Begini Cara Sasa Inti Sasar Pangsa Milenial
A
A
A
Generasi milenial tengah menjadi bidikan para pelaku bisnis di tanah air. Sebab generasi yang lahir antara tahun 1982 sampai 2000 ini merupakan bonus demografi yang dimiliki Indonesia.
Bahkan berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) jumlah populasi penduduk kategori generasi milenial di Indonesia mencapai 90 juta orang. Jumlah itu lebih dari sepertiga jumlah penduduk negeri ini.
Hal inilah yang menjadikan generasi milenial pasar bisnis yang besar.
Salah satunya perusahaan Sasa Inti dikenal oleh masyarakat melalui produk bumbu penyedap Sasa. Saat ini, Sasa Inti mengendalikan 60 persen pangsa pasar MSG di Indonesia.
Dilansir Forbes Indonesia, Jumat (24/1/2020), Rudolf Tjandra, CEO Sasa Inti sejak 2018 berupaya memperluas pangsa pasar ke konsumen milenial. Untuk mewujudkan hal itu, Sasa Inti telah memotong anggaran pemasaran tradisional dan lebih memfokuskan diri pada bekerja sama dengan toko-toko pakaian lokal dan penjual produk kecantikan.
Wujud nyata terobosan dari Sasa Inti adalah berkolaborasi dengan The Goods Dept untuk berkecimpung di dunia mode. Tercatat The Goods Dept yakni penyedia beragam merek aksesoris dan pakaian baik yang berasal dari produsen lokal maupun internasional.
Melalui kerja sama tersebut, dihasilkan lima koleksi dengan desain unik dan kreatif dengan menggambarkan kemasan bumbu penyedap Sasa. Kelimanya yakni kaos (t-shirt), jaket, kemeja, hingga tote bag.
Sasa Inti juga menjalin kerja sama dengan Dear Me Beauty yakni penjual produk kosmetik lokal yang menggunakan bahan-bahan alami dalam membuat produk kecantikan.
Kerja sama ini pada akhirnya melahirkan beberapa produk kecantikan seperti pemulas bibir Perfect Matte Lip Coat, produk bedak dengan dua warna pilihan yakni natural dan translucent, hingga produk perona mata berbentuk palette dengan berbagai warna natural.
Strategi lain Sasa Inti untuk menyasar milenial yakni lebih sering melibatkan diri dalam kehidupan media sosial serta terlibat dalam berbagai pameran.
Dengan terobosan tersebut, tahun 2019, penjualan perusahaan naik hingga 19 persen atau mencapai Rp4,5 triliun. Separuh dari total penjualan disumbang dari bisnis bumbu penyedap rasa.
Bahkan berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) jumlah populasi penduduk kategori generasi milenial di Indonesia mencapai 90 juta orang. Jumlah itu lebih dari sepertiga jumlah penduduk negeri ini.
Hal inilah yang menjadikan generasi milenial pasar bisnis yang besar.
Salah satunya perusahaan Sasa Inti dikenal oleh masyarakat melalui produk bumbu penyedap Sasa. Saat ini, Sasa Inti mengendalikan 60 persen pangsa pasar MSG di Indonesia.
Dilansir Forbes Indonesia, Jumat (24/1/2020), Rudolf Tjandra, CEO Sasa Inti sejak 2018 berupaya memperluas pangsa pasar ke konsumen milenial. Untuk mewujudkan hal itu, Sasa Inti telah memotong anggaran pemasaran tradisional dan lebih memfokuskan diri pada bekerja sama dengan toko-toko pakaian lokal dan penjual produk kecantikan.
Wujud nyata terobosan dari Sasa Inti adalah berkolaborasi dengan The Goods Dept untuk berkecimpung di dunia mode. Tercatat The Goods Dept yakni penyedia beragam merek aksesoris dan pakaian baik yang berasal dari produsen lokal maupun internasional.
Melalui kerja sama tersebut, dihasilkan lima koleksi dengan desain unik dan kreatif dengan menggambarkan kemasan bumbu penyedap Sasa. Kelimanya yakni kaos (t-shirt), jaket, kemeja, hingga tote bag.
Sasa Inti juga menjalin kerja sama dengan Dear Me Beauty yakni penjual produk kosmetik lokal yang menggunakan bahan-bahan alami dalam membuat produk kecantikan.
Kerja sama ini pada akhirnya melahirkan beberapa produk kecantikan seperti pemulas bibir Perfect Matte Lip Coat, produk bedak dengan dua warna pilihan yakni natural dan translucent, hingga produk perona mata berbentuk palette dengan berbagai warna natural.
Strategi lain Sasa Inti untuk menyasar milenial yakni lebih sering melibatkan diri dalam kehidupan media sosial serta terlibat dalam berbagai pameran.
Dengan terobosan tersebut, tahun 2019, penjualan perusahaan naik hingga 19 persen atau mencapai Rp4,5 triliun. Separuh dari total penjualan disumbang dari bisnis bumbu penyedap rasa.
(atk)