KKP Dukung Penggunaan Pakan Alternatif untuk Budidaya Ikan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mendorong inovasi penggunaan pakan alternatif untuk budidaya ikan menggunakan maggot atau yang dikenal dengan black soldier fly (BSF). Maggot adalah serangga pemakan bahan organik, sehingga protein serangga ini berkualitas tinggi dan menjadi sumber protein yang baik bagi ikan.
"Maggot ini memakan sayuran, limbah rumah tangga, limbah restoran, dia bisa mengurai sampah organik," kata Edhy dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/1/2020).
Edhy menjelaskan, kemampuan maggot mengurai sampah organik dalam waktu 14 sampai 20 hari sangat berpotensi bagi pengembangan ekonomi berbasis laut atau ekonomi biru. Inovasi penggunaan pakan alternatif dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan restoran untuk memproduksi maggot ini telah dikembangkan sekelompok warga di Kabupaten Garut. "Inovasi penggunaan pakan ikan alternatif semacam ini harus kita dukung," ujar Edhy.
Dukungan atas inisiatif itu juga diungkapkan oleh perwakilan Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) di Indonesia, Stephen Rudgard. Dia mengatakan bahwa FAO akan mendukung pemerintah Indonesia sesuai dengan perannya untuk mengembangkan program perikanan Indonesia, termasuk berbagi pengetahuan dan akses teknologi dan praktik yang baik termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Stephen juga menjelaskan dukungan FAO terhadap implementasi Port State Measures Agreement (PSMA). Kegiatan itu diimplementasikan dalam bentuk kerja sama Proyek Hibah Luar Negeri (PHLN).
"Saat ini terdapat empat proyek FAO yang sedang berjalan di KKP dan tiga rencana proyek yang akan dilaksanakan dan masih dalam pembahasan," ungkap Stephen.
National Project Officer Program ISLME FAO M Lukman menambahkan, pihaknya menyambut baik langkah KKP yang mendorong pengembangan potensi ekonomi biru, salah satunya dengan membantu nelayan maupun pembudidaya ikan mengembangkan pakan alternatif menggunakan maggot. "FAO akan mencoba mendorong inisiasi-inisiasi seperti ini dan mendukung program-program KKP," katanya.
"Maggot ini memakan sayuran, limbah rumah tangga, limbah restoran, dia bisa mengurai sampah organik," kata Edhy dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/1/2020).
Edhy menjelaskan, kemampuan maggot mengurai sampah organik dalam waktu 14 sampai 20 hari sangat berpotensi bagi pengembangan ekonomi berbasis laut atau ekonomi biru. Inovasi penggunaan pakan alternatif dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan restoran untuk memproduksi maggot ini telah dikembangkan sekelompok warga di Kabupaten Garut. "Inovasi penggunaan pakan ikan alternatif semacam ini harus kita dukung," ujar Edhy.
Dukungan atas inisiatif itu juga diungkapkan oleh perwakilan Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) di Indonesia, Stephen Rudgard. Dia mengatakan bahwa FAO akan mendukung pemerintah Indonesia sesuai dengan perannya untuk mengembangkan program perikanan Indonesia, termasuk berbagi pengetahuan dan akses teknologi dan praktik yang baik termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Stephen juga menjelaskan dukungan FAO terhadap implementasi Port State Measures Agreement (PSMA). Kegiatan itu diimplementasikan dalam bentuk kerja sama Proyek Hibah Luar Negeri (PHLN).
"Saat ini terdapat empat proyek FAO yang sedang berjalan di KKP dan tiga rencana proyek yang akan dilaksanakan dan masih dalam pembahasan," ungkap Stephen.
National Project Officer Program ISLME FAO M Lukman menambahkan, pihaknya menyambut baik langkah KKP yang mendorong pengembangan potensi ekonomi biru, salah satunya dengan membantu nelayan maupun pembudidaya ikan mengembangkan pakan alternatif menggunakan maggot. "FAO akan mencoba mendorong inisiasi-inisiasi seperti ini dan mendukung program-program KKP," katanya.
(fjo)