Akhir Tahun, Kinerja Perekonomian Masih Akan Alami Perlambatan
A
A
A
JAKARTA - Kinerja perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan mengalami perlambatan yang dipicu oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi rumah tangga yang melambat di kuartal ketiga. Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean mengatakan, diperkirakan sisa tahun ini pelaku usaha menunda keputusan bisnis karena bayangan ketidakpastian, baik yang muncul dari sisi global maupun domestik.
Sejalan dengan menurunnya permintaan dan adanya kendala likuiditas, pertumbuhan kredit juga berangsur melambat. "Terlebih, pelemahan harga komoditas dan tingginya suku bunga pada paruh pertama tahun 2019, juga telah menyebabkan rumah tangga mengerem belanjanya," ujar Adrian saat Diskusi Media Bersama Chief Economist CIMB Niaga di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Sementara itu, pada kuartal III tahun ini dengan mengoreksi faktor musiman, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga antar kuartal bahkan telah mencapai angka terendah dalam sembilan tahun terakhir. "Pertumbuhan konsumsi swasta dikuartal III kalau lihat data mengalami penurunan yang dalam (jika dibuang faktor musiman). Dan yang bisa merubah ini hanya kebijakan," katanya.
Dengan memperhitungkan semua faktor dan prospek berlanjutnya perlambatan di kuartal IV, maka perekonomian Indonesia diperkirakan hanya akan bertumbuh maksimum 5% di tahun 2019. Sedangkan tahun 2020 masih akan sekitar 5% atau bisa dibawah 5%.
Menurut dia, masih melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 disebabkan oleh Indonesia yang masih menghadapi sejumlah tantangan. Berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok serta stagnannya pertumbuhan perekonomian dunia juga berpengaruh pada dinamika investasi dan konsumsi dalam negeri.
"Kondisi global tidak menggembirakan. Alasannya karena tahun 2019 hingga tahun 2020 nanti situasi di AS angka indikator ekonominya menunjukan tidak terlalu kuat tapi juga tidak terlalu lemah. Maka dari itu, diperlukan pemotongan suku bunga di AS," ungkap dia.
Sejalan dengan menurunnya permintaan dan adanya kendala likuiditas, pertumbuhan kredit juga berangsur melambat. "Terlebih, pelemahan harga komoditas dan tingginya suku bunga pada paruh pertama tahun 2019, juga telah menyebabkan rumah tangga mengerem belanjanya," ujar Adrian saat Diskusi Media Bersama Chief Economist CIMB Niaga di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Sementara itu, pada kuartal III tahun ini dengan mengoreksi faktor musiman, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga antar kuartal bahkan telah mencapai angka terendah dalam sembilan tahun terakhir. "Pertumbuhan konsumsi swasta dikuartal III kalau lihat data mengalami penurunan yang dalam (jika dibuang faktor musiman). Dan yang bisa merubah ini hanya kebijakan," katanya.
Dengan memperhitungkan semua faktor dan prospek berlanjutnya perlambatan di kuartal IV, maka perekonomian Indonesia diperkirakan hanya akan bertumbuh maksimum 5% di tahun 2019. Sedangkan tahun 2020 masih akan sekitar 5% atau bisa dibawah 5%.
Menurut dia, masih melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 disebabkan oleh Indonesia yang masih menghadapi sejumlah tantangan. Berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok serta stagnannya pertumbuhan perekonomian dunia juga berpengaruh pada dinamika investasi dan konsumsi dalam negeri.
"Kondisi global tidak menggembirakan. Alasannya karena tahun 2019 hingga tahun 2020 nanti situasi di AS angka indikator ekonominya menunjukan tidak terlalu kuat tapi juga tidak terlalu lemah. Maka dari itu, diperlukan pemotongan suku bunga di AS," ungkap dia.
(akr)