Akibat Kekeringan, Produksi Listrik PLTA Berkurang 50%
A
A
A
BANDUNG - Produksi listrik di sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Bandung tercatat mengalami penurunan sekitar 50% akibat kekeringan. Keadaan tersebut terjadi sejak tahun 2000.
MSL Saguling POMU, Novy Heryanto, mengatakan kekeringan yang terjadi dalam beberapa tahun terkahir berdampak pada kinerja produksi listrik. Terutama di wilayah Saguling, meliputi PLTA Lamajan, Plengan, dan Cikalong.
"Memang dalam 20 tahun kebelakang, dampak kekeringan berpengaruh. Itu akibat sedimentasi dan pendangkalan karena gundulnya kondisi hutan di hulu," kata Novy saat kunjungan ke PLTA Lamajan, Kabupaten Bandung, Jimat (29/11/2019).
Menurut dia, kurangnya produksi listrik dari PLTA karena volume air yang terus berkurang. Misalnya daya volume air yang mustinya tertampung mencapai 1.000 meter kubik, hanya menjadi 600 meter kubik.
"Mestinya penggunaan air bisa dipakai sepanjang tahun, tapi ini terus berkurang. Harusnya saat beroperasi di pola kering 12 jam, jadi hanya 6 jam. Antara 5 sore hingga 10 malam. Produksi listrik juga berkurang. Mungkin kurangnya sekitar 50%," beber dia.
Menurut dia, kurangnya volume air akibat kurangnya lahan serapan. Saat hujan turun, air langsung ke sungai dan tidak terserap di hulu. Sehingga mengurangi daya dukung waduk. Mestinya berusia 50 tahun, jadi lebih muda.
"Sedimentasi akan sangat berpengaruh kondisi kami. Termasuk penebangan alam. Makanya kami coba tata kembali hulu yang rusak. Kami fokus lakukan reboisasi. Memberi kesadaran kepada mayarakat," imbuh dia.
MSL Saguling POMU, Novy Heryanto, mengatakan kekeringan yang terjadi dalam beberapa tahun terkahir berdampak pada kinerja produksi listrik. Terutama di wilayah Saguling, meliputi PLTA Lamajan, Plengan, dan Cikalong.
"Memang dalam 20 tahun kebelakang, dampak kekeringan berpengaruh. Itu akibat sedimentasi dan pendangkalan karena gundulnya kondisi hutan di hulu," kata Novy saat kunjungan ke PLTA Lamajan, Kabupaten Bandung, Jimat (29/11/2019).
Menurut dia, kurangnya produksi listrik dari PLTA karena volume air yang terus berkurang. Misalnya daya volume air yang mustinya tertampung mencapai 1.000 meter kubik, hanya menjadi 600 meter kubik.
"Mestinya penggunaan air bisa dipakai sepanjang tahun, tapi ini terus berkurang. Harusnya saat beroperasi di pola kering 12 jam, jadi hanya 6 jam. Antara 5 sore hingga 10 malam. Produksi listrik juga berkurang. Mungkin kurangnya sekitar 50%," beber dia.
Menurut dia, kurangnya volume air akibat kurangnya lahan serapan. Saat hujan turun, air langsung ke sungai dan tidak terserap di hulu. Sehingga mengurangi daya dukung waduk. Mestinya berusia 50 tahun, jadi lebih muda.
"Sedimentasi akan sangat berpengaruh kondisi kami. Termasuk penebangan alam. Makanya kami coba tata kembali hulu yang rusak. Kami fokus lakukan reboisasi. Memberi kesadaran kepada mayarakat," imbuh dia.
(ven)