Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan Naik 7% di November
A
A
A
JAKARTA - Kredit perbankan mengalami peningkatan pada November 2019 yang tercatat sebesar Rp5.549,4 triliun. Raihan itu tumbuh 7,0% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, peningkatan penyaluran kredit terjadi pada debitur korporasi. Kredit kepada korporasi meningkat dari 6,1% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 7,4% (yoy) pada November 2019. Di sisi Iain, kredit kepada perorangan melambat dari 8,4% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 7,8% (yoy).
"Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi pada ienis kredit investasi. Kredit investasi (KI) mengalami peningkatan dari 11,4% (yoy) menjadi 13,7% (yoy) pada November 2019 terutama pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan," kata Onny di Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Sementara Kredit investasi sektor PHR meningkat dari 5,9% (yoy) menjadi 10,4% (yoy) pada November 2019 terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, atau tembakau di DKI Jakarta dan Jawa Timur. KI kepada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan juga mengalami peningkatan, dari 6,2% (yoy) menjadi 7,8% (yoy) khususnya pada subsektor perkebunan kelapa sawit di wilayah Bengkulu dan Riau.
Namun demikian, lanjut dia, kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi (KK) tercatat menahan laju pertumbuhan kredit lebih tinggi. KMK mengalami sedikit perlambatan, dari 4,1% (yoy) pada bulan Oktober 2019 menjadi 4,0% (yoy) terutama berasal dari sektor PHR serta sektor Konstruksi.
"Kedua sektor tersebut tercatat melambat, dari masing-masing sebesar 3,8% (yoy) dan 9,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi masing-masing 2,0% (yoy) dan 8,3% (yoy)," katanya.
Pertumbuhan KK pada November 2019 sebesar 6,2% (yoy), Iebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy) yang disebabkan oleh perlambatan kredit kepemilikan rumah (KPR) serta kredit kendaraan bermotor (KKB). Ditengah akselerasi pertumbuhan kredit, kredit properti pada November 2019 tercatat melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 12,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 10,7% (yoy) pada November 2019 disebabkan oleh perlambatan kredit KPR/KPA, kredit konstruksi maupun kredit real estate.
Dia melanjutkan, pertumbuhan kredit KPR/KPA melambat, dari 10,8% (yoy) menjadi 8,9% (yoy) pada November 2019 yang disebabkan oleh kredit KPR tipe 22-70 di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Kredit Konstruksi tercatat melambat, dari 18,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 16,3% (yoy) terutama pada subsektor bangunan jalan tol di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sedangkan kredit real estate melambat, dari 5,9% (yoy) menjadi 4,7% (yoy) pada November 2019 terutama pada subsektor real estate perumahan flat atau apartemen di wilayah DKl Jakarta dan Jawa Barat.
Penyaluran kredit kepada sektor UMKM pada November 2019 juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 9,5% (yoy) menjadi 9,2% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM disebabkan oleh perlambatan pada kredit skala usaha menengah yang tercatat tumbuh 6,0% (yoy), Iebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 7,4% (yoy).
Selanjutnya kredit usaha mikro dan kecil mengalami peningkatan dari masing-masing 11,2% (yoy) dan 11,1% (yoy) menjadi masing-masing sebesar 12,4% (yoy) dan 11,2% (yoy) pada November 2019. "Berdasarkan jenis penggunaannya, terjadi perlambatan pada kredit UMKM jenis penggunaan modal kerja," ungkap dia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, peningkatan penyaluran kredit terjadi pada debitur korporasi. Kredit kepada korporasi meningkat dari 6,1% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 7,4% (yoy) pada November 2019. Di sisi Iain, kredit kepada perorangan melambat dari 8,4% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 7,8% (yoy).
"Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi pada ienis kredit investasi. Kredit investasi (KI) mengalami peningkatan dari 11,4% (yoy) menjadi 13,7% (yoy) pada November 2019 terutama pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan," kata Onny di Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Sementara Kredit investasi sektor PHR meningkat dari 5,9% (yoy) menjadi 10,4% (yoy) pada November 2019 terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, atau tembakau di DKI Jakarta dan Jawa Timur. KI kepada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan juga mengalami peningkatan, dari 6,2% (yoy) menjadi 7,8% (yoy) khususnya pada subsektor perkebunan kelapa sawit di wilayah Bengkulu dan Riau.
Namun demikian, lanjut dia, kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi (KK) tercatat menahan laju pertumbuhan kredit lebih tinggi. KMK mengalami sedikit perlambatan, dari 4,1% (yoy) pada bulan Oktober 2019 menjadi 4,0% (yoy) terutama berasal dari sektor PHR serta sektor Konstruksi.
"Kedua sektor tersebut tercatat melambat, dari masing-masing sebesar 3,8% (yoy) dan 9,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi masing-masing 2,0% (yoy) dan 8,3% (yoy)," katanya.
Pertumbuhan KK pada November 2019 sebesar 6,2% (yoy), Iebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy) yang disebabkan oleh perlambatan kredit kepemilikan rumah (KPR) serta kredit kendaraan bermotor (KKB). Ditengah akselerasi pertumbuhan kredit, kredit properti pada November 2019 tercatat melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 12,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 10,7% (yoy) pada November 2019 disebabkan oleh perlambatan kredit KPR/KPA, kredit konstruksi maupun kredit real estate.
Dia melanjutkan, pertumbuhan kredit KPR/KPA melambat, dari 10,8% (yoy) menjadi 8,9% (yoy) pada November 2019 yang disebabkan oleh kredit KPR tipe 22-70 di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Kredit Konstruksi tercatat melambat, dari 18,6% (yoy) pada Oktober 2019 menjadi 16,3% (yoy) terutama pada subsektor bangunan jalan tol di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sedangkan kredit real estate melambat, dari 5,9% (yoy) menjadi 4,7% (yoy) pada November 2019 terutama pada subsektor real estate perumahan flat atau apartemen di wilayah DKl Jakarta dan Jawa Barat.
Penyaluran kredit kepada sektor UMKM pada November 2019 juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 9,5% (yoy) menjadi 9,2% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM disebabkan oleh perlambatan pada kredit skala usaha menengah yang tercatat tumbuh 6,0% (yoy), Iebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 7,4% (yoy).
Selanjutnya kredit usaha mikro dan kecil mengalami peningkatan dari masing-masing 11,2% (yoy) dan 11,1% (yoy) menjadi masing-masing sebesar 12,4% (yoy) dan 11,2% (yoy) pada November 2019. "Berdasarkan jenis penggunaannya, terjadi perlambatan pada kredit UMKM jenis penggunaan modal kerja," ungkap dia.
(akr)