Infrastruktur Lebih Baik, Kemacetan Masih Bayangi Mudik Nataru

Selasa, 17 Desember 2019 - 11:52 WIB
Infrastruktur Lebih Baik, Kemacetan Masih Bayangi Mudik Nataru
Infrastruktur Lebih Baik, Kemacetan Masih Bayangi Mudik Nataru
A A A
JAKARTA - Bagi masyarakat yang berencana mudik atau berlibur menggunakan jalur darat selama muslim liburan Natal 2019 dan Tahun Baru (Nataru) ini hendaknya tetap mewaspadai kemacetan. Walaupun kondisi infrastruktur jalan sudah jauh lebih baik, termasuk sudah beroperasinya tol Jakarta–Cikampek (Japek) Elevated, sejumlah titik masih rawan macet.

Berdasar prediksi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), titik rawan dimaksud antara lain berada di pintu tol Cikampek, Gerbang Tol Kalihurip Utama, Gebang Tol Cileunyi, tol Pejagan, jalur Nagrek–Limbangan sampai dengan limbangan masih potensi besar. Kalau yang parah mulai dari Nagreg, jalur Puncak Bogor hingga jalan nasional Cirebon menuju ke Semarang.

Kemarin Polri memastikan jalur mudik dari Jakarta menuju Jawa Tengah sudah siap dilalui. Polisi memastikan sudah memetakan titik rawan kemacetan dan telah melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan pengaturan.

Mengantisipasi kemacetan, selain akan menempatkan petugas untuk mengatur arus lalu lintas, Kemenhub kembali memutuskan menerapkan pembatasan kendaraan angkutan logistik alias truk selama momen Nataru. Penerapan tersebut berlaku di sejumlah jalan nasional dan jalan tol.

Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengungkapkan pembatasan terutama dilakukan terhadap truk sumbu 3 atau lebih. Selain itu operasional truk dengan kereta tempelan atau truk gandeng, mobil barang yang digunakan untuk pengangkutan bahan galian (tanah, pasir, batu) dan bahan tambang serta bahan bangunan juga dibatasi.

“Pembatasan dilakukan pada 20 Desember 2019 pukul 00.00 WIB hingga 21 Desember 2019 pukul 24.00 WIB serta tanggal 31 Desember 2019 pukul 00.00 WIB hingga 1 Januari 2020 pukul 24.00,” ujar Budi Setiyadi di Jakarta kemarin.

Namun pembatasan tersebut tidak berlaku bagi mobil barang pengangkut BBM dan BBG. Selain itu mobil barang lain yang tetap bisa beroperasi adalah pengangkut ternak, barang ekspor impor dari dan ke pelabuhan, air minum dalam kemasan, pupuk, hantaran uang dan pos, barang pokok seperti beras, gula, sayur, buah-buahan, ikan, daging.

Dia menuturkan, berdasar hasil survei, dari 100% kendaraan yang akan keluar dari Jakarta, 40%-nya akan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lainnya bisa ke Jawa Barat, Jawa Tengah. Kondisi ini tentu rawan menimbulkan kemacetan di pintu tol Cikampek dan di pintu tol yang mengarah ke Bandung. Dia menyampaikan akan menempatkan petugasnya untuk membantu pengguna tol.

"Pintu tol yang ke arah Bandung, Gerbang Kalihurip Utama, itu yang jadi pengamatan kita. Kita juga nanti akan menempatkan petugas di tol (Japek) Elevated yang baru ini karena masih banyak masyarakat yang agak ragu-ragu mau belok kiri atau lurus," ucap Budi.

Dia memaparkan pula bahwa tol Cileunyi juga rawan kemacetan karena masyarakat yang akan keluar tol menuju Bandung menggunakan pintu keluar tol ini. Apalagi tol Cisumdawu (tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan) belum bisa dimanfaatkan karena belum selesai pembangunannya.

Selanjutnya untuk jalur tol dari Cirebon sampai dengan Semarang, potensi kemacetannya kecil. Namun Kemenhub mengantisipasi jalan nasional mulai dari Pejagan yang keluar ke arah Purwokerto. Untuk mencegah kemacetan, Budi menyarankan masyarakat yang hendak ke Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen, agar menggunakan jalur alternatif lewat Cirebon.

Dia juga mengimbau para pengendara untuk tidak keluar dari pintu tol Pejagan karena rawan pasar tumpah di wilayah tersebut. Sebab jika keluar di tol Pejagan akan menimbulkan beban jalan dari arah Prupuk, Bumiayu sampai ke Ajibarang. Kondisi ini sangat rawan terjadi kemacetan karena selain jalannya sempit dan tidak ada jalur alternatif, ada beberapa pasar tumpah di Bumiayu yang merupakan pusat keramaian warga.

"Jadi saya mengimbau masyarakat yang mau ke Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, dan Kebumen, keluarnya adalah di tol Adiwerna atau di Gandulan Pemalang dan jalannya memang tidak begitu besar tapi view-nya cukup bagus. Karena kan liburnya cukup panjang, jadi kita harapkan mengimbau masyarakat menggunakan itu," sebutnya.

Adapun Kepala Korlantas Polri Irjen Istiono memastikan kondisi jalan tol hingga arteri di wilayah Jawa siap dilalui pemudik Nataru. Dia juga memastikan sudah mengantisipasi semua titik kemacetan dan rawan kecelakaan. "Kondisinya sudah siap, 80% lah,” ujar Istiono di Pelabuhan Merak kemarin.

Khusus untuk di Jawa Barat, dia menyebut kepolisian fokus mengantisipasi kemacetan di jalur wisata Jawa Barat seperti jalur wisata Bogor, Lembang, dan Garut. Namun secara umum, kondisi jalan siap dilalui.

"Kemudian Jawa Barat juga begitu kondisinya cukup bagus, rest area dan titik rawan kecelakaan sudah diidentifikasi termasuk jalur arteri. Kalau Jawa Barat misalnya di Nagrek situ," tuturnya.

Kondisi di Jawa Tengah lebih baik. Dia mengklaim kondisi jalan sudah 100% siap dilalui pemudik maupun wisatawan. “Jawa Tengah 100% jalan sangat bagus di jalan tol, jalur arteri, jalur tengah, jalur selatan, jalur pantura itu juga sudah bagus," paparnya.

Ribuan Bus Tidak Laik
Selain mengantisipasi kemacetan, Kemenhub juga mewaspadai berbagai ancaman kecelakaan, termasuk angkutan umum bus. Untuk itu Kemenhub melakukan uji kelaikan kendaraan atau rampcheck sebanyak 13.883 kendaraan bus atau mencapai 92,55%. Dari jumlah tersebut sebanyak 5.412 bus di antaranya tidak laik operasional.

Budi Setiyadi mengatakan rampcheck fokus pada bus-bus maupun kendaraan pariwisata karena mereka jarang masuk ke area terminal. Berdasarkan data, total kendaraan yang sudah di-rampcheck saat ini yang lolos uji kelaikan sebanyak 8.471. "Kita himbau supaya masyarakat berhati-hati memilih bus Pariwisata daripada memilih harga murah tapi belum menjamin sebaiknya pakai Bus reguler," katanya.

Direktur Sarana Perhubungan Darat Kemenhub Sigit Irfansyah menambahkan, tak lolosnya bus pariwisata tersebut disebabkan dua aspek, yaitu teknis dan administrasi.

"Jadi secara umum ada tiga, misal KIR mati, lampu tidak berfungsi baik. Kedua masalah administrasi di rampcheck belum perpanjang izin atau tak terdaftar. Lalu masalah penunjang seperti aksesori, kotak obat," jelas dia. (Ichsan Amin/M Yamin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3769 seconds (0.1#10.140)