Pertamina-BUMN Karya Bersinergi Perkuat Keandalan Energi
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menjalin sinergi dengan sejumlah BUMN untuk terus memperkuat keandalan distribusi energi ke seluruh pelosok negeri. Sinergi tersebut tertuang dalam kesepakatan kerja sama Pertamina dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk untuk pembangunan pipa BBM dan gas pada right of way (ROW) atau sempadan di sepanjang jalan tol, baik yang existing maupun jalur tol baru, serta dengan PT PGN Tbk untuk kerja sama pada jalur pipa gas bumi.
Perjanjian kerja sama dengan Jasa Marga ditandatangani Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani. Sementara kerja sama dengan PT Wijaya Karya ditandatangani oleh Direktur Logistik Supply Chain & Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo dan Direktur Human Capital dan Pengembangan Wijaya Karya, Novel Arsyad. Selain itu juga ditandatangani perjanjian kerja sama dengan Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Redy Feryyanto.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina berkomitmen selalu meningkatkan keandalan distribusi BBM dan gas di seluruh Tanah Air dengan terus meningkatkan pembangunan infrastruktur energi di seluruh wilayah Indonesia.
"Kerja sama Pertamina dengan BUMN Karya ini sebagai upaya Pertamina untuk terus meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional sekaligus meningkatkan keandalan distribusi energi ke seluruh pelosok negeri, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di berbagai sektor," ujar Nicke dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/12/2019).
Menurut Nicke, melalui kerja sama ini Pertamina akan memperoleh benefit berupa percepatan pembebasan lahan, yang menjadi salah satu tahapan terbesar dalam pembangunan infrastruktur energi. Beberapa pipa yang akan dibangun, akan lebih memudahkan Pertamina dalam melakukan distribusi BBM yang lebih aman dan juga lebih andal.
"Pembangunan pipa ini akan memperkuat keandalan pasokan BBM dan gas di Jawa, Sumatera dan Kalimantan serta akan mempercepat distribusi BBM ke masyarakat, sehingga tidak ada lagi yang namanya kelangkaan. Dengan menggunakan pipa ini, pasokan BBM di daerah tersebut juga akan lebih terjamin," imbuh Nicke.
Nicke menambahkan, di bagian utara Jawa saat ini telah terdapat jalur pipa yang menghubungkan Kilang Balongan sampai ke TBBM Plumpang di Jakarta. Sedangkan di selatan Jawa telah dibangun pipa yang menghubungkan Kilang Cilacap sampai ke Semarang Jawa Tengah yang akan disambung hingga Surabaya. Selanjutnya akan dibangun jalur Cikampek-Padalarang yang akan menghubungkan pipa di utara dan selatan Jawa, sehingga terdapat closed loop pipa BBM di Pulau Jawa.
Kemudian di Sumatera, akan dibangun jalur pipa yang menghubungkan Kilang Plaju ke TBBM Jambi kemudian dari Kilang Dumai ke TBBM Siak. Di Kalimantan, Pertamina juga berencana membangun pipa BBM yang akan menghubungkan Kilang RU V Balikpapan hingga TBBM Samarinda, terutama untuk mendukung rencana pemindahan ibu kota dan jalur pipa gas ruas Sanipah-Balikpapan.
Pada saat yang bersamaan, Pertamina dan Inalum - PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) juga menandatangani Joint Venture Development Agreement (JVDA) untuk membangun perusahaan patungan pabrik pengolahan bahan baku utama alumunium yakni Calcined Petroleum Coke (CPC) atau yang dikenal juga dengan kokas.Kerja sama Pertamina dan Inalum merupakan bentuk sinergi BUMN dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk Green Petroleum Coke (GPC) yang dihasilkan Pertamina menjadi Calcined Petroleum Coke (CPC) yang menjadi bahan baku utama blok anoda dalam proses peleburan alumunium di Inalum. "Secara bisnis kerja sama ini akan memberikan nilai tambah dan manfaat yang besar baik bagi Pertamina maupun Inalum," papar Nicke.
Pertamina mempunyai unit produksi Green Petroleum Coke (GPC) di Kilang Minyak Dumai dengan kapasitas produksi sebanyak 360.000 ton per tahun yang mampu memberikan jaminan suplai GPC sebagai bahan baku utama CPC.
"GPC yang dihasilkan Pertamina RU II Dumai memiliki keunggulan kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 1% (low sulphur) sehingga lebih ramah lingkungan. Saat ini GPC Dumai masih dijual sebagai raw material untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor," imbuh Nicke.
Pabrik ini rencananya ditargetkan selesai dibangun dan beroperasi pada tahun 2022. Setelah penandatangan kerja sama ini, akan dilanjutkan dengan AMDAL, persiapan EPC, serta konstruksi ditargetkan mulai dilakukan pada triwulan III/2020.
"Pembangunan pabrik patungan ini diharapkan akan membuka lapangan kerja baru sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal terutama di wilayah Sumatera. Selain itu, sinergi ini dapat mendukung program pemerintah dalam memperbaiki defisit neraca perdagangan melalui penurunan impor CPC yang selama ini dilakukan oleh Inalum," pungkas Nicke.
Perjanjian kerja sama dengan Jasa Marga ditandatangani Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani. Sementara kerja sama dengan PT Wijaya Karya ditandatangani oleh Direktur Logistik Supply Chain & Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo dan Direktur Human Capital dan Pengembangan Wijaya Karya, Novel Arsyad. Selain itu juga ditandatangani perjanjian kerja sama dengan Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Redy Feryyanto.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina berkomitmen selalu meningkatkan keandalan distribusi BBM dan gas di seluruh Tanah Air dengan terus meningkatkan pembangunan infrastruktur energi di seluruh wilayah Indonesia.
"Kerja sama Pertamina dengan BUMN Karya ini sebagai upaya Pertamina untuk terus meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional sekaligus meningkatkan keandalan distribusi energi ke seluruh pelosok negeri, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di berbagai sektor," ujar Nicke dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/12/2019).
Menurut Nicke, melalui kerja sama ini Pertamina akan memperoleh benefit berupa percepatan pembebasan lahan, yang menjadi salah satu tahapan terbesar dalam pembangunan infrastruktur energi. Beberapa pipa yang akan dibangun, akan lebih memudahkan Pertamina dalam melakukan distribusi BBM yang lebih aman dan juga lebih andal.
"Pembangunan pipa ini akan memperkuat keandalan pasokan BBM dan gas di Jawa, Sumatera dan Kalimantan serta akan mempercepat distribusi BBM ke masyarakat, sehingga tidak ada lagi yang namanya kelangkaan. Dengan menggunakan pipa ini, pasokan BBM di daerah tersebut juga akan lebih terjamin," imbuh Nicke.
Nicke menambahkan, di bagian utara Jawa saat ini telah terdapat jalur pipa yang menghubungkan Kilang Balongan sampai ke TBBM Plumpang di Jakarta. Sedangkan di selatan Jawa telah dibangun pipa yang menghubungkan Kilang Cilacap sampai ke Semarang Jawa Tengah yang akan disambung hingga Surabaya. Selanjutnya akan dibangun jalur Cikampek-Padalarang yang akan menghubungkan pipa di utara dan selatan Jawa, sehingga terdapat closed loop pipa BBM di Pulau Jawa.
Kemudian di Sumatera, akan dibangun jalur pipa yang menghubungkan Kilang Plaju ke TBBM Jambi kemudian dari Kilang Dumai ke TBBM Siak. Di Kalimantan, Pertamina juga berencana membangun pipa BBM yang akan menghubungkan Kilang RU V Balikpapan hingga TBBM Samarinda, terutama untuk mendukung rencana pemindahan ibu kota dan jalur pipa gas ruas Sanipah-Balikpapan.
Pada saat yang bersamaan, Pertamina dan Inalum - PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) juga menandatangani Joint Venture Development Agreement (JVDA) untuk membangun perusahaan patungan pabrik pengolahan bahan baku utama alumunium yakni Calcined Petroleum Coke (CPC) atau yang dikenal juga dengan kokas.Kerja sama Pertamina dan Inalum merupakan bentuk sinergi BUMN dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk Green Petroleum Coke (GPC) yang dihasilkan Pertamina menjadi Calcined Petroleum Coke (CPC) yang menjadi bahan baku utama blok anoda dalam proses peleburan alumunium di Inalum. "Secara bisnis kerja sama ini akan memberikan nilai tambah dan manfaat yang besar baik bagi Pertamina maupun Inalum," papar Nicke.
Pertamina mempunyai unit produksi Green Petroleum Coke (GPC) di Kilang Minyak Dumai dengan kapasitas produksi sebanyak 360.000 ton per tahun yang mampu memberikan jaminan suplai GPC sebagai bahan baku utama CPC.
"GPC yang dihasilkan Pertamina RU II Dumai memiliki keunggulan kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 1% (low sulphur) sehingga lebih ramah lingkungan. Saat ini GPC Dumai masih dijual sebagai raw material untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor," imbuh Nicke.
Pabrik ini rencananya ditargetkan selesai dibangun dan beroperasi pada tahun 2022. Setelah penandatangan kerja sama ini, akan dilanjutkan dengan AMDAL, persiapan EPC, serta konstruksi ditargetkan mulai dilakukan pada triwulan III/2020.
"Pembangunan pabrik patungan ini diharapkan akan membuka lapangan kerja baru sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal terutama di wilayah Sumatera. Selain itu, sinergi ini dapat mendukung program pemerintah dalam memperbaiki defisit neraca perdagangan melalui penurunan impor CPC yang selama ini dilakukan oleh Inalum," pungkas Nicke.
(fjo)