Efek Virus Corona, Analis Sebut Perusahaan Restoran Paling Rentan
A
A
A
BEIJING - Berbagai perusahaan di seluruh dunia tengah berjuang mati-matian dalam menghadapi wabah virus Corona yang mematikan. Akan tetapi menurut analis, ada beberapa perusahaan multinasional yang terkena dampak lebih besar dari lainnya.
"Starbucks mungkin adalah yang paling terbuka, diikuti oleh Yum Brands dan kemudian Mcdonald's," ujar analis restoran dari BTIG yakni Peter Saleh kepada Yahoo Finance on The Move.
Lebih lanjut Ia menerangkan, wabah virus Corona akan punya dampak yang sangat berat. "Ini sungguh berdampak bagi operator global yang lebih besar. Tetapi dari semua itu akan membuat laba lebih rendah. Asumsi munculnya solusi, maka bisnis akan kembali ke jalur seperti beberapa kuartal," ungkapnya.
(Baca Juga: Virus Corona dan Gelombang Penutupan Perusahaan Global di China
Beberapa perusahaan restoran multinasional yang terkena dampaknya, di antaranya seperti Starbucks (SBUX), Yum Brands (YUM) dan Mcdonald's (MCD) yang dipaksa menutup toko mereka di China. Hal ini ketika para pejabat kesehatan di seluruh dunia mencoba mencari anti virus atau meminimalisir dampak kerusakan virus Corona.
Pekan lalu, Starbucks mengumumkan bahwa akan menutup setengah dari total toko 4.100 di China. "Kau tahu, mereka memiliki mayoritas toko di negara itu. Mereka menutup sekitar 2.100 toko. Itu akan berdampak pada keuntungan mereka," ujar Saleh.
(Baca Juga: Starbucks Dihantam Virus Corona, 2.000 Gerai Tutup di China
China bagi Starbucks adalah pasar terbesar kedua dan yang paling cepat berkembang. "Saat peristiwa ini terungkap, kami akan transparan dengan semua pemangku kepentingan dalam mengkomunikasikan bagaimana kami menanggapi keadaan luar biasa ini dan implikasi untuk hasil bisnis jangka panjang kami," ujar CEO Starbucks Kevin Johnson dalam sebuah pernyataan resminya.
Sedangkan Mcdonald's pada 24 Januari, telah menutup sementara toko mereka di Wuhan dan beberapa kota sekitarnya. Manajemen raksasa makanan cepat saji itu dalam konferensi pers mengatakan, ada sekitar ratusan toko yang terpaksa tutup akan tetapi 3.000 lainnya tetap buka.
"China bagi kita adalah pasar strategis yang kritis, tetapi mereka adalah 9% dari jumlah restoran secara global. Dengan 4%-5% dari seluruh sistem penjualan. Dampak aktual pada bisnis diyakini cukup kecil, dengan asumsi tetap di China," bunyi pernyataan Mcd.
CEO Yum Brands David Gibbs mengatakan kemarin, pendapatan perusahaan akan mendapatkan tekanan dari virus corona di 2020. Pada kuartal keempat, China adalah pasar terbesar untuk KFC dan mewakili 27% dari penjualan. Sementara itu, China juga pasar terbesar kedua Pizza Hut di belakang AS dan menyumbang 17% dari penjualan.
Yum China yang bergulat dengan Yum Brands sejak 2016, mengatakan telah menutup lebih dari 30% dari hampir 9.000 Toko di China dalam menanggapi epidemi virus Corona. "Memandang ke depan sangat sulit untuk memastikan dampaknya saat ini. Kita cukup memperkirakan mempengaruhi secara material penjualan 2020 kami dan keuntungan," ungkap CEO Yum China Joey Wat.
Sejak wabah, Yum China menutup toko pada 24 Januari di provinsi Hubei, dan sekarang lebih dari 30% dari total toko yang tutup sementara. "Untuk restoran yang tetap terbuka, penjualan toko yang sama sejak periode liburan tahun baru China turun 40-50% dibandingkan dengan periode liburan tahun baru China di 2019, karena jam operasi yang dipersingkat, penurunan lalu lintas dan faktor lain yang berkaitan dengan wabah,".
"Starbucks mungkin adalah yang paling terbuka, diikuti oleh Yum Brands dan kemudian Mcdonald's," ujar analis restoran dari BTIG yakni Peter Saleh kepada Yahoo Finance on The Move.
Lebih lanjut Ia menerangkan, wabah virus Corona akan punya dampak yang sangat berat. "Ini sungguh berdampak bagi operator global yang lebih besar. Tetapi dari semua itu akan membuat laba lebih rendah. Asumsi munculnya solusi, maka bisnis akan kembali ke jalur seperti beberapa kuartal," ungkapnya.
(Baca Juga: Virus Corona dan Gelombang Penutupan Perusahaan Global di China
Beberapa perusahaan restoran multinasional yang terkena dampaknya, di antaranya seperti Starbucks (SBUX), Yum Brands (YUM) dan Mcdonald's (MCD) yang dipaksa menutup toko mereka di China. Hal ini ketika para pejabat kesehatan di seluruh dunia mencoba mencari anti virus atau meminimalisir dampak kerusakan virus Corona.
Pekan lalu, Starbucks mengumumkan bahwa akan menutup setengah dari total toko 4.100 di China. "Kau tahu, mereka memiliki mayoritas toko di negara itu. Mereka menutup sekitar 2.100 toko. Itu akan berdampak pada keuntungan mereka," ujar Saleh.
(Baca Juga: Starbucks Dihantam Virus Corona, 2.000 Gerai Tutup di China
China bagi Starbucks adalah pasar terbesar kedua dan yang paling cepat berkembang. "Saat peristiwa ini terungkap, kami akan transparan dengan semua pemangku kepentingan dalam mengkomunikasikan bagaimana kami menanggapi keadaan luar biasa ini dan implikasi untuk hasil bisnis jangka panjang kami," ujar CEO Starbucks Kevin Johnson dalam sebuah pernyataan resminya.
Sedangkan Mcdonald's pada 24 Januari, telah menutup sementara toko mereka di Wuhan dan beberapa kota sekitarnya. Manajemen raksasa makanan cepat saji itu dalam konferensi pers mengatakan, ada sekitar ratusan toko yang terpaksa tutup akan tetapi 3.000 lainnya tetap buka.
"China bagi kita adalah pasar strategis yang kritis, tetapi mereka adalah 9% dari jumlah restoran secara global. Dengan 4%-5% dari seluruh sistem penjualan. Dampak aktual pada bisnis diyakini cukup kecil, dengan asumsi tetap di China," bunyi pernyataan Mcd.
CEO Yum Brands David Gibbs mengatakan kemarin, pendapatan perusahaan akan mendapatkan tekanan dari virus corona di 2020. Pada kuartal keempat, China adalah pasar terbesar untuk KFC dan mewakili 27% dari penjualan. Sementara itu, China juga pasar terbesar kedua Pizza Hut di belakang AS dan menyumbang 17% dari penjualan.
Yum China yang bergulat dengan Yum Brands sejak 2016, mengatakan telah menutup lebih dari 30% dari hampir 9.000 Toko di China dalam menanggapi epidemi virus Corona. "Memandang ke depan sangat sulit untuk memastikan dampaknya saat ini. Kita cukup memperkirakan mempengaruhi secara material penjualan 2020 kami dan keuntungan," ungkap CEO Yum China Joey Wat.
Sejak wabah, Yum China menutup toko pada 24 Januari di provinsi Hubei, dan sekarang lebih dari 30% dari total toko yang tutup sementara. "Untuk restoran yang tetap terbuka, penjualan toko yang sama sejak periode liburan tahun baru China turun 40-50% dibandingkan dengan periode liburan tahun baru China di 2019, karena jam operasi yang dipersingkat, penurunan lalu lintas dan faktor lain yang berkaitan dengan wabah,".
(akr)