Tahun Depan, BI Optimis Ekonomi Indonesia Tumbuh Lebih 5%
A
A
A
JAKARTA - Pidato Presiden Joko Widodo soal "Winter is Coming" dinilai terbukti. Dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali pada 2018, Jokowi menggambarkan situasi perekonomian dunia seperti film serial Game of Thrones.
Friksi perang dagang Amerika Serikat dan China, Brexit, hingga geopolitik memberi ketidakpastian pada perekonomian dunia. Ekonomi global seakan "membeku". Lembaga-lembaga top dunia bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2019 hanya berada di 3,0%.
"Angka yang terus menurun seiring waktu, ini menunjukkan alat-alat moneter dan fiskal konvensional tidak berfungsi sebagaimana mustinya. Seperti yang diekspektasikan di banyak negara," terang Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam Seminar Internasional Bank Indonesia bertajuk "The Pivotal Role of Infrastructure Financing to Advance Sustainable Economic Growth" di Jakarta, Senin (2/12/2019).
Bank Indonesia dan pemerintah pun sudah menyiapkan "perisai" untuk menghadapi "musim dingin" yang menimpa ekonomi global, agar tidak berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia.
Melalui bauran kebijakan, BI akan mengejar stabilitas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 5,1%-5,5% secara tahunan di 2020.
Selain itu, BI menyampaikan optimismenya bahwa di jangka menengah, Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2-5,6% di tahun 2021 karena diekspektasikan akan ada reformasi struktural dalam perekonomian.
"Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada Kamis lalu, pak Jokowi menyampaikan pesan kuat tentang kondisi ekonomi Indonesia. Beliau menyebutkan kita harus percaya bahwa Indonesia akan melalui kondisi ekonomi yang susah ini, dan perlu menemukan sumber pertumbuhan baru, serta harus tetap optimis di tengah ketidakpastian," ujar Destry.
Destry menyampaikan BI sebagai partner otoritas moneter independen pemerintah, sepenuhnya setuju dengan pernyataan Jokowi. Pihak BI mempercayai perbaikan ekonomi hanya bisa dicapai dengan melalui kolaborasi antar lembaga, bukan hanya pemerintah pusat juga dengan pemerintah daerah.
"Dengan 46 kantor perwakilan di seluruh daerah di Indonesia, kami akan bekerja dekat dengan pihak Pemda untuk memantau sumber pertumbuhan baru melalui dukungan penasihat ekonomi BI untuk Pemda," ungkapnya.
Oleh karena itu, dengan kondisi kawasan Indonesia yang luas dan negara kepulauan, infrastruktur diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Mendukung akselerasi pembiayaan infrastruktur, BI akan terus melanjutkan meningkatkan kapasitas perantara bank melalui rasio intermediasi makroprudensial, mendorong penerbitan surat berharga untuk likuiditas, mendorong instrumen lindung nilai, seperti pertukaran suku bunga, pertukaran mata uang, serta memberikan nasihat untuk pemerintah daerah dalam mendukung persiapan proyek kerja sama pemerintah dan swasta.
Friksi perang dagang Amerika Serikat dan China, Brexit, hingga geopolitik memberi ketidakpastian pada perekonomian dunia. Ekonomi global seakan "membeku". Lembaga-lembaga top dunia bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2019 hanya berada di 3,0%.
"Angka yang terus menurun seiring waktu, ini menunjukkan alat-alat moneter dan fiskal konvensional tidak berfungsi sebagaimana mustinya. Seperti yang diekspektasikan di banyak negara," terang Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam Seminar Internasional Bank Indonesia bertajuk "The Pivotal Role of Infrastructure Financing to Advance Sustainable Economic Growth" di Jakarta, Senin (2/12/2019).
Bank Indonesia dan pemerintah pun sudah menyiapkan "perisai" untuk menghadapi "musim dingin" yang menimpa ekonomi global, agar tidak berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia.
Melalui bauran kebijakan, BI akan mengejar stabilitas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 5,1%-5,5% secara tahunan di 2020.
Selain itu, BI menyampaikan optimismenya bahwa di jangka menengah, Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2-5,6% di tahun 2021 karena diekspektasikan akan ada reformasi struktural dalam perekonomian.
"Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada Kamis lalu, pak Jokowi menyampaikan pesan kuat tentang kondisi ekonomi Indonesia. Beliau menyebutkan kita harus percaya bahwa Indonesia akan melalui kondisi ekonomi yang susah ini, dan perlu menemukan sumber pertumbuhan baru, serta harus tetap optimis di tengah ketidakpastian," ujar Destry.
Destry menyampaikan BI sebagai partner otoritas moneter independen pemerintah, sepenuhnya setuju dengan pernyataan Jokowi. Pihak BI mempercayai perbaikan ekonomi hanya bisa dicapai dengan melalui kolaborasi antar lembaga, bukan hanya pemerintah pusat juga dengan pemerintah daerah.
"Dengan 46 kantor perwakilan di seluruh daerah di Indonesia, kami akan bekerja dekat dengan pihak Pemda untuk memantau sumber pertumbuhan baru melalui dukungan penasihat ekonomi BI untuk Pemda," ungkapnya.
Oleh karena itu, dengan kondisi kawasan Indonesia yang luas dan negara kepulauan, infrastruktur diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Mendukung akselerasi pembiayaan infrastruktur, BI akan terus melanjutkan meningkatkan kapasitas perantara bank melalui rasio intermediasi makroprudensial, mendorong penerbitan surat berharga untuk likuiditas, mendorong instrumen lindung nilai, seperti pertukaran suku bunga, pertukaran mata uang, serta memberikan nasihat untuk pemerintah daerah dalam mendukung persiapan proyek kerja sama pemerintah dan swasta.
(ven)