Potensi Medical Tourism di Indonesia Bisa Dikembangkan
A
A
A
JAKARTA - Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari menilai wisata untuk lansia (gerontologi) menjadi potensi industri pariwisata di Indonesia. Pendekatan gerontologi bertujuan mencari solusi masalah pada lansia sehingga dapat terus hidup berkualitas.
Menurutnya saat ini dalam hal medical tourism, Indonesia tertinggal jauh dari Melaka dan Penang di Malaysia. Sedangkan dalam praktik pengobatan herbal sudah sangat dikuasai oleh China. "Tren pengobatan herbal oleh China sangat maju. Seharusnya kita mengembangkan wisata konsep Gerontologi atau untuk perawatan lanjut usia. Kombinasikan pengobatan dan gaya hidup yang berkualitas. Di dunia saat ini masih baru dikembangkan," ujar Azril di Jakarta, Senin (30/12/2019).
Dia juga meminta pemerintah sebaiknya segera duduk berdiskusi dengan pelaku industri. Hal ini demi mengejar momen pariwisata yang berkembang di dunia. Salah satu tren yang menurutnya harus dikejar adalah Gerontologi untuk menjaga kualitas hidup orang lansia. Saat ini peminat yang membutuhkan layanan ini adalah Jepang dan Belanda.
"Ini bukan panti sosial tapi kombinasi kesehatan dan hobi para lansia. Peminatnya banyak dari negara Eropa dan belum banyak dikembangkan di dunia. Ini potensi untuk Indonesia," ujarnya.
Sementara Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Rainier H. Daulay mendukung rencana pemerintah melalui Menkes RI Terawan Agus Putranto untuk mendorong rumah sakit di Indonesia menyediakan layanan traditional medicine atau pengobatan tradisional berupa jamu.
Menurutnya rencana tersebut harus segera dilakukan dan dikemas dengan baik. Bahkan ini harus disinergikan dengan medical tourism yang sedang berkembang di dunia. Sambung dia menerangkan, yang harus diperhatikan adalah pilihan jamu yang diolah harus yang berkhasiat dan teruji serta harus bisa menyasar segmen pasar menengah ke atas.
"Ini harus dikemasnya yang cantik. Kombinasikan juga dengan layanan spa dan massage. Hal penting lainnya adalah ajak diskusi para pelaku industri yang benar paham," ujar Rainier.
Menurutnya saat ini dalam hal medical tourism, Indonesia tertinggal jauh dari Melaka dan Penang di Malaysia. Sedangkan dalam praktik pengobatan herbal sudah sangat dikuasai oleh China. "Tren pengobatan herbal oleh China sangat maju. Seharusnya kita mengembangkan wisata konsep Gerontologi atau untuk perawatan lanjut usia. Kombinasikan pengobatan dan gaya hidup yang berkualitas. Di dunia saat ini masih baru dikembangkan," ujar Azril di Jakarta, Senin (30/12/2019).
Dia juga meminta pemerintah sebaiknya segera duduk berdiskusi dengan pelaku industri. Hal ini demi mengejar momen pariwisata yang berkembang di dunia. Salah satu tren yang menurutnya harus dikejar adalah Gerontologi untuk menjaga kualitas hidup orang lansia. Saat ini peminat yang membutuhkan layanan ini adalah Jepang dan Belanda.
"Ini bukan panti sosial tapi kombinasi kesehatan dan hobi para lansia. Peminatnya banyak dari negara Eropa dan belum banyak dikembangkan di dunia. Ini potensi untuk Indonesia," ujarnya.
Sementara Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Rainier H. Daulay mendukung rencana pemerintah melalui Menkes RI Terawan Agus Putranto untuk mendorong rumah sakit di Indonesia menyediakan layanan traditional medicine atau pengobatan tradisional berupa jamu.
Menurutnya rencana tersebut harus segera dilakukan dan dikemas dengan baik. Bahkan ini harus disinergikan dengan medical tourism yang sedang berkembang di dunia. Sambung dia menerangkan, yang harus diperhatikan adalah pilihan jamu yang diolah harus yang berkhasiat dan teruji serta harus bisa menyasar segmen pasar menengah ke atas.
"Ini harus dikemasnya yang cantik. Kombinasikan juga dengan layanan spa dan massage. Hal penting lainnya adalah ajak diskusi para pelaku industri yang benar paham," ujar Rainier.
(akr)