnis nonaeronautika antara lain dengan mengejar bisnis baru (new wave business) melalui dibentuknya sejumlah anak usaha. Karena itu, AP II mulai menata pembagian portofolio perusahaan melalui 2 aliran pendapatan, yaitu core business revenue stream dan adjacent business revenue stream.
"Core business revenue stream lebih banyak mendorong pertumbuhan pada legacy business. Sedangkan, adjacent business revenue stream lebih banyak mendorong pertumbuhan pada new wave business," paparnya.
Pada 2016, Awaluddin mencontohkan, pihaknya telah membentuk anak usaha PT Angkasa Pura Kargo (APK) dan PT Angkasa Pura Propertindo (APP) untuk mendorong bisnis baru. Keduanya melengkapi anak usaha lain yang sudah ada sebelumnya, yaitu PT Angkasa Pura Solusi (APS).
APK pun tengah mempersiapkan cargo village, yakni pengembangan terminal kargo yang ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan target mengelola 1,5 juta ton kargo setiap tahunnya.
Sementara itu, tutur Awaluddin, APP kini sudah mengoperasikan hotel di Bandara Internasional Kualanamu dan pada Desember 2019 akan juga mengoperasikan hotel berbintang di Terminal 3 Internasional dan menyusul kemudian di Terminal 3 Domestik Bandara Internasional Soekarno Hatta.
APP juga sudah mengelola 10 gedung di kawasan Soekarno-Hatta serta akan menghadirkan integrated building yang modern dan premium di Bandara Internasional Soekarno Hatta. "Tahun depan, rencananya APP akan masuk ke bisnis apartemen dan rumah tapak di sekitar Bandara Soekarno-Hatta," imbuh Awaluddin.
Awaluddin menyampaikan, anak usaha AP II yang sudah sangat berkembang adalah PT Angkasa Pura Solusi (APS) yang kini difokuskan di bisnis digital teknologi dan informasi, serta terkait dengan sumber daya manusia di sektor kebandarudaraan dan penunjang bisnis lainnya.
Selanjutnya, pada tahun 2019, lahir PT Angkasa Pura Aviasi (APA) yang disiapkan sebagai strategic purpose vehicle untuk program kemitraan strategis dengan global airport operator di Bandara Internasional Kualanamu. Saat ini, APA sedang dalam proses persiapan lelang untuk mencari mitra strategis dan menjadikan Bandara Internasional Kualanamu sebagai hub internasional di belahan barat Indonesia.
Di samping melalui 4 anak usaha itu, terang Awaluddin, strategi meningkatkan bisnis baru di sektor nonaeronautika juga dilakukan melalui akuisisi perusahaan.
AP II, sebut Awaluddin, baru saja menambah kepemilikan saham melalui mekanisme rights issue di PT Gapura Angkasa, dari sebelumnya 31,25% menjadi 46,62% atau kini menjadi pemegang saham pengendali. Gapura Angkasa bergerak di bidang ground handling business di sejumlah bandara di Indonesia, baik itu yang dikelola AP II maupun AP I.
Selain itu, tutur Awaluddin, AP II juga telah memutuskan untuk mengambil porsi kepemilikan saham di PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) selaku perusahaan pemilik Bandara Kertajati. Pada Desember 2019 porsi saham AP II di PT BIJB adalah 8%, lalu akan meningkat menjadi 16% pada Desember 2020. Kemudian, pada Desember 2021 menjadi 25%.
"Kami juga tetap fokus mempertajam penetrasi kami di bisnis nonaeronautika yang sudah berjalan selama ini (tradisional), yaitu penyewaan ruang komersial di kawasan bandara, penyewaan lahan di bandara, serta konsesi usaha jasa terkait kebandarudaraan," papar Awaluddin.
Awaluddin menekankan, proses percepatan pertumbuhan usaha melalui pengembangan bisnis anorganik perusahaan diharapkan menjadi kunci sukses AP II pada tahun 2020. Secara grup korporasi, AP II sudah mematok angka target pendapatan usaha sebesar Rp12,5 triliun di tahun 2020 dan target porsi revenue nonaeronautika diharapkan sudah menembus porsi 51% dari total revenue atau tumbuh dibandingkan tahun 2019.
(fjo)