Pensiunan Pertamina Olah Sampah Jadi Biodiesel
A
A
A
TUBUH renta bukan alasan untuk berhenti berkarya. Sardji (67) sudah lebih dari satu dasawarsa mengolah sampah melalui KSM Ramah Lingkungan di Kampung VI Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan.
Saat MNC KORAN SINDO/Sindonews.com menyambangi tempatnya bekerja di pengolahan sampah KSM baru-baru ini, pria lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) Balikpapan 1971 ini bersama para anggota KSM lainnya memperlihatkan hasil olahan sampahnya menjadi pupuk kompos.
Sembari memperlihatkan produk sampahnya itu, ia bercerita bahwa tidak mudah mengawali usahanya tersebut. Banyak suka duka yang dialami. Tidak sedikit warga yang menolak karena sampah yang yang ia kumpulkan menimbulkan bau tidak sedap. Akan tetapi Sardi tidak menyerah justru seiring waktu mendapatkan dukungan dari masyarakat.
"Dulu awalnya banyak yang tidak respect tapi tetap kami lakukan. Akhirnya yang tadinya tidak mendukung justru ikut masuk kelompok kami," ujarnya.
Laki-laki pensiunan Pertamina ini memulai aksinya pada 2003, saat dia tak kuasa melihat tumpukan sampah yang berserakan di sekitar tempat tinggalnya. Sardji akhirnya tergugah untuk mendaur ulang sampah-sampah tersebut.
Menurut dia, sampah-sampah itu tidak hanya membuat lingkungan tidak sehat tapi juga membikin pemandangan tidak sedap. Akhirnya ia pun tergugah untuk memunguti sampah-sampah untuk di olah menjadi produk yang lebih bermanfaat. Saat ini, terdapat 15 RT di Kampung VI, tapi baru sekitar 13 RT yang dijangkau sampahnya untuk di daur ulang di KSM, karena kondisi wilayah perbukitan sehingga sulit dijangkau.
Usaha Sardji mengolah sampah akhirnya berbuah manis. Pada 2008 dipanggil keluarahan untuk membuat bank sampah, kemudian dua tahun setelahnya mendapat dukungan hingga pendampingan dari Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field.
"Kami tidak hanya dibantu peralatan tapi juga diberikan pembinaan mengolah sampah," tuturnya.
Saat ini, rata-rata 3 ton sampah diangkut setiap harinya. Adapun sampah-sampah tersebut dimanfaatkan secara maksimal di bank sampah.
Sampai saat ini, Sardji terus berjuang meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya kebersihan lingkungan. Sardji mengajari bagaimana sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga sekitar. Pendapatan kotor dari bank sampah setiap tahunnya mencapai Rp210 juta.
"Setiap bulannya kami memberikan gaji yang masuk dalam kelompok KSM Rp2 juta per orang. Tiap hari kerjanya mulai jam delapan pagi sampai dua belas siang," jelasnya.
Lewat pembinaan dari Pertamina EP kini Sardji tidak hanya mengolah sampah di bank sampah menjadi pupuk kompos maupun produk daur ulang. Kini Sardji membuat terobosan baru yakni mengubah sampah menjadi bioethanol kemudian disulap menjadi biodiesel.
Hanya saja, terkait pembuatan biodiesel masih terkendala minyak jelantah sebagai campuran bioethanol. Saat ini, pihaknya baru bisa mengumpulkan minyak jelantah 10 liter per hari dari rumah-rumah warga.
"Kami berharap ke depan bisa bekerja sama dengan hotel sehingga produksinya makin banyak. Saat ini biodiesel yang kami produksi bisa mencapai kadar B50 tapi baru bisa dimanfaatkan untuk dipakai sendiri saja," ungkapnya.
Assistant Manager Legal & Relation Tarakan Field, Enriko Hutasoit mengatakan, apa yang dilakukan Sardji perlu dukungan seluruh pihak. Sebab itu, Pertamina EP akan terus memberikan dukungan kepada KSM Ramah Lingkungan.
Selain sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR), kepedulian lingkungan juga merupakan kontribusi Tarakan Field dalam membentuk reputasi perusahaan. Saat ini, keberadaan KSM Ramah Lingkungan telah menjadi investasi jangka panjang melestarikan lingkungan hidup.
Tidak berhenti disitu, Pertamina EP juga berkontribusi di dunia pendidikan dengan membangun sekolah bagi anak-anak TKI di perbatasan. Bekerja sama dengan pendiri Yayasan Ar-Rasyid yakni Suraidah, Pertamina EP membangun Sekolah Tapal Batas di Desa Sungai Limau, Sebatik.
Tarakan Field turut membangun Sekolah Tapal Batas sejak 2015. Kontribusi perusahaan antara lain dengan memberikan bantuan perlengkapan sekolah, fasilitas belajar mengajar hingga membangun gedung sekolah untuk aktifitas belajar mengajar.
Pertamina EP juga membangun asrama putra dan putri bagi para pelajar. Sekolah Tapal Batas merupakan bentuk kepedulian Pertamina dalam membangun literasi di perbatasan.
Saat MNC KORAN SINDO/Sindonews.com menyambangi tempatnya bekerja di pengolahan sampah KSM baru-baru ini, pria lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) Balikpapan 1971 ini bersama para anggota KSM lainnya memperlihatkan hasil olahan sampahnya menjadi pupuk kompos.
Sembari memperlihatkan produk sampahnya itu, ia bercerita bahwa tidak mudah mengawali usahanya tersebut. Banyak suka duka yang dialami. Tidak sedikit warga yang menolak karena sampah yang yang ia kumpulkan menimbulkan bau tidak sedap. Akan tetapi Sardi tidak menyerah justru seiring waktu mendapatkan dukungan dari masyarakat.
"Dulu awalnya banyak yang tidak respect tapi tetap kami lakukan. Akhirnya yang tadinya tidak mendukung justru ikut masuk kelompok kami," ujarnya.
Laki-laki pensiunan Pertamina ini memulai aksinya pada 2003, saat dia tak kuasa melihat tumpukan sampah yang berserakan di sekitar tempat tinggalnya. Sardji akhirnya tergugah untuk mendaur ulang sampah-sampah tersebut.
Menurut dia, sampah-sampah itu tidak hanya membuat lingkungan tidak sehat tapi juga membikin pemandangan tidak sedap. Akhirnya ia pun tergugah untuk memunguti sampah-sampah untuk di olah menjadi produk yang lebih bermanfaat. Saat ini, terdapat 15 RT di Kampung VI, tapi baru sekitar 13 RT yang dijangkau sampahnya untuk di daur ulang di KSM, karena kondisi wilayah perbukitan sehingga sulit dijangkau.
Usaha Sardji mengolah sampah akhirnya berbuah manis. Pada 2008 dipanggil keluarahan untuk membuat bank sampah, kemudian dua tahun setelahnya mendapat dukungan hingga pendampingan dari Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field.
"Kami tidak hanya dibantu peralatan tapi juga diberikan pembinaan mengolah sampah," tuturnya.
Saat ini, rata-rata 3 ton sampah diangkut setiap harinya. Adapun sampah-sampah tersebut dimanfaatkan secara maksimal di bank sampah.
Sampai saat ini, Sardji terus berjuang meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya kebersihan lingkungan. Sardji mengajari bagaimana sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga sekitar. Pendapatan kotor dari bank sampah setiap tahunnya mencapai Rp210 juta.
"Setiap bulannya kami memberikan gaji yang masuk dalam kelompok KSM Rp2 juta per orang. Tiap hari kerjanya mulai jam delapan pagi sampai dua belas siang," jelasnya.
Lewat pembinaan dari Pertamina EP kini Sardji tidak hanya mengolah sampah di bank sampah menjadi pupuk kompos maupun produk daur ulang. Kini Sardji membuat terobosan baru yakni mengubah sampah menjadi bioethanol kemudian disulap menjadi biodiesel.
Hanya saja, terkait pembuatan biodiesel masih terkendala minyak jelantah sebagai campuran bioethanol. Saat ini, pihaknya baru bisa mengumpulkan minyak jelantah 10 liter per hari dari rumah-rumah warga.
"Kami berharap ke depan bisa bekerja sama dengan hotel sehingga produksinya makin banyak. Saat ini biodiesel yang kami produksi bisa mencapai kadar B50 tapi baru bisa dimanfaatkan untuk dipakai sendiri saja," ungkapnya.
Assistant Manager Legal & Relation Tarakan Field, Enriko Hutasoit mengatakan, apa yang dilakukan Sardji perlu dukungan seluruh pihak. Sebab itu, Pertamina EP akan terus memberikan dukungan kepada KSM Ramah Lingkungan.
Selain sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR), kepedulian lingkungan juga merupakan kontribusi Tarakan Field dalam membentuk reputasi perusahaan. Saat ini, keberadaan KSM Ramah Lingkungan telah menjadi investasi jangka panjang melestarikan lingkungan hidup.
Tidak berhenti disitu, Pertamina EP juga berkontribusi di dunia pendidikan dengan membangun sekolah bagi anak-anak TKI di perbatasan. Bekerja sama dengan pendiri Yayasan Ar-Rasyid yakni Suraidah, Pertamina EP membangun Sekolah Tapal Batas di Desa Sungai Limau, Sebatik.
Tarakan Field turut membangun Sekolah Tapal Batas sejak 2015. Kontribusi perusahaan antara lain dengan memberikan bantuan perlengkapan sekolah, fasilitas belajar mengajar hingga membangun gedung sekolah untuk aktifitas belajar mengajar.
Pertamina EP juga membangun asrama putra dan putri bagi para pelajar. Sekolah Tapal Batas merupakan bentuk kepedulian Pertamina dalam membangun literasi di perbatasan.
(ven)