Pacu Lifting Migas, Pertamina Harus Agresif dan Berani Eksplorasi
A
A
A
JAKARTA - Sebagai upaya meningkatkan lifting migas (minyak dan gas bumi), Pertamina diharapkan makin agresif dan berani ambil risiko dalam eksplorasi. Meski begitu, Direktur Eksekutif Center for Energy Policy, M. Kholid Syeirazi mengapresiasi kinerja Pertamina pada 2019 kemarin yang tumbuh positif.
"Saya mengapresiasi hasil pencapaian Pertamina yang berhasil melampaui target (lifting) tahun lalu. Untuk itu, tahun 2020 ini, saya harap Pertamina bisa lebih agresif dan berani mengambil resiko (taking risk) untuk melakukan eksplorasi di wilayah-wilayah lapangan baru,” katanya di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
Menjelang akhir 2019, lifting minyak Pertamina melalui Pertamina EP mencapai 29.939.653 BBL dan Gas 272.954 MMSCF. Khusus untuk Pertamina EP Asset 3, berhasil memproduksi 13,092 BOPD atau setara dengan 100,6% target WP&B, adapun produksi gas mencapai 262 MMSCFD.
Berdasarkan hal itu, Kholid yakin pada 2020, Pertamina bisa lebih meningkatkan lifting. Akan tetapi untuk mencapai itu, perusahaan harus lebih berani melakukan eksplorasi di wilayah-wilayah lapangan baru.
Kholid menambahkan, pencapaian itu tak bisa lepas dari penerapan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang digunakan oleh perusahaan gas negara ini. Namun, penggunaan teknologi tinggi, akan berdampak tingginya cost produksi Pertamina.
Selain itu faktor alih tugas sejumlah lapangan atau blok migas, jadi pemicu keberhasilan Pertamina di tahun lalu.
"Faktor alih tugas ini menambah jumlah produksi migas, salah satunya Blok Cepu yang memberikan kontribusi cukup besar bagi Pertamina. Tak hanya Pertamina, produksi Blok Cepu ini juga memberikan kontribusi bagi produksi migas nasional," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, ada dua indikator yang merujuk pada keberhasilan capaian Pertamina, yakni indikator realistis dan idealis. Jika didasarkan pada indikator realistis, apa yang sudah diperoleh Pertamina sudah sesuai target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).
"Kalau dari sisi idealis, mestinya porsi penguasaan produksi Pertamina bisa lebih dari separuh dari produksi dan cadangan minyak nasional. Selama ini Pertamina baru mencapai 26%," katanya.
"Saya mengapresiasi hasil pencapaian Pertamina yang berhasil melampaui target (lifting) tahun lalu. Untuk itu, tahun 2020 ini, saya harap Pertamina bisa lebih agresif dan berani mengambil resiko (taking risk) untuk melakukan eksplorasi di wilayah-wilayah lapangan baru,” katanya di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
Menjelang akhir 2019, lifting minyak Pertamina melalui Pertamina EP mencapai 29.939.653 BBL dan Gas 272.954 MMSCF. Khusus untuk Pertamina EP Asset 3, berhasil memproduksi 13,092 BOPD atau setara dengan 100,6% target WP&B, adapun produksi gas mencapai 262 MMSCFD.
Berdasarkan hal itu, Kholid yakin pada 2020, Pertamina bisa lebih meningkatkan lifting. Akan tetapi untuk mencapai itu, perusahaan harus lebih berani melakukan eksplorasi di wilayah-wilayah lapangan baru.
Kholid menambahkan, pencapaian itu tak bisa lepas dari penerapan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang digunakan oleh perusahaan gas negara ini. Namun, penggunaan teknologi tinggi, akan berdampak tingginya cost produksi Pertamina.
Selain itu faktor alih tugas sejumlah lapangan atau blok migas, jadi pemicu keberhasilan Pertamina di tahun lalu.
"Faktor alih tugas ini menambah jumlah produksi migas, salah satunya Blok Cepu yang memberikan kontribusi cukup besar bagi Pertamina. Tak hanya Pertamina, produksi Blok Cepu ini juga memberikan kontribusi bagi produksi migas nasional," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, ada dua indikator yang merujuk pada keberhasilan capaian Pertamina, yakni indikator realistis dan idealis. Jika didasarkan pada indikator realistis, apa yang sudah diperoleh Pertamina sudah sesuai target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).
"Kalau dari sisi idealis, mestinya porsi penguasaan produksi Pertamina bisa lebih dari separuh dari produksi dan cadangan minyak nasional. Selama ini Pertamina baru mencapai 26%," katanya.
(ven)