Kerajaan Fiktif Bermunculan Pertanda Ekonomi Lesu
A
A
A
JAKARTA - Dalam sepekan ini, masyarakat dihebohkan dengan munculnya sejumlah keraton atau kerajaan fiktif di sejumlah wilayah Indonesia seperti Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Kerajaan Djipang di Blora, dan Sunda Empire di Bandung.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudisthira menilai fenomena tersebut menandakan ekonomi mengalami kelesuan. "Munculnya kerajaan berbalut Multi Level Marketing (MLM) abal-abal yang intinya penipuan itu ada indikasi bahwa masyarakat sedang mencari harapan baru di tengah kondisi ekonomi yang lesu," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu, (18/1/2020).
Dia menuturkan, ketika ada orang datang mengaku-ngaku sebagai raja ini pun langsung menawarkan dana Bank Dunia, dan mimpi yang fiktif-fiktif dalam membangun sebuah daerah yang kuat. "Hal itu terus ada yang percaya, jadi pengikutnya. Itu tanda-tanda irational behaviour di masyarakat," jelasnya.
Dia pun menekankan dengan kehadiran kerajaan fiktif itu menujukkan bahwa masyarakat Indonesia frustasi terhadap ekonomi Indonesia. "Kenapa munculnya beberapa bulan belakangan ini, jadi tanda tanya. Jangan-jangan banyak orang frustasi lihat ekonomi saat ini, kemudian mencari alternatif," cetusnya.
Dia pun menyarankan agar ke depan, pemerintah sebaiknya melakukan tindakan pencegahan sebelum timbul banyak korban. "Ini kan masuk ranah Pasal 378 atau penipuan, jadi polisi kalau cium ada gerakan yang tidak beres di masyarakat langsung ditangkap saja. Bahkan sebelum ada laporan dari masyarakat," tandasnya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudisthira menilai fenomena tersebut menandakan ekonomi mengalami kelesuan. "Munculnya kerajaan berbalut Multi Level Marketing (MLM) abal-abal yang intinya penipuan itu ada indikasi bahwa masyarakat sedang mencari harapan baru di tengah kondisi ekonomi yang lesu," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu, (18/1/2020).
Dia menuturkan, ketika ada orang datang mengaku-ngaku sebagai raja ini pun langsung menawarkan dana Bank Dunia, dan mimpi yang fiktif-fiktif dalam membangun sebuah daerah yang kuat. "Hal itu terus ada yang percaya, jadi pengikutnya. Itu tanda-tanda irational behaviour di masyarakat," jelasnya.
Dia pun menekankan dengan kehadiran kerajaan fiktif itu menujukkan bahwa masyarakat Indonesia frustasi terhadap ekonomi Indonesia. "Kenapa munculnya beberapa bulan belakangan ini, jadi tanda tanya. Jangan-jangan banyak orang frustasi lihat ekonomi saat ini, kemudian mencari alternatif," cetusnya.
Dia pun menyarankan agar ke depan, pemerintah sebaiknya melakukan tindakan pencegahan sebelum timbul banyak korban. "Ini kan masuk ranah Pasal 378 atau penipuan, jadi polisi kalau cium ada gerakan yang tidak beres di masyarakat langsung ditangkap saja. Bahkan sebelum ada laporan dari masyarakat," tandasnya.
(ind)