Genjot Wisatawan Nusantara, Maskapai Akan Diberi Insentif
A
A
A
BOGOR - Pemerintah mempertimbangkan untuk memberikan insentif terhadap maskapai penerbangan domestik. Hal ini dilakukan guna menggenjot wisatawan Nusantara setelah kunjungan turis China menurun akibat virus corona.
“(Pesan Presiden), apakah bisa dikaji berbagai hal, apakah insentif atau subsidi terhadap penerbangan. Terutama, untuk turis domestik, lokal, dalam rangka meningkatkan belanja dari masyarakat untuk menopang sektor pariwisata,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Selain insentif bagi penerbangan domestik, pemerintah juga akan memfokuskan alokasi anggaran untuk kegiatan pariwisata di lokasi wisata ter dampak virus korona.
Seperti diketahui, sektor pariwisata merupakan salah satu yang terpengaruh dari adanya virus corona. Turis asal China pada awal tahun ini menurun tajam menyusul adanya larangan terbang maskapai dari dan ke China guna mengurangi dampak penyebaran virus corona.
Sekadar diketahui, pada 2019 lalu total kunjungan wisatawan China ke Indonesia mencapai 2 juta orang. “Apakah bisa membuat kegiatan-kegiatan di pusat turisme yang mengalami penurunan cukup besar karena adanya virus corona virus. Jadi, nanti ini lebih kepada alokasi belanja yang bisa dibelanjakan ke sana,” ungkapnya.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, rencana insentif untuk penerbangan domestik masih pada tataran konsep. Menurutnya, sampai saat ini belum ada keputusan bentuk insentif yang akan diberikan. “Ya baru konsepya. Belum ada satu keputusan,” ujarnya.
Menurut Budi, insentif bisa diberikan secara gabungan antara penerbangan dan hotel. Hal tersebut mengingat bisnis perhotelan juga terancam karena merosotnya wisatawan China, terutama di Bali, Sulawesi Utara, dan Bintan. “Karena kalau tiga tempat ini ancaman hotel tutup, orang-orang tidak bisa bekerja. Nah, ini yang mesti dibantu,” paparnya.
Namun, Budi menilai akan lebih baik apabila insentif membuat orang langsung ke lokasi wisata. Salah satu insentif langsung yang bisa dipertimbangkan adalah voucher. Akan tetapi,dia masih belum menjelaskan mekanisme insentif voucher tersebut. “Mekanismenya ya nanti. Itu contoh yang mesti direct,” katanya.
Sementara itu, Corporate Secretary Sriwijaya Air Wili Anhari Holo beberapa waktu lalu mengatakan, kemungkinan tarif penerbangan bisa turun karena dampak pengaruh virus corona. Namun, kebijakan tersebut mengacu pada regulator penerbangan nasional. “Kalau bicara pengaruh virus corona potensi tarif penerbangan turun bisa saja terjadi” ungkapnya. (Dita Angga/Ichsan Amin)
“(Pesan Presiden), apakah bisa dikaji berbagai hal, apakah insentif atau subsidi terhadap penerbangan. Terutama, untuk turis domestik, lokal, dalam rangka meningkatkan belanja dari masyarakat untuk menopang sektor pariwisata,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Selain insentif bagi penerbangan domestik, pemerintah juga akan memfokuskan alokasi anggaran untuk kegiatan pariwisata di lokasi wisata ter dampak virus korona.
Seperti diketahui, sektor pariwisata merupakan salah satu yang terpengaruh dari adanya virus corona. Turis asal China pada awal tahun ini menurun tajam menyusul adanya larangan terbang maskapai dari dan ke China guna mengurangi dampak penyebaran virus corona.
Sekadar diketahui, pada 2019 lalu total kunjungan wisatawan China ke Indonesia mencapai 2 juta orang. “Apakah bisa membuat kegiatan-kegiatan di pusat turisme yang mengalami penurunan cukup besar karena adanya virus corona virus. Jadi, nanti ini lebih kepada alokasi belanja yang bisa dibelanjakan ke sana,” ungkapnya.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, rencana insentif untuk penerbangan domestik masih pada tataran konsep. Menurutnya, sampai saat ini belum ada keputusan bentuk insentif yang akan diberikan. “Ya baru konsepya. Belum ada satu keputusan,” ujarnya.
Menurut Budi, insentif bisa diberikan secara gabungan antara penerbangan dan hotel. Hal tersebut mengingat bisnis perhotelan juga terancam karena merosotnya wisatawan China, terutama di Bali, Sulawesi Utara, dan Bintan. “Karena kalau tiga tempat ini ancaman hotel tutup, orang-orang tidak bisa bekerja. Nah, ini yang mesti dibantu,” paparnya.
Namun, Budi menilai akan lebih baik apabila insentif membuat orang langsung ke lokasi wisata. Salah satu insentif langsung yang bisa dipertimbangkan adalah voucher. Akan tetapi,dia masih belum menjelaskan mekanisme insentif voucher tersebut. “Mekanismenya ya nanti. Itu contoh yang mesti direct,” katanya.
Sementara itu, Corporate Secretary Sriwijaya Air Wili Anhari Holo beberapa waktu lalu mengatakan, kemungkinan tarif penerbangan bisa turun karena dampak pengaruh virus corona. Namun, kebijakan tersebut mengacu pada regulator penerbangan nasional. “Kalau bicara pengaruh virus corona potensi tarif penerbangan turun bisa saja terjadi” ungkapnya. (Dita Angga/Ichsan Amin)
(ysw)