2020, Potensi Pertumbuhan Bisnis Logistik Lebih dari 30%
A
A
A
Harbolnas telah mengerek tinggi bisnis jasa pengiriman. Tak hanya pemain lama yang panen, perusahaan baru juga turut berpesta. Indonesia menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara bagi para pemain dagang dalam jaringan atau e-commerce.
Penduduk negeri ini berjumlah 269 juta jiwa. Mereka yang memiliki smartphone tercatat 70 juta orang lebih. Alhasil bisnis e-commerce di tanah air mengalami perkembangan sangat pesat. Tumbuhnya dagang dalam jaringan atau daring membuat pola baru dalam berbelanja. Masyarakat lebih suka belanja secara online ketimbang offline. Hal ini membuat transaksi di bisnis online menjadi besar.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut telah terjadi revolusi industri di Indonesia. Gross Marchandise Value (GMV) atau nilai total transaksi e-commerce terus meningkat. Pada 2019, GMV e-commerce Indonesia mencapai US$21 miliar atau Rp294 triliun. “Diperkirakan tahun 2025 capai US$82 miliar atau Rp 1,1 kuadriliun," tuturnya.
Pertumbuhan e-commerce tersebut memberikan efek domino terhadap bisnis lain seperti jasa pengiriman barang atau logistik. Hal ini membuat munculnya para pemain baru untuk berburu "potongan kue" dari membeludaknya orderan pengiriman barang.
Para pemain baru tersebut seperti J&T Express, Ninja Express, dan SiCepat Ekspres. Misalnya saja J&T Express. Perusahaan yang dimulai tepatnya pada tanggal 20 Agustus 2015 ini telah dikenal masyarakat luas dalam waktu singkat. Hebatnya lagi, perusahaan yang baru seumur jagung ini sudah bisa menjadi penantang serius dalam persaingan bisnis jasa pengiriman barang.
Pada saat festival belanja online 11.11 yang berlangsung pada November 2019, penerimaan paket J&T Express melonjak hingga 70% dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Sebagai mitra logistik dalam platform e-commerce, ditambah tingginya permintaan masyarakat, pengiriman paket J&T Express diklaim mencapai enam juta paket pada periode tersebut.
Sementara untuk Harbolnas 2018 J&T mencatat rekor pengiriman baru dengan total 4,5 juta paket. Ninja Express juga begitu. Perusahaan yang umurnya baru empat tahun ini juga sukses bersaing di pasar bisnis logistik nasional. Pendatang asal Singapura ini sukses masuk menjadi top three perusahaan layanan pengiriman di tanah air sepanjang tahun ini.
Konsistensi mereka mendukung ekonomi digital melalui pelaku UKM telah mengantarkan pangsa pasar Ninja Xpress semakin meningkat. Saat ini Ninja Xpress telah memiliki ribuan kurir yang telah beroperasi menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Kemudian dari satu juta paket terkirim di tahun 2017, pada 2019 sudah meningkat drastis menjadi 50 juta paket.
Eric Saputra, Country Head Ninja Xpress mengatakan bahwa periode Harbolnas merupakan salah satu periode tersibuk setiap tahun. Rata-rata volume pengiriman bisa mencapai hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa. “Kisaran peak (season) 3 kali lipat dari reguler atau normal volume. Kita prepare segitulah,” katanya kepada SINDO Weekly.
Sementara SiCepat Ekspres yang berdiri pada 2014 mencatatkan pertumbuhan sebesar 138%. Saat ini sudah lebih dari satu juta pelapak bergabung menjadikan SiCepat Ekspres sebagai partnernya. Perusahaan menargetkan mengirim satu juta paket per hari.
Pada saat harbolnas 12.12, Chief Executive Officer (CEO) SiCepat Ekspres The Kim Hai memperkirakan pengiriman paket akan menembus angka 1,5 juta pengiriman paket. Ini berarti mencapai 20% kenaikan dari Harbolnas 11.11 pada bulan November 2019. "Hal ini didukung oleh seluruh jajaran maupun sistem yang telah kami siapkan di awal semester kedua tahun 2019," ujar Kim.
Pemain lama dalam jasa pengiriman barang, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), juga mencatatkan hasil positif. Berkaca pada harbolnas pada Oktober lalu, JNE memproleh kenaikan pengiriman hingga 15%.
Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mohammad Feriadi mengatakan setiap harinya JNE mengalami pertumbuhan dalam pengiriman barang. Saat ini perusahaannya telah melayani lebih dari satu juta paket per harinya. "Kami yakin tahun depan akan ada pertumbuhan lagi,” katanya kepada SINDO Weekly.
Tumbuh 30%
Industri pengiriman barang tumbuh positif tiap tahunnya seiring perkembangan e-commerce yang tercatat 500% dalam empat tahun terakhir. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memprediksi potensi pertumbuhan bisnis logistik di Tanah Air bisa mencapai lebih dari 30% pada 2020. Bila dihitung secara rinci, estimasi pertumbuhan sektor ini secara menyeluruh bisa mencapai Rp40 triliun atau lebih per tahun.
Sementara itu, data Indeks Kinerja Logistik Bank Dunia mencatat logistik Indonesia telah meningkat sangat pesat dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-46 secara global dibandingkan pada 2016 yang berada di peringkat ke-63.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menilai potensi bisnis pengiriman jasa barang akan semakin meningkat dengan adanya penetrasi internet dan infrastruktur yang semakin luas karena dibangun oleh pemerintah.
Munculnya startup-startup logistik baru karena mereka melihat potensi yang besar di industri tersebut apalagi dengan adanya pesanan e-commerce yang terus meningkat.
CEO J&T Express Robin Lo juga senada. Ia bilang potensi bisnis logistic di Indonesia sangatlah besar seiring perkembangan bisnis e-commerce yang semakin pesat. "Investor jor-joran investasi di platform e-commerce di Indonesia. Kami dukung mereka berkembang lebih cepat," ujar Robin
Kini beberapa startup logistik baru juga mulai bermunculan di Indonesia. Seperti Paxel, Iruna, Triplogic, Expedito, dan Kargo. Kelima startup itu menawarkan beragam solusi teknologinya kepada penggunanya. (Ferdi Christian)
Penduduk negeri ini berjumlah 269 juta jiwa. Mereka yang memiliki smartphone tercatat 70 juta orang lebih. Alhasil bisnis e-commerce di tanah air mengalami perkembangan sangat pesat. Tumbuhnya dagang dalam jaringan atau daring membuat pola baru dalam berbelanja. Masyarakat lebih suka belanja secara online ketimbang offline. Hal ini membuat transaksi di bisnis online menjadi besar.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut telah terjadi revolusi industri di Indonesia. Gross Marchandise Value (GMV) atau nilai total transaksi e-commerce terus meningkat. Pada 2019, GMV e-commerce Indonesia mencapai US$21 miliar atau Rp294 triliun. “Diperkirakan tahun 2025 capai US$82 miliar atau Rp 1,1 kuadriliun," tuturnya.
Pertumbuhan e-commerce tersebut memberikan efek domino terhadap bisnis lain seperti jasa pengiriman barang atau logistik. Hal ini membuat munculnya para pemain baru untuk berburu "potongan kue" dari membeludaknya orderan pengiriman barang.
Para pemain baru tersebut seperti J&T Express, Ninja Express, dan SiCepat Ekspres. Misalnya saja J&T Express. Perusahaan yang dimulai tepatnya pada tanggal 20 Agustus 2015 ini telah dikenal masyarakat luas dalam waktu singkat. Hebatnya lagi, perusahaan yang baru seumur jagung ini sudah bisa menjadi penantang serius dalam persaingan bisnis jasa pengiriman barang.
Pada saat festival belanja online 11.11 yang berlangsung pada November 2019, penerimaan paket J&T Express melonjak hingga 70% dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Sebagai mitra logistik dalam platform e-commerce, ditambah tingginya permintaan masyarakat, pengiriman paket J&T Express diklaim mencapai enam juta paket pada periode tersebut.
Sementara untuk Harbolnas 2018 J&T mencatat rekor pengiriman baru dengan total 4,5 juta paket. Ninja Express juga begitu. Perusahaan yang umurnya baru empat tahun ini juga sukses bersaing di pasar bisnis logistik nasional. Pendatang asal Singapura ini sukses masuk menjadi top three perusahaan layanan pengiriman di tanah air sepanjang tahun ini.
Konsistensi mereka mendukung ekonomi digital melalui pelaku UKM telah mengantarkan pangsa pasar Ninja Xpress semakin meningkat. Saat ini Ninja Xpress telah memiliki ribuan kurir yang telah beroperasi menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Kemudian dari satu juta paket terkirim di tahun 2017, pada 2019 sudah meningkat drastis menjadi 50 juta paket.
Eric Saputra, Country Head Ninja Xpress mengatakan bahwa periode Harbolnas merupakan salah satu periode tersibuk setiap tahun. Rata-rata volume pengiriman bisa mencapai hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa. “Kisaran peak (season) 3 kali lipat dari reguler atau normal volume. Kita prepare segitulah,” katanya kepada SINDO Weekly.
Sementara SiCepat Ekspres yang berdiri pada 2014 mencatatkan pertumbuhan sebesar 138%. Saat ini sudah lebih dari satu juta pelapak bergabung menjadikan SiCepat Ekspres sebagai partnernya. Perusahaan menargetkan mengirim satu juta paket per hari.
Pada saat harbolnas 12.12, Chief Executive Officer (CEO) SiCepat Ekspres The Kim Hai memperkirakan pengiriman paket akan menembus angka 1,5 juta pengiriman paket. Ini berarti mencapai 20% kenaikan dari Harbolnas 11.11 pada bulan November 2019. "Hal ini didukung oleh seluruh jajaran maupun sistem yang telah kami siapkan di awal semester kedua tahun 2019," ujar Kim.
Pemain lama dalam jasa pengiriman barang, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), juga mencatatkan hasil positif. Berkaca pada harbolnas pada Oktober lalu, JNE memproleh kenaikan pengiriman hingga 15%.
Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mohammad Feriadi mengatakan setiap harinya JNE mengalami pertumbuhan dalam pengiriman barang. Saat ini perusahaannya telah melayani lebih dari satu juta paket per harinya. "Kami yakin tahun depan akan ada pertumbuhan lagi,” katanya kepada SINDO Weekly.
Tumbuh 30%
Industri pengiriman barang tumbuh positif tiap tahunnya seiring perkembangan e-commerce yang tercatat 500% dalam empat tahun terakhir. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memprediksi potensi pertumbuhan bisnis logistik di Tanah Air bisa mencapai lebih dari 30% pada 2020. Bila dihitung secara rinci, estimasi pertumbuhan sektor ini secara menyeluruh bisa mencapai Rp40 triliun atau lebih per tahun.
Sementara itu, data Indeks Kinerja Logistik Bank Dunia mencatat logistik Indonesia telah meningkat sangat pesat dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-46 secara global dibandingkan pada 2016 yang berada di peringkat ke-63.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menilai potensi bisnis pengiriman jasa barang akan semakin meningkat dengan adanya penetrasi internet dan infrastruktur yang semakin luas karena dibangun oleh pemerintah.
Munculnya startup-startup logistik baru karena mereka melihat potensi yang besar di industri tersebut apalagi dengan adanya pesanan e-commerce yang terus meningkat.
CEO J&T Express Robin Lo juga senada. Ia bilang potensi bisnis logistic di Indonesia sangatlah besar seiring perkembangan bisnis e-commerce yang semakin pesat. "Investor jor-joran investasi di platform e-commerce di Indonesia. Kami dukung mereka berkembang lebih cepat," ujar Robin
Kini beberapa startup logistik baru juga mulai bermunculan di Indonesia. Seperti Paxel, Iruna, Triplogic, Expedito, dan Kargo. Kelima startup itu menawarkan beragam solusi teknologinya kepada penggunanya. (Ferdi Christian)
(don)